"Dan kau harus ingat apa yang akan terjadi jika aku tidak puas!" ucap Ramlan lagi, sambil tangannya menurunkan tangan Dhea yang menutupi bagian kembar tubuhnya.
"Saya mengerti mas!" jawab Dhea saat jari tangan Ramlan mempermainkan dua titik sensitifnya Dhea, yang mengganggu kewarasannya.
"Jauhkan tanganmu dari tubuhku!" larangan Ramlan, ketika Dhea ingin memegang jas yang dikenakannya.
"Anda tidak ingin Mas?" tanya Dhea sambil mengepalkan tangannya menjauh dari tubuh Ramlan.
"Apa aku pernah mengatakan menginginkanmu? Wanita yang sudah menikah, aku tidak yakin kau masih gadis? Cih!" hinaan yang diberikan bibir Ramlan, walaupun tangannya masih ditempat yang sama, mempermainkan Dhea, membuat wanita muda itu mulai terhanyut.
"Tap mas, jadi Anda akan pergi malam ini?" tanya Dhea ketika Ramlan cepat mengangkat tangannya dan sudah membalikkan badan di saat Dhea mulai kepanasan.
'Sial! Dia membuatku setengah tanggung!' ujar Dhea kesal, tapi segera mengangkat jarinya dari lengan Ramlan, tak berani lagi menahan pria itu setelah tatapan dingin Ramlan memindai tangan Dhea tak suka.
"Aku pergi atau aku tinggal, itu bukan urusanmu! Aku akan kembali ke sini jika aku menginginkanmu, kapanpun aku mau!" ucap Ramlan sambil jarinya menyentuh lagi bagian yang tadi dipegangnya, lalu tak sampai tiga detik, dia sudah kembali mengangkatnya dan berjalan pergi meninggalkan Dhea tanpa berbalik menatapnya
TING!! dan langsung masuk ke dalam lift.
Dreeet Dreet Dreet. Bunyi getar bertepatan dengan pintu di tutup agak mengganggu Ramlan.
'Kenapa harus sekarang?' tambahnya lagi yang semakin tak nyaman hatinya ketika melihat nama penelepon.
Ramlan : Kenapa kau menelponku, Zia sayang?
Zia : Hanya ingin menanyakan keberadaanmu, sayang! Kita baru tiba di Indonesia, tapi kau sudah sibuk dengan teman-temanmu.
Ramlan : Apa Deny bangun?
Zia : Tidak. Tadi aku baru dari kamar Deny, syukurlah dia tak bangun.
Ramlan : Aku sedang dalam perjalanan ke mansion! Tunggulah aku di sana. Kalau Deny bangun, tolong tenangkan dia dulu, sayang.
Zia : Hmm.. aku mengerti, sayang! Hati-hati di jalan pulang. Kami berdua menunggu dan kami sangat mencintaimu.
Klik.
'Fuuuuh!' ada perasaan tidak nyaman di dalam hati Ramlan, tapi dia tetap berusaha mengendalikan dirinya menaruh handphonenya di dalam saku dan seakan semuanya tidak ada apa - apa.
TING
'Maafkan aku Zia!' lirih hati Ramlan berbisik, sambil menjauhkan pandangan matanya dari jari yang tadi sudah memegang sesuatu.
Ramlan keluar dari lift dan memberikan instruksi pada para penjaga disana mengenai perlindungan penthouse-nya.
"Kalian mengerti pesanku?"
"Iya tuan! Tidak ada yang boleh masuk ke dalam selain tuan, wanita di dalam tidak boleh keluar, pelayan wanita yang merapihkan hanya satu orang," penjelasan salah satu bodyguard Ramlan yang merangkum pesannya.
"Bagus! Jangan ada kesalahan! Ingat, aku tak akan menyuruh seorangpun masuk ke apartemenku! Jadi jangan kalian percaya kalau ada yang mengatakan atas dasar perintahku maka dia aku izinkan masuk ke dalam!' ujar Ramlan sebagai pesan pamungkas.
"SIAP TUAN!" setelah melihat anggukkan para penjaga, Ramlan langsung menuju ke mobilnya meninggalkan apartemen miliknya.
Ramlan juga tidak melakukan apapun di dalam mobil. Dia hanya memejamkan matanya, berusaha untuk tidur walaupun ada rasa tidak nyaman terus menghampirinya.
"Zia.. Deny!' bibir Ramlan bergumam saat ia sampai di pintu gerbang mansion. Setelah bergelut antara emosi dan pikirannya, Ramlan kembali mencoba mengaturnya. 'Jangan sampai aku menyakiti keduanya!' ujarnya lagi masih berusaha menutupi kegelisahan yang tidak bisa dijelaskan pada keluarganya.
Klek.
Ramlan melangkah cepat masuk ke dalam mansion
"Selamat datang, Tuan!" sapa kepala pelayan rumahnya sambil membukakan pintu dan tidak dijawab oleh Ramlan. Dia terus melangkah menaiki tangga dengan satu tujuan, kamar yang selalu disinggahinya lebih dulu ketika dia sampai di rumah.
Klek.
"Sayang, kau ada di sini?" tanya Ramlan saat melihat siapa di dalam.
"Selamat pagi, Suamiku sayang!" Wanita itu mendekat dan langsung menaruh kedua tangannya melingkari leher Ramlan dan mengecup Ramlan mesra.
"Maaf membuatmu harus menemaninya. Tidurmu. Apakah bermasalah tadi malam, sayang?" tanya Ramlan sambil menaruh kedua tangannya di pinggang istrinya
"Hmmm .. aku selalu bermasalah jika kau tak di sisiku," ujarnya lagi bermanja pada pelukan Ramlan.
"Kau tahu kan kelakuan empat temanku, Zia?"
"Iya sayang!" Zia tersenyum paham, sambil tangannya bermain dikancing kemeja Ramlan.
"Apa Mereka mencoba meracunimu dengan minuman dan wanita-wanita itu?"
"Tidak ada! Aku mengusir semuanya. Pembicaraan kami sangat penting malam tadi. Aku hanya mengizinkan mereka untuk mendatangkan satu yang terbaik sebagai pelepas penat, mata mereka karena beratnya pembahasan kami dan setelah selesai, mereka memperebutkannya," penjelasan Ramlan yang bicara menjabarkan kegiatannya.
Tapi dia juga tahu keinginan istrinya, sehingga merogoh ke dalam bathrobe wanita yang sedang dalam dekapannya.
"Sebentar lagi dia bangun, sayang." Zia mengingatkan
"Ah, jadi tidak bisa?" kemudian Ramlan menjawab pertanyaan istrinya dengan pandangan matanya tertuju pada seorang anak laki-laki yang masih tertidur pulas di tempat tidurnya. Tangan Ramlan pun sudah keluar tak lagi bergrilya.
'Setidaknya tanganku sudah aku bersihkan dengan tubuhmu, Zia.' ujar Ramlan lirih dihatinya
"Malam tadi dia mencarimu saat makan malam di acara. Pergilah mendekat padanya,' ucap Zia yang dipatuhi Ramlan.
'Maaf aku pulang terlambat, Deny!' bisik Ramlan sambil melangkah menuju anak laki-lakinya dan mengecup dahi mungilnya, lalu mendongakkan kepalanya menatap wanita yang masih berdiri di sampingnya.
"Jam berapa kau pulang tadi malam bersama Deny?" tanya Ramlan lagi.
"Mungkin sekitar jam dua belas atau lewat sedikit! Aku tidak ingat! Selesai acara kami melakukan perkumpulan dengan para panitia penyelenggara, dan ada sedikit pesta kecil. Aku tidak bisa meninggalkan acara! Maafkan aku sayang, aku pulang terlambat!" ucap Zia yang mendekat dan berdiri sambil memegang bahu Ramlan.
'Kau menyentuhku terus, sepertinya kau sangat ingin!' ujar hati Ramlan dihatinya, sehingga dia mendongak
"Kemarilah!" ucap Ramlan sambil berdiri, lalu menarik tangan istrinya ke dalam wardrobe.
"Sayang, bagaimana kalau Deny bangun?"
"Hmm.. tak akan lama, aku hanya akan membuatmu merasa enak.
"Ramlan. Aku tidak perlu kau pikirkan!" Zia merasa tak enak, tapi suaminya sudah mendudukkannya, dan membuka tali bathrobe, siap bermain.
"Daddy!" baru serangan awal ingin di mulai, panggilan terdengar di telinga Ramlan.
"Deny sayang! Kau sudah bangun?" tanya Ramlan yang kembali merapihkan pakaian istrinya, kembali ke kamar, lalu mengecup anaknya sambil bicara.
"Ramlan biar aku mengurus Deny. Kau gantilah pakaianmu dulu! Setelah ini kita akan sarapan bersama. Bagaimana? Sekarang juga sudah pukul tujuh pagi!" ucap wanita di samping Ramlan yang juga baru saja mengecup bocah kecil dalam dekapan Ramlan.
"Kau benar Zia! Aku titip anak kita dulu!" Lalu Ramlan melirik anak laki-lakinya, "Setelah mengganti baju, Daddy akan menyiapkan sarapan kesukaanmu. lalu kita makan bersama, bagaimana?"
"Oke!" jawab Deny yang kini sudah mulai pintar berbicara.
"Deny sama Mom dulu ya!" Zia membuka tangannya dan bocah itu pun menurut, pindah pada Zia.
"Aku titip Deny, Sayang!"
Cup!
Tautan bibir sebagai pemisah Ramlanl dan Zia, sebelum berdiri dan menyerahkan anaknya.
Klek.
PIntu kamar ditutup. Ramlan yang tadi mengembangkan senyumnya, kini kembali menunjukkan raut wajahnya yang tegang ketika anak dan istrinya tak lagi melihat.
"Fuuuh, maafkan aku, Zia!" lirih Ramlan menatap istrinya itu.
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
amora ratula
gimanapun suami pasti tetep balik ama istri pertama lah
2022-07-18
0
Adikta
kasian ya istri gangguan mental punya bini simpanan
2022-07-18
0
alisa mayo
duh ilah
2022-07-11
0