Penyusup Walet Ireng

Padepokan Gunung Pangrango merupakan wilayah berbeda dari 6 Padepokan aliran Kenaling Rogo lainnya karena termasuk Wilayah Kerajaan Sundapura

Namun padepokan Gagak Ireng sudah ada yang dibangun dibangun diwilayah perbatasan antara Kerajaan Sundapura dan Kerajaan Nagari, sebenarnya ini adalah situasi yang rumit namun pihak Kerajaan tidak mencium gelagat mencurigakan jadi Padepokan Gunung Pangrango selalu waspada dan tidak membuat acara yang menarik perhatian agar tidak terjadi hal yang tak diinginkan, sedangkan perkiraan para Guru yang saat ini berada di Padepokan Gunung Pangrango jika Padepokan yang paling aman dari 7 Padepokan aliran Kenaling Rogo dimasa yang akan datang adalah Padepokan Gunung Pangrango, Jadi Padepokan Gunung Pangrango harus tetap bertahan dari gempuran antek-antek Patih Lodaya dan nanti jika hal terburuk terjadi diwilayah Kerajaan Nagari kepada Padepokan aliran Kenaling Rogo maka Padepokan Gunung Pangrango akan menjadi tempat sianggah dari murid-murid yang bisa sampai kesini, namun dari 6 Guru Padepokan aliran Kenaling Rogo memiliki Pedoman tidak akan meninggalkan padepokannya dan akan mempertahankan walau nyawa sebagai taruhannya, lalu 6 Guru aliran Kenaling Rogo meminta Guru Dirgajaya jika sesuatu terjadi maka Ganendra Wisnu Wijaya akan dilarikan kesini oleh Guru Gunawan. Guru Dirgajaya pun sudah pasti tidak keberatan karena sama saja Ganendra Wisnu Wijaya juga merupakan anaknya sendiri karena kelak akan dinikahkan dengan Diah Ayu Wardani.

Setelah semua sudah sepakat dengan setiap hal yang dibahas maka para Guru aliran Kenaling Rogo pun istirahat diruangan masing-masing karena esok pagi mereka akan kembali ke Padepokan masing-masing.

***

Esok paginya setelah jamuan Sarapan para Guru aliran Kenaling Rogo berpamitan dan kemudian mengeluarkan ajian Seipi Angin agar cepat sampai di Padepokan masing-masing.

Ketika sudah sampai di Padepokan Gunung Arjuno, Guru Wijaya Karna mendapat laporan dari Telik sandi Padepokan jika komplotan Gagak Ireng sedang melancarkan aksi disekitar Lereng Gunung Arjuno. Guru Wijaya Karna hanya mengangguk lalu menuju ruang meditasi untuk berkomunikasi dengan seluruh Guru dari 7 Padepokan aliran Kenaling Rogo dan Guru Wijaya Karna memutuskan akan mengawali perlawanan dengan tim yang akan dibentuk nanti, sesuai hasil pertemuan tempo hari dengan menyiapkan 10 murid yang sudah bergelar Pendekar.

"Malam ini adalah misi yang sangat penting, Argo Baruna yang akan memimpin misi ini" ucap Guru Wijaya Karna

"Baik Guru" jawab Para Murid serentak, misi diawali gerombolan yang agak jauh dari padepokan harus diintai dan dihabisi, 10 Orang menjadi 2Tim, lalu keduanya berpisah menargetkan sesuai dengan strategi dan kembali sebelum fajar menyingsing.

"Saat melakukan misi, jangan sampai melamun harus fokus dan tak ada rasa kasihan maupun takut"

"Baik Guru" jawab Para Murid serentak

"Jika ada yang terluka langsung diobati, Guru Gunawan dan Ganendra Wisnu Wijaya sudah ada diruang pengobatan jadi bergegaslah jika besok ada pemeriksaan jangan muncul dulu langsung saja pergi kehutan mencari tanaman obat yang banyak Guna menyiapkan Jika kita nanti membutuhkan banyak tanaman obat"

10 pendekar murid padepokan yang sudah bertarung langsung pergi keruang pengobatan untuk mendapatkan penanganan dari Guru Dirgajaya dan Ganendra Wisnu Wijaya, walau masih anak-anak namun bakatnya tidak ada yang berani menyangkal sama sekali, seusia anak-anak saja sudah sangat cekatan dalam mengobati luka dan sakit yang membutuhkan ramuan, tapi untuk pengobatan dengan tenaga dalam sampai usia 18 Tahun Ganendra Wisnu Wijaya belum boleh mempraktekkan untuk mengobati orang lain, tapi jika untuk mengobati diri sendiri diperbolehkan karena raga nya belum kuat untuk menahan besarnya cakra yang keluar dari organ bioplasma miliknya.

***

10 Murid yang sedang menjalankan misi tidak mengalami kesulitan berarti karena semua pengikut Gagak Ireng sudah dihabisi dengan mudah, akhirnya sebelum fajar menyingsing mereka selesai melaksanakan misi dan tidak ada yang mengalami luka serius, dan tidak ada yang terkena racun, dan tinggal menunggu kabar dari telik sandi Padepokan tentang reaksi dari para antek Patih Lodaya.

***

Pada pagi hari semua berjalan seperti biasa, para murid Padepokan Gunung Arjuno berlatih senam pernafasan untuk mengolah tenaga dalam dan menyeimbangkan aliran cakra.

Sedangkan Guru Gunawan, Ganendra Wisnu Wijaya dan 10 murid yang melakukan misi semalam diberikan tugas mencari tanaman obat kehutan. Tak lama berselang Guru Wijaya Karna merasakan kehadiran Telik sandi Padepokan lalu Guru Hadiwijaya masuk kedalam rumah untuk mendengar laporan dari telik sandi Padepokan.

"Lapor Guru, keadaan masih kondusif namun mereka sudah tau jika ada penumpasan terhadap anggota mereka, sementara itu yang bisa saya laporkan" ucap Pendekar Telik Sandi Padepokan

"Baiklah tetap pantau terus perkembangan situasi" perintah Guru Wijaya Karna

***

Sedangkan rombongan yang dihutan sudah mendapatkan banyak bahan obat, mereka bersantai sejenak dan melihat Ganendra Wisnu Wijaya berlatih, mereka sangat takjub karena Ganendra Wisnu Wijaya sudah menguasai beberapa Jurus yang agak rumit,padahal masih berusia sangat muda. Apalagi setiap hari Ganendra Wisnu Wijaya selalu ikut Guru Gunawan pergi ke Hutan untuk mencari tanaman obat, jadi fisiknya ditempa hampir tiap hari lalu ketika dihutan pasti Guru Gunawan mengajari tehnik Olah nafas sesuai intruksi dan porsi dari Guru Wijaya Karna.

Guru Wijaya Karna sangat paham dengan Putranya awalnya Guru Gunawan agak ragu karena porsi materi latihannya termasuk berat, karena itu adalah porsi latihan anak usia 12 Tahun, tapi Ganendra Wisnu Wijaya terlihat biasa saja dalam menjalani setiap sesi latihan.

"Guru Gunawan Saya sudah selesai latihan pernafasan" ucap Ganendra Wisnu Wijaya

"Ya sudah Ananda Istirahat dulu saja, mau minum?" tanya Guru Gunawan

"Aku sedang puasa paman, jadi nanti setelah gelap baru boleh makan" jawab Ganendra Wisnu Wijaya dengan polos

"Sudah berapa hari puasanya Ganendra?" tanya salah satu murid

"sudah 3 hari kangmas , besok tidak puasa, Saya hanya nurut bopo jika disuruh puasa ya puasa, kalau tidak ya tidak" jawab Ganendra Wisnu Wijaya

"Bagus, harus seperti itu, ananda tidak boleh melebih-lebihkan atau diam-diam tidak mengerjakan semua perintah bopomu" ucap Guru Gunawan

"Iya Guru, walau Bopo jarang bercanda denganku tapi aku tau bopo sayang padaku karena kadang kalau malam aku pura-pura tidur lalu bopo menghampiriku lalu kepalaku dielus-elus lalu seluruh badanku seperti diperiksa mungkin bopo mencari apa ada luka dibadanku" ucap Ganendra Mereka semua tersenyum mendengar Ganendra Wisnu Wijaya bercerita, sebuah kepolosan Anak kecil tapi dia bisa memahami sesuatu dari sudut pandang pemikiran dewasa, benar-benar anak istimewa

***

Ketika hari sudah menjelang sore, mereka memutuskan untuk kembali ke padepokan, ketika diperjalanan Guru Gunawan merasakan kehadiran beberapa pendekar yang lumayan hebat, lalu Guru Gunawan memberi kode pada murid-murid untuk bersiaga, namun ternyata mereka adalah salah satu dari Sekte Pendekar aliran Putih jadi mereka adalah satu aliansi.

"Selamat sore Kisanak, mohon maaf mengganggu bolehkah kami meminta sedikit perbekalan yang kalian miliki? Karena kami adalah pengembara siapa tau kalian sudi berbaik hati kepada kami" tanya salah satu dari 3pendekar itu dengan sopan

"selamat sore saudaraku, tentu saja silahkan" jawab Guru Gunawan sambil menyerahkan pembekalan makanan yang Mereka miliki

"syukur terima kasih kisanak, bolehkan saya tau dari mana rombongan kisanak berasal kenapa membawa dedaunan banyak sekali?Apakah untuk pakan ternak" tanya salah satu pendekar

"Anggap saja begitu saudaraku, kami hanyalah rakyat jelata yang hanya pencari rumput, tujuan mau kemanakah para saudaraku ini?" tanya Guru Gunawan

"Kami bertiga bukan dari satu daerah, kami hanya diutus oleh Masing-masing dari Guru kami untuk memberikan secarik kertas untuk disampaikan kepada Guru Wijaya Karna dari Padepokan aliran Kenaling Rogo Gunung Arjuno" ucap salah seorang dari mereka

"Oh kalian ingin ke Padepokan, bolehkan saya melihat isi kertas itu saudaraku?nanti sebagai gantinya akan kuantar ke Padepokan" ucap Guru Gunawan, mereka lalu tersenyum

"Mohon beribu maaf kisanak, Kami siap mengorbankan nyawa kami demi secarik kertas ini, karena ini adalah mandat dari masing-masing Guru Kami sebelum meninggal" jawab salah seorang dari Mereka

"Baiklah kalau begitu, maafkan jika Saya lancang karena sudah mengucapkan permintaan yang tak sepatutnya Saya ucapkan, Saya hanya menguji kalian" ucap Guru Gunawan, terlihat ekspresi kurang senang dari ke 3 pendekar, tapi mereka masih menjunjung tinggi adab jadi mereka tidak boleh marah dan berkata kasar kepada orang yang berkenan memberi makan pengembara.

"Perkenalkan Saya Wijaya Gunawan, anak kecil ini Ganendra Wisnu Wijaya dan ke 10 ini adalah saudara-saudara Saya" ucap Guru Gunawan, butuh beberapa menit bagi mereka untuk sadar, lalu mereka langsung memberi hormat.

"Hormat dari Kami Guru, mohon maaf kami tidak mengenali salah satu Guru Padepokan Gunung Arjuno, kami hanya sempat mendengar nama tapi belum pernah melihat sosoknya, mohon ampun untuk ketidak sopanan kami" ucap mereka

"Sudah tidak apa-apa santai Saja, kalau makan sudah selesai mari ikut bersama kami pulang ke Padepokan" ujar Guru Gunawan

"Inikah Ganendra Wisnu Wijaya putra dari Guru Wijaya Karna, benar-benar anak berbakat akun pun bisa merasakan aura dan aliran tenaga dalam yang kuat namun gerakan energi yinyang nya sangat stabil, benar-benar bakat alam yang luar biasa, padahal baru usia segini, pantas saja mendiang Guru sangat terobsesi dengan anak ini" ucap salah satu dari 3 pengembara

Namun tiba-tiba 1 dari 3 pengembara tadi menghunus pedang dan menyerang Ganendra Wisnu Wijaya namun pedangnya tidak sedikitpun melukai Ganendra Wisnu Wijaya, melihat hal itu seketika Guru Gunawan mengeluarkan pukulan brojomusti yang membuat pendekar tadi seketika terpental dan terkapar tak bernafas lagi lalu Guru Gunawan menggeledahnya hanya ditemukan gulungan kertas dan sebuah gambar di lengan logo walet Ireng dari sebuah perkumpulan aliran hitam yang berafiliasi dengan Gagak Ireng, nampak Guru Gunawan sangat tenang tidak kaget tapi ternyata pemilik gulungan yang asli sudah dihabisi oleh Orang tersebut.

"Untuk memastikan bahwa Kita tidak diikuti Kalian menyebar menjadi 5 tim dan gunakan kemampuan cakra sensor untuk mendeteksi keberadaan telik sandi" ucap Guru Gunawan

"Baik Guru" jawab Para Murid serentak, kemudian Para murid pun langsung menyebar ternyata memang benar, masih ada telik sandi yang menguntit Mereka.

"Mereka berhasil Kami habisi Guru, seperti biasa ada 3 orang dalam bentuk formasi sandi" ucap Argo Baruna

"Kalau begitu mari Kita kembali ke Padepokan" ucap Guru Gunawan

"Baik Guru Gunawan" jawab Para Murid serentak, Tim sandi biasanya berjumlah 3orang, agar jika mereka ketahuan minimal 1orang harus bisa mengirim kabar, namun mereka adalah murid-murid senior dari Padepokan aliran Kenaling Rogo jadi setiap langkah yang diambil sudah penuh perhitungan agar setiap misi persentase keberhasilannya tinggi.

Namun tiba-tiba Guru Gunawan dengan cepat melemparkan senjata rahasia sebuah Belati kecil dan seperti mengenai sesuatu,

"Coba lihat dulu itu apa, sepertinya lumayan" ucap Guru Gunawan

"Baik Guru" ucap semua Murid, setelah dilihat ternyata adalah seekor Rusa yang langsung tidak bisa kemana-mana karena terluka pada 2 kaki belakang

"Disembelih dulu saja nanti malam bisa untuk acara makan-makan bersama" ucap Guru Gunawan

"baik Guru" ucap Argo Baruna, kemudian Mereka mulai mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Guru Gunawan.

Terpopuler

Comments

Wira Yoga

Wira Yoga

cakrq sensor, canggih 😂

2022-06-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!