Sebuah lagu dari Stevan Pasaribu yang berjudul "Belum Siap Kehilangan" terdengar dari sebuah ponsel milik Rasya. Dia sedang serius menatap layar laptopnya, meski terkadang pikirannya melayang jauh entah kemana.
klik!!
Rili masuk ke dalam kamar Rasya yang memang telah terbuka dan langsung mematikan alunan lagu baper dari ponsel Rasya.
Seketika Rasya mengalihkan pandangannya dari laptop dan menatap adiknya yang kini sedang melipat tangannya.
"Rili udah pulang?"
Rili hanya menghela napas panjang lalu duduk di samping Kakaknya. "Stop dengerin lagu baper lagi."
"Cuma denger aja. Kenapa gak boleh?" Rasya kembali menatap layar laptopnya melanjutkan pekerjaannya.
"Biar Kak Rasya bisa move on. Ayolah, Kak Rasya sudah saatnya membuka hati untuk orang lain."
Rasya hanya tersenyum kecil. "Belum nemu aja yang pas."
"Itu, Nana masih ngejar Kak Rasya sampai sekarang."
"Nana udah aku anggap kayak adik sendiri. Sama kayak kamu."
Rili hanya menyebikkan bibirnya. Ada saja alasan Kakaknya itu.
"Udah, kamu jangan bingung mikirin aku. I'm fine." Rasya kini menutup laptopnya dan beralih menatap adiknya yang masih duduk dengan anteng di sampingnya. Dia tersenyum melihat cincin yang kini telah terpakai di jari manis Rili. "Alvin udah melamar kamu?"
Rili bisa menangkap arah pandangan mata Rasya. Seketika dia menyembunyikan cincinnya. "Bukan, ini cuma dikasih aja. Belum dilamar."
Satu cubitan kini mendarat di pipi Rili. "Gak usah bohong. Tadi waktu Alvin jemput kamu, dia bilang sama aku kalau mau melamar kamu."
"Ih.." Rili mengelak cubitan dari Rasya meski masih tetap kena.
"Gimana? Kapan rencana menikah?"
"Kak Rasya dulu yang menikah."
"Loh, kenapa aku? Udah cepat kamu sah kan hubungan kalian. Jangan mikirin aku." Rasya menangkup kedua pipi Rili meyakinkan adik yang terkadang keras kepala itu. "Kamu juga harus bisa memikirkan perasaan Alvin. Masa depannya sudah matang demi kamu. Dia udah ngebet loh mau nikah sama kamu."
"Alvin masih bisa nunggu kok."
Rasya tertawa lalu melepas tangannya. Dia berdiri dan meletakkan laptopnya di meja. "Kamu itu gak perlu nungguin aku. Cowok butuh kepastian dengan cepat. Nanti kalau Alvin kabur jangan nyesel loh."
"Ih, Kak Rasya kok ngomong gitu sih. Do'a Kak Rasya jelek!!" Seketika Rili berdiri dan menghentakkan kakinya. Melangkah dengan kasar menuju kamarnya.
Mendengar perkataan Rasya, Rili menjadi gelisah. Apa keputusannya itu salah. Dia melakukan ini karena dia sangat sayang dengan Rasya. Dia tidak mau menambah kesedihan hati Rasya. Meskipun dia mengerti, Rasya pasti akan bahagia jika melihat kebahagiaannya tapi tidak ada yang bisa membaca isi hati seseorang, bukan? Mungkin saja jauh di dalam hati Rasya, dia nelangsa meratapi hidupnya.
...***...
"Sya, sudah dapat sekretaris barunya?" tanya Papi Rizal pada putranya saat sarapan di pagi hari itu. Seperti biasanya mereka selalu mengobrol hal-hal kecil saat akan bersantap.
"Sudah Pi, nanti Doni yang akan mengurusnya."
"Kenapa Doni? Kamu interview sendiri biar tahu beneran klop gak cara kerjanya sama kamu. Siapa tahu hatinya juga klop," godanya pada Rasya, karena sebenarnya Papi Rizal tahu persis kalau Rasya masih menutup hatinya pada gadis lain.
Rasya hanya tersenyum kecil.
Sedangkan Rili sedari tadi hanya duduk menopang kepalanya sambil mengetuk-ngetuk meja dengan jarinya.
"Anak gadis Mami kenapa?" tanya Papi Rizal pada istrinya.
"Gak tahu, dari tadi pagi udah galau gitu."
"Habis dilamar kok galau," celetuk Rasya sambil menyantap makanannya.
Rili hanya melirik kesal pada Rasya. Kakak dinginnya itu memang terkadang mengesalkan.
"Oo, habis dilamar. Kapan orang tua Alvin mau ke sini?" tanya Papi Rizal.
Rili menegakkan duduknya lalu menggelengkan kepalanya. Apakah mereka tidak mengerti keinginan mulianya? Apa dia harus egois saja memikirkan kebahagiannya sendiri?
Rili mulai memakan sarapannya. Sambil tetap berdiam diri.
"Rili, kamu ke toko dulu ya. Nanti Mami susul."
Setelah lulus kuliah, Rili dan Maminya mempunyai sebuah toko pakaian yang lumayan besar. Dengan bantuan modal dari Papinya tentunya. Perkembangan yang cukup pesat dalam satu tahun karena tidak hanya buka secara offline tapi juga secara online di beberapa aplikasi ternama seperti aplikasi berwarna orange, hijau, pink, dan lainnya. Dia juga memiliki 3 anak buah yang membantunya bekerja.
"Iya Mi." tidak seperti biasanya yang harus berdebat dulu dengan Maminya ketika dia berangkat ke toko terlebih dahulu. Kali ini Rili seolah menjadi anak penurut dan manis.
Tanpa ada suara, ketika mereka semua mulai menghabiskan sarapan.
Rasya selalu selesai terlebih dahulu. Sebagai bos besar yang telah menggantikan Papinya di perusahaan properti selama satu tahun ini, Rasya sangat disiplin dalam hal waktu. Meskipun sudah menjadi seorang bos dia masih saja memiliki sifat introvert.
Rasya berpamitan kepada kedua orang tuanya yang beberapa detik kemudian disusul oleh Rili.
"Sepi ya, Mi." Rizal menggeser kursinya hingga berdekatan dengan istrinya yang masih setia menemaninya selama 25 tahun pernikahan.
"Iya, anak-anak sudah besar semua. Dan... Mami masih gak nyangka aja selama lima tahun terakhir ini kita kehilangan orang tua kita secara berurutan." Lisa menghela napas panjang. Dia teringat, ketika Mamanya tiba-tiba jatuh sakit lalu pergi meninggalkannya untuk selamanya, satu tahun kemudian disusul oleh Ayahnya dan tahun-tahun berikutnya mereka juga kehilangan Mama Ela dan Papa Alan.
Rizal merengkuh tubuh istrinya dan mengusap bahu itu dengan lembut. "Kita do'akan mereka ya. Semoga mereka mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah."
"Amin..."
"Rili, kenapa Mi? Dia ada cerita sama kamu?"
Lisa menghela napas panjang. "Sepertinya dia ingin melihat Rasya menikah terlebih dahulu sebelum dirinya."
"Aku juga sebenarnya masih mikirin Rasya, tapi Rili tidak perlu melakukan ini. Kasihan Alvin kalau harus nunggu Rili tanpa kepastian. Nanti biar aku coba bicarakan sama Pak Iwan tentang masalah ini."
"Iya, biar langsung sat set sat set gitu." Lisa berdiri dan membereskan meja makan. Menumpuk piring kotor lalu segera mencucinya.
Rizal beranjak dari duduknya dan berjalan mendekati Lisa yang sedang mencuci piring lalu melingkarkan tangannya di pinggang Lisa. "Sat set sat set kayak Papi ya, Mi."
"Ih, Papi ingat umur. Udah tua."
Rizal justru mengendus dalam tengkuk leher Lisa yang masih tetap menjadi aroma favoritnya. "Belum juga kepala lima."
"Bentar lagi udah kepala lima."
"Yang penting masih kuat, Mi."
Setelah Lisa selesai mencuci piring, tiba-tiba suami yang semakin berumur semakin nakal itu mengangkat tubuhnya ala bridal style.
"Tuh kan, masih kuat Mi."
"Ih, Papi turunin."
Rizal tersenyum menggoda. Meski sudah berumur 48 tahun tapi wajah itu masih tetap tampan dengan guratan keriput yang halus tersamar.
"Iya, nanti Papi turunin di kamar."
"Papi, makin tua makin menjadi ya."
Rizal tak menggubris cicitan Lisa yang semakin hari semakin bawel. Wajah yang masih tetap cantik meski telah berumur 46 tahun itu tak akan bisa membuat Rizal berpaling sejak puluhan tahun yang lalu.
Lisa terdiam saat rasa hangat dan basah menyapu bibirnya sesaat.
"I love you..."
"I love you too..."
💞💞💞
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Sri Raganti Ols
tetep romantis penuh cintah kasih dan sayang,,
2022-12-05
1
Yanimama Kembar
umur baru 32 Thun aja udah dianggurin terus kawan hahahaha.....
2022-12-01
2
Author yang kece dong
Aku mampir kak semangat 😍
2022-06-29
2