Marsha kembali bergabung dengan kedua temannya. Dia mengatakan kalau Rio baru saja mengancamnya membuat dirinya sedikit ketakutan.
"Aku sudah curiga kalau dia itu pria yang aneh," tutur Rere.
"Kau harus tetap waspada, Sha." Ika mengingatkan sahabatnya.
"Ya, kalian benar. Dari awal kami menjalin hubungan, dia keras kepala dan terlalu mengekang. Aku tidak boleh berteman atau bergaul dengan teman pria," jelas Marsha.
"Jika dia berani menyakitimu, beri tahu orang tuamu dan kami," ujar Rere.
"Semoga saja ancaman dia tidak benar," harapnya.
-
Gedung Perusahaan Karta Grup
Bara sedang menunggu laporan dari anak buahnya tentang Marsha. Wanita yang tak sengaja menabrak tubuhnya.
Dua orang pria bertubuh tegap masuk ke dalam ruangannya. Keduanya menunduk hormat lalu memberikan satu amplop coklat berukuran besar.
Bara membuka amplop tersebut lalu tersenyum, ia melihat dua foto hasil penyelidikan kedua anak buahnya.
"Jelaskan!" Perintahnya tanpa menatap.
"Dia tidak tinggal di jalan Cempaka lagi, Tuan. Tapi di jalan Matahari. Tuan Candra memiliki usaha yaitu menjual sepeda motor bekas. Nyonya Mira berjualan kue keliling."
"Lalu dia?"
"Nona Marsha bekerja sebagai sales di sebuah toko ponsel, Tuan"
"Kalian boleh kembali bekerja," mengerakkan jemari tangannya agar keluar.
"Permisi, Tuan." Pamit kedua orang suruhannya
Setelah anak buahnya pergi, Bara menarik sudut bibirnya. "Sekarang kau sudah jatuh miskin," batinnya senang.
Bara berdiri dari kursinya, merapikan jasnya. "Waktunya membalas semua yang telah ia lakukan," tersenyum menyeringai.
-
-
Marsha menggunakan sepeda motornya, menelusuri jalanan sembari membawa dagangan. Ya, kue-kue buatan dirinya dan mamanya akan ia titipkan di beberapa warung.
Jalanan tidak terlalu ramai karena hari libur, kecepatan kendaraannya juga tidak terlalu kencang. Sebuah mobil menabrak, bagian belakang motornya membuat dirinya sedikit oleng dan jatuh ke sisi kiri.
Mobil yang menabraknya, melarikan diri. Marsha yang terjatuh dibantu warga berdiri. Ia menatap kue-kue yang berserakan dengan wajah sedih.
"Terima kasih," ia menundukkan kepalanya dan berjalan pelan ke arah motornya.
"Hati-hati, Nona!" Warga yang menolongnya membantunya menyusun kue yang berserakan.
Ia mengikat wadah kue yang sudah tersusun dibelakang motornya. Tak lupa ia juga mengungkapkan terima kasih lagi kepada warga.
Dengan mata-mata berkaca ia kembali ke rumah. Sesampainya, Mira bergegas mendekati putrinya.
"Ma, kuenya rusak semua!" Marsha merasa bersalah.
"Apa yang terjadi?"
"Tadi ada mobil yang menyenggol ku," jawabnya.
"Tapi kamu tidak apa-apa'kan, Nak?" Mira lebih khawatir dengan putrinya daripada kue dagangannya.
Marsha menganggukan kepalanya.
"Ini berdarah, Marsha!" Memegang tangan putrinya dan menunjuk sikut yang merah.
"Ini tidak apa-apa, Ma. Hari ini kita merugi," Marsha berusaha menahan air matanya.
"Sudah tidak apa, Mama masih ada uang untuk modal dan makan kita hari ini. Cepat bersihkan dan obati lukamu ini!" Titah Mira.
Marsha berjalan ke kamarnya, membersihkan luka kemudian mandi. Setelah itu, ia berpamitan pergi bekerja.
Dengan hati-hati ia menyusuri jalan, karena kejadian beberapa jam yang lalu masih membuatnya trauma.
Sesampainya, ia melayani pembeli dengan ramah. Marsha selalu saja mendapatkan bonus karena pelayanan yang ia beri membuat pelanggan senang.
Namun, hari ini mungkin ia tidak beruntung. Jatuh dari motor dan kue berserakan. Kini ia harus melayani pembeli yang minta ditunjukkan semua jenis ponsel yang ada di etalase tapi tidak ada satu pun yang dibeli.
"Sudah mahal, barang tidak bagus!" omel pembeli berjenis kelamin wanita.
Marsha hanya bisa tersenyum, jikapun marah ia akan malu di lihat pengunjung toko yang lainnya.
"Aku beli di toko lain saja!" Wanita muda itu pun berlalu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Nadav effendy
satu pesan yg dpt diambil dr cerita di part ini adalah, hrs tetap bersabar appun keadaan nya & sllu bersyukur
2023-02-13
1