SURATAN TAKDIR

Pagi pagi sekali, Dhea harus menyiapkan keperluan Ramlan dan menemaninya. Ini adalah saat yang tepat, untuk menanyakan siapa wanita yang ia sempat potret, dan melabraknya.

'Zia, ah. Benar dia namanya.' benak Dhea mengingat.

"Mas, aku boleh bertanya. Kemarin lalu, saat aku pergi. Ada seorang wanita bernama Zia, dia bilang aku merebut suaminya. Mas, apakah saat kamu menikahiku kamu telah punya istri?" tanya Dhea dengan wajah takut.

"Heuumph! jika ia atau tidak, itu tidak berpengaruh. Tujuanku menikahimu adalah kamu harus mempunyai anak. Masalah nanti, aku pikirkan lagi."

Bagai tersambar petir, Dhea merasa diluar logikannya. Ingin ia marah, saat itu tapi wajah Ramlan sudah tajam melihatnya. Dhea hancur, merasa ditipu, dibohongi oleh pria di depannya yakni suaminya. Terlebih paman Rozak dan sang bibi ikut andil dalam permainan ini.

'Astaga, aku harus apa. Kenapa aku mendapati suami yang sudah punya istri.' sesak Dhea.

"Kenapa kau masih diam di dalam sini?" tanya Ramlan dengan wajahnya yang dingin.

"Ehm ... baik mas aku akan pindah,"

Tidak ada lagi kalimat yang bisa diucapkan oleh Dhea, kecuali kata itu dengan senyum yang dipaksakan menghiasi wajahnya, Dhea turun dari mobil masih dengan kedua tangannya kembali menutupi bagian depan tubuhnya.

BRAK

Dhea membuka bagasi sesuai dengan perintah Ramlan, lalu masuk ke dalamnya.

'Tidak punya hati! Ini pertama kalinya aku harus naik dalam bagasi! Owh, bagaimana nasibku nanti kalau aku harus tinggal dengan orang yang tidak punya hati macam dia? Harusnya aku tadi menolak permintaan madam Yeoni dan menjauhi masalah!'

Dhea mengomel kesal sekali di hatinya dan kini dia hanya bisa meringkuk di dalam bagasi sambil terus memaki.

"Tunggu ... disini gelap sekali .. shhh, aku baru sadar!" ucap Dhea yang berdegup jantungnya, lalu segera membuka tasnya dan menyalakan handphonenya.

"Fuuuh... terang! syukurlah!" hati Dhea agak tenang walaupun kesal, melihat cahaya rasa gundah dalam jiwanya berangsur hilang.

'Semoga dia tak menaruhku di kamar gelap dan tak mengikatku ... aku tidak sanggup untuk itu!' ucap Dhea, kembali di hatinya sambil mengamati handphone. Ia harus mengikuti suaminya Ramlan, tapi duduk di dalam bagasi.

'Apa aku layak disebut istri?' sesal Dhea tak bisa berbuat apapun.

Dreetth!

[Kak Dhea, pulang jam berapa?]

'Oh Tuhan ... Mira!' ujar Dhea, dihatinya, teringat sesuatu yang penting. Dhea langsung membuka layar handphonenya dan menghubungi adik yang baru saja mengirimkan pesan.

"Kak Dhea, kau pulang jam berapa? Kenapa tumben malam sekali?" pesan Mira.

"Mira, tak ada orang datang ke apartemenku kan? tetaplah diam jangan keluar!" pesan balasan Dhea.

"Enggak ada kak! Apa ada yang akan mencarimu kak?" balas Mira.

Dhea : Oh, syukurlah!

(Hati Dhea agak tenang mendengar tidak ada yang mencarinya )

'Aku tak boleh bersenang hati, ini belum ada satu jam dari perjanjian tadi di tanda tangani!' Dhea mengingatkan dirinya sendiri, lalu bicara serius dengan adiknya.

Dhea : Tidak, Sayang! Kali ini aku tidak akan meninggalkanmu terlalu lama, aku akan berusaha! Aku sudah lebih terlatih sekarang. Aku janji akan kembali cepat! tetaplah bersama Bagas, dan pergilah ke paman Rozak dan bibi, untuk tinggal sementara waktu.

Mira : "Baiklah, tapi janji kembali cepat kak! aku takut tanpamu."

Dhea : "Iya, Mira. Aku janji, ingatlah, kau adalah keluargaku satu-satunya setelah Ibu sudah tidak ada! Aku tidak ingin seseorang sampai tahu keberadaanmu di mana. Aku tidak ingin dia melakukan hal buruk yang sama seperti dia lakukan padaku! Apa kau paham?

Mira : "Iya mengerti kak! Kau memang kakakku yang terbaik! Maaf karena selama ini aku hanya bisa menyusahkanmu dan aku tidak bisa membantumu!"

Mira : "Sudahlah, kau masih kecil! Sudah kewajibanku untuk menjagamu. Aku mohon segera pergi tinggalkan apartemenku. Tapi jangan keluar sendiri, mintalah bagas menemanimu dan selalu jalan ditempat yang ramai orang!"

Mira : "Iya kak, aku paham, aku akan berkemas dan pagi besok aku akan pindah ke asrama."

Dhea : "Kau tahu dimana aku menyimpan uang kan? Pakai itu untuk cadangan ya! Simpan di tempat yang paling aman dan kalau bisa tidak perlu memegang banyak cash di asrama!"

Mira : "Aku mengerti! Terima kasih untuk saranmu! kak. Aku akan terus bersama kak Bagas."

Klik.

'Fuuuh! Syukurlaaaah!' Hati Dhea menjadi tenang dengan posisinya yang masih tiduran miring, dia masih memegang handphonenya yang menyala sebagai penerang sambil satu tangannya memeluk tasnya.

'Aku tahu kalau aku tidak pantas menyebut nama-Mu, Tuhan! Aku bukan wanita baik-baik dan aku penuh dengan dosa. Tapi saat ini aku benar-benar membutuhkan-Mu untuk menjaga kedua adikku! Aku mohon, lindungi dia jangan sampai jadi sepertiku,' bisik hati Dhea, karena memang sudah beberapa tahun terakhir ini dirinya sudah tidak pernah lagi menyebut kata Tuhan.

Hati Dhea sudah membeku penuh dengan kekecewaan dengan jalan hidupnya, sehingga ia sendiri tidak tahu apa yang harus dipercaya dan apa yang diinginkannya dalam hidup.

Tapi saat ini dirinya benar-benar pada titik terendah dan khawatir pada adiknya, Mira, Bagas, hingga air matanya pun menetes sebagai penyalur sesak hatinya. 'Ibu ... aku merindukanmu, kuatkan lah aku ibu!'

'Fuuuh ... Tidak peduli dengan yang akan terjadi padaku, selama adikku aman dan tidak terjadi sesuatu padanya, bagiku itu sudah cukup!' ucap Dhea.

Ia akhirnya untuk menenangkan hatinya 'Tunggu, sepertinya mobil sudah berhenti!' gumam Dhea lagi setelah merasa mobil yang dinaikinya sudah tak bergerak.

Klek. "Keluar!"

Suara Bariton dengan gerakan kap bagasi ke atas, yang membiarkan sinar cahaya masuk, refleks membuat tangan Dhea mematikan lampu handphonenya dan menyimpan kembali ke dalam tas.

"Terima kasih mas!" Masih sambil menutupi bagian depan tubuhnya, Dhea berusaha keluar.

Ramlan tidak menunggu Dhea sampai benar-benar berdiri. Pria bertubuh tegap itu sudah membalikan tubuhnya lebih dulu sehingga Dhea terpaksa mengikutinya sambil setengah berlari. Dhea menutupi wajahnya dengan rambut terurai dan kedua tangannya pun memegang tasnya masih menutupi bagian depan tubuhnya.

'Huh, banyak sekali penjaga!' ucap Dhea saat mereka sampai di depan pintu lift.

TING!

Dan tak ada tiga detik, pintu lift khusus yang memang terhubung langsung dengan apartemen Ramlan terbuka, memaksa Dhea ikut masuk ke dalamnya, mengekor Ramlan.

'Apa memang dia pendiam?' gumam Dhea karena tidak ada pembicaraan di antara mereka di dalam lift. Ramlan sangat kaku, dingin dan dia memang tidak terlalu banyak berbicara, tak seperti pria yang menyewa Dhea, mereka pasti sibuk menggodanya.

TING

Hingga akhirnya pintu lift terbuka, Ramlan tak juga bicara, justru melangkah keluar yang langsung berhenti tepat di ruang tamunya.

'Gila, aku harus sampai kapan diam begini?' ujar Dhea. Dia kehabisan ide, sehingga hanya terus mengekor Ramlan ke lantai dua dengan bibir Dhea yang gatal sudah ingin menumpahkan isi hatinya.

Klek

"Ini kamarmu! Buatlah dirimu nyaman di sini! Siapkan semua kebutuhanmu sendiri! Pelayan akan datang untuk mengisi bahan makanan tiap harinya. Mereka juga akan membersihkan tempat ini, tapi tidak akan tinggal di sini! Penjaga akan menjaga di satu-satunya pintu keluar dari tempat ini, yaitu lift di lantai bawah! jadi jangan berpikir kau bisa lari dariku sebelum semua perjanjian ini berakhir! Kau paham?" penjelasan Ramlan yang akhirnya mau bicara.

"Paham Mas." Dhea tersenyum terpaksa dimanis-maniskan.

"Jangan coba bunuh diri! Ingat, kalau kau melakukan itu, aku akan menjadikan adikmu yang kau telepon di bagasi sebagai gantimu!' pernyataan Ramlan membuat bulu kuduk Dhea berdiri, dan netranya mengerling pada pria dihadapannya.

"Jangan kau ganggu dia Mas," ucap Dhea tegas.

"Aku bertindak sesuai dengan sikapmu padaku! jangan lagi banyak bertanya!" Ramlan menambahkan lagi.

"Tenang saja Mas. Saya janji tidak akan mengecewakan mas? karena saya sudah paham bagaimana aturan mainnya," Dhea bersunggguh-sungguh, meski hatinya sangat ketakutan.

Tbc.

Baca dari Awal lagi ya! Karena Author buat kisah Dhea lebih nyata.

Sesuai tema Pelakor lebih greget! Revisi full dua hari.

Terpopuler

Comments

RIMA

RIMA

aneh kamu dhea terlalu bodoh namanya.

2022-07-18

0

DIRA

DIRA

sam menang banyak dong😆

2022-07-18

0

betie mboke

betie mboke

duh sam menang banyak.

2022-07-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!