Kembali berpikir keras

Memutar keran air lalu berdiri di bawah pancuran shower. Aqmal Malik, pria itu membiarkan gemercik air membasahi tubuhnya yang kekar bak pria Barat berotot. Kalimat yang tersusun rapi, yang tadinya keluar dari mulut adiknya berhasil membuat Aqmal berpikir keras.

Setelah selesai dengan aktivitasnya di kamar mandi, segera Aqmal mengenakan pakaian. Perlahan menggiring langkahnya hingga ke balkon. Kembali berpikir keras, Aqmal merasa stres dibuatnya.

"Apa yang dia lakukan sekarang? Apa dia sudah menikah lagi? Dimana pun kamu, dengan siapapun kamu, semoga Allah melindungi mu di setiap hembusan nafas dan langkah kakimu. Aamiin"

Aqmal berdoa untuk Lisnawati. Biar bagaimana pun, Lisnawati adalah wanita yang namanya sempat Aqmal sebut di setiap doanya.

"Sayang, ada yang nyariin kamu"

Aqmal memutar badan, mendapati Bunda Sakila berdiri di ambang pintu. Dengan kedua kening yang saling bertaut, Aqmal mengajukan pertanyaan. "Siapa?"

"Bunda Santi" balas Bunda Sakila.

Mendengar nama Bunda Santi, Aqmal menghampiri Bundanya. Mengajak wanita itu turun bersama menemui Bunda Santi di ruang tamu. Aqmal mengambil tempat di depan Bunda Santi sementara Bunda Sakila duduk di samping Bunda Santi.

"Tante kenapa? Tante sakit?" Pertanyaan beruntun Aqmal lontarkan. Tidak biasanya Bunda Santi mau bertamu di siang hari apalagi mau bertemu dengannya.

"Nggak, Tante nggak sakit. Tante kesini mau minta bantuan sama kamu. Tante dan Bunda kamu mau ke Makassar. Jadi, Tante minta tolong untuk jagain Fauziah" jelas Bunda Santi. Aqmal menarik senyum.

"Tante, Fauziah sudah aku anggap sebagai adik aku sendiri. Tante jangan khawatir, aku pasti menjaganya" kata Aqmal agar wanita paruh baya itu tidak cemas.

"Alhamdulilah"

Perasaan Bunda Santi mulai tenang. Wanita itu bisa berlibur tanpa mencemaskan keponakannya yang selalu memanggilnya Bunda.

"Kamu sudah dengar sendiri kan" kata Tante Sakila menimpali.

Bunda Santi tersenyum. "Ya sudah, aku mengemasi pakaianku dulu"

"Iya, Say" balas Bunda Sakila bak anak jaman sekarang.

Bunda Santi kembali ke rumah mengemasi pakaian yang akan dia bawa. Mumpung tiket pesawatnya didapat secara gratis. Ya, wanita itu hanya terima beres, karena Bunda Sakila lah yang membelikan tiket pesawat.

.

.

Pukul 18:00 PM, Fauziah merapikan tempat tidurnya. Tak lupa menutup jendela kamar, membenarkan tirai dan terakhir pergi mandi. Seperti biasa, gadis cantik itu tidak berlama-lama di dalam. Bisa menggosok gigi dan cuci muka saja dia sudah bersyukur. Apalagi bisa keramas dan mandi seperti kegiatan mandi pada umumnya. Usai melakukan kewajibannya yaitu shalat dan mengaji, ia lanjut dengan kegiatan lainnya yaitu makan dan belajar. Terakhir, ia mengambil alat kecantikannya yang dia beli pekan lalu.

"Aku udah kelas 3 SMK, nggak lama lagi aku akan lulus Sekolah. So, aku harus merawat kulitku, karena di akademi nanti banyak wanita cantik di sana. Sekalipun aku dari kompleks kuburan, kulitku harus terlihat bersih, putih dan mulus" kata Fauziah dengan gaya centilnya.

Gadis itu duduk di kursi depan cermin. Mengoleskan Body Lotion Marina di area wajah, leher, hingga bagian tubuhnya yang lain. Tak lupa ia mengoleskan Fair and Lovely di area wajah hingga leher. Dan terakhir, ia menabur bedak Baby di wajah serta bagian lehernya.

Usai memanjakan kulitnya, dia pun mengambil ponselnya. Jari-jari lentiknya terus mencari kontak yang disimpan dengan nama Bunda lovers.

"Bunda tuh ya, suka sekali pulang malam. Bikin cemas saja!" ketus Fauziah. Dia Sekolah sambil kerja, eh! Bundanya sibuk menjelajah di rumah tetangga.

Drtt... Drtt... Drtt...

Ponsel Fauziah bergetar. Nama Aqmal terpampang dengan jelas di layar ponsel. Tanpa berfikir lama, Fauziah menekan gambar hijau dan menempelkan benda pipi itu di telinganya

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam. Ziah, Bunda Santi mau bicara denganmu" kata Aqmal diseberang telepon.

Fauziah menghela nafas legah. "Jadi Bunda disitu. Baru juga mau aku hubungi"

"Ziah, ini dengan Bunda. Tadi Bunda lihat kamu tidurnya nyenyak sekali jadi Bunda nggak tega bangunin kamu" jelas Bunda Santi. "Ada uang di atas kulkas, kamu gunakan untuk keperluan mu selama Bunda nggak ada. Ingat, kau harus makan sebelum perutmu keroncongan. Jangan begadang, nanti kamu telat bangun pagi"

Kedua kening Fauziah menukik naik. "Loh, memangnya Bunda dimana dan mau kemana?" tanyanya tak paham.

"Bunda dalam perjalanan ke Bandara. Bunda dan Tante Sakila mau ke Makassar. Ada urusan di sana" jawab Bunda Santi.

"Bunda kok gitu sih, kenapa nggak bangunin aku!" protes Fauziah. Beberapa detik kemudian, ia pun terisak. Aqmal memutuskan panggilan telepon secara sepihak. Bukannya dia tidak sopan, tetapi dia tidak bisa mendengar Fauziah menangis.

Drtt... Drtt... Drtt...

Ponsel Fauziah kembali bergetar. Lagi-lagi Aqmal yang menelepon. Fauziah mengangkat panggilan tanpa bersuara.

"Keluar ke balkon" titah Aqmal. Fauziah tak menjawab, namun dia menurut. Ia keluar dan berdiri di balkon.

"Kenapa menangis?" tanya Aqmal dengan lembut.

"Kapan Bunda dan Tante pulang?" tanya Fauziah seraya menyeka air matanya.

"Paling kamis sudah di sini" jawab Aqmal. "Udah, jangan nangis lagi" sambungnya dengan lembut.

.

.

Pagi hari, Fauziah bangun lebih awal daripada Muli. Ya, Muli. Gadis cantik itu bermalam di rumah Fauziah. Fauziah memasak nasi, mencuci piring, dan terakhir menyapu rumah dan juga halaman rumah. Sebelum mandi, dia memanggang roti serta membuat susu untuk dia dan Muli. Selesai mempersiapkan menu untuk sarapan pagi, Fauziah naik ke lantai dua, tepatnya di kamar.

"Dek, bangun"

"Hmmmm. Kakak, jam berapa sekarang?" tanya Muli tanpa membuka matanya. Bahkan dia masih nyaman memeluk bantal guling nya.

"Jam 6"

"Kakak, 15 menit lagi ya" pinta Muli. Matanya masih sulit diajak bekerja sama.

"Ayo bangun" Fauziah mengibas selimut yang menutupi tubuh Muli. Lalu menarik tangan gadis cantik nan manja itu.

Muli hanya bisa pasrah. Ia masuk ke dalam kamar mandi untuk menggosok gigi. Kemudian menghampiri Fauziah di meja makan. Menggeser kursi dekat Fauziah lalu duduk menikmati sarapan pagi yang dengan susah payah Fauziah hidangkan.

Usai sarapan serta mandi dan lain-lain. Fauziah dan Muli bersiap ke Sekolah. Seperti biasa, Fauziah akan membawa pakaian ganti. Dan kali ini, Aqmal yang mengantar mereka ke Sekolah.

"Dek, sepulang Sekolah nanti kamu tunggu Kakak di rumah Nenek" kata Aqmal pada Adiknya.

"Iya" balas Muli dengan singkat. Dia sibuk dengan tugasnya yang semalam dia lupa kerjakan.

Aqmal berhenti tepat di depan Gedung Sekolah SMK Misbahul Aulad Labuha. Ia mengeluarkan dompetnya, mengambil uang pecahan dua puluh ribu dan pecahan sepuluh ribu.

"Ini uang jajan kalian. Ingat, beli jajan yang bisa buat kenyang" kata Aqmal menegaskan.

"Kok aku dapat" gumam Fauziah seraya melihat uang ditangannya.

"Sudah, ayo kita pergi" Muli menarik lengan Fauziah. Mengajak wanita itu ke kantin Ci Wia, penjual nasi kuning yang begitu lezat.

Terpopuler

Comments

Be___Mei

Be___Mei

muli ih 🤣🤣🤣 jangan jangan tebakan kamu tu benar,si aqmal naksir fauziah

2022-06-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!