Seharian itu pikiran Rasya benar-benar kacau. Nama Dira begitu menyita otaknya. Untuk mengakhiri semua rasa penasarannya, dia memutar setir mobilnya menuju rumah Om Dewa. Dia memang sudah lama tidak berkunjung ke rumah sahabat kedua orang tuanya itu.
Dia lajukan mobilnya dengan kecepatan standart melewati jalanan yang cukup ramai menjelang malam hari.
Rasya menghela napas panjang saat menghentikan mobilnya di depan rumah Om Dewa. Dia kini turun dan berjalan menuju pintu rumah itu. Masih tetap sama seperti sebelumnya, hanya warna tembok saja yang berubah.
Rasya mengetuk pintu rumah itu. Beberapa saat kemudian pintu rumah itu terbuka.
Wajah itu, tatapan mata itu, benar-benar sama dengan Dara.
Rasya tercekat beberapa saat. Dia saling menangkap pandang dengan gadis yang baru saja membuka pintu untuknya.
"Siapa, Ra?" tanya Om Dewa sambil berjalan mendekat.
"Ini, ada...." Dira menghentikan perkataannya, kemudian dia buru-buru masuk ke dalam.
"Rasya, masuk dulu. Lama kamu gak ke sini?"
Rasya tersenyum lalu bersalaman dengan Om Dewa kemudian dia masuk dan duduk di sofa ruang tamu.
"Ada apa?" tanya Om Dewa. Tapi sedetik kemudian dia bisa mengerti maksud dari tatapan Rasya. "Itu Dira. Dia saudara kembar Dara."
Tentu, sesuai dugaannya. Karena hanya saudara kembar yang memiliki wajah yang sama persis seperti itu. "Kenapa Om Dewa tidak pernah cerita soal ini?"
Om Dewa menghela napas panjang sebelum menceritakannya. "Karena sedari bayi, Dira sudah di adopsi sama Kakaknya Karin karena tidak memiliki anak. Tapi setelah Kakaknya Karin meninggal dunia beberapa bulan yang lalu, Dira kembali tinggal dengan kita."
Rasya hanya terdiam. Mengapa semua serba kebetulan seperti ini.
"Ada perlu apa datang ke sini?"
"Sebenarnya saya tadi sangat terkejut saat melihat CV Dira."
"CV? Oo, jadi Dira melamar di kantor kamu."
"Iya Om. Dia diterima menjadi sekretaris saya dan bisa mulai bekerja besok."
"Bagus kalau gitu," Om Dewa menganggukkan kepalanya. "Oiya, gimana kabar orang tua kamu? Lama tidak bertemu."
"Alhamdulillah, baik Om." Rasya kini tersenyum saat melihat Dira keluar sambil membawa secangkir minuman untuk dirinya. "Tidak usah repot-repot," basa-basi Rasya meski sebenarnya hatinya sedikit berbunga-bunga walau hanya dibuatkan secangkir teh oleh Dira. Apakah hanya karena wajah Dira sama persis dengan Dara membuat perasaan yang telah layu akan bersemi kembali?
"Ra, ini Rasya, bos kamu. Sudah tahu?"
Dira sedikit terkejut. Tapi sedetik kemudian dia tersenyum dengan manis. "Wah, kebetulan sekali ya Pak. Pak Rasya sudah kenal dengan keluarga saya." Dira kini duduk di sebelah Papanya.
Rasya terpaku beberapa saat menatap senyuman manis itu. Senyuman yang sama persis ketika dirinya pertama kali bertemu dengan Dara.
"Kalau diluar jam kerja, kamu tidak usah panggil Bapak ya."
"Eh, hmm, iya Kak."
"Rasya ini anak sahabat Papa. Apa kamu dulu pernah dengar cerita dari Dara? Karena Dara dulu dekat dengan Rasya." cerita papanya singkat.
Dira hanya terdiam lalu menggeleng pelan.
"Ya sudah, kalian ngobrol dulu. Papa tinggal ya."
Setelah Papanya beranjak, Dira terjebak kecanggungan dengan Rasya.
Rupanya si bos introvert ini harus memulai pembicaraan. "Sebelumnya kamu tinggal dimana Ra?"
"Di Surabaya, Kak."
"Jadi dekat dengan rumah Om Dewa yang dulu?"
"Lumayan jauh Kak. Tapi dulu waktu Papa di Surabaya, tiap kali liburan aku masih sering menginap di rumah Papa."
Liburan, di Surabaya? Rasya sedikit mengernyitkan dahinya.
"Aku dulu juga beberapa kali diajak Papi ke Surabaya menemui Om Dewa. Kita juga pernah liburan bareng. Tapi waktu itu Om Dewa cuma sama Dara."
Dira menghela napas panjang lalu dia tersenyum. "Kak Rasya dulu dekat ya sama Dara?"
Rasya hanya tersenyum hambar. "Iya, dekat. Tapi... Ya sudahlah, semua sudah berlalu."
"Berlalu? Memang Kak Rasya sudah bisa move on?"
Rasya kembali tersenyum. "Jujur aku belum bisa melupakan kejadian tragis itu. Aku merasa bersalah. Aku merasa gagal menjaga Dara waktu itu." Satu helaan napas terdengar di ujung kalimatnya.
"Kak, semua ini sudah takdir. Tidak usah menyalahkan diri sendiri."
Mereka asyik mengobrol sampai malam. Sikap hangat Dira memang telah mampu mencairkan kebekuan hati Rasya sedikit demi sedikit. Dia yang biasanya sulit untuk tersenyum, justru dibuat Dira tersenyum berkali-kali.
Apakah kali ini takdir memihak pada Rasya?
...***...
Tepat pukul 09.00 malam, Rasya sampai di rumah. Dia masuk ke dalam rumahnya yang kebetulan memang belum dikunci karena kedua orang tuanya masih menonton televisi di ruang tengah.
"Rasya, tumben baru pulang. Dari mana?" tanya Papi Rizal yang seketika menghentikan langkah Rasya saat akan menaiki anak tangga.
"Dari rumah Om Dewa."
"Rumah Dewa? Tumben banget? Ada apa?"
Akhirnya Rasya memutuskan untuk duduk di sebelah Papinya. "Papi atau Mami apa tahu kalau Dara punya saudara kembar?"
"Hah, saudara kembar?" Rili yang baru menuruni anak tangga justru terkejut mendengar penuturan Rasya.
"Mami gak tahu kalau Dara kembar. Karin juga gak pernah cerita sama Mami."
Rili yang merasa penasaran, dia kini ikut duduk di sebelah Maminya. "Kak Rasya halu kali saking kangennya sama Dara."
"Nggak! Aku gak halu. Jadi saudara kembar Dara itu namanya Dira. Dia melamar kerja menjadi sekretaris di kantor aku."
"Wow, kebetulan banget ya."
"Dira selama ini telah diadopsi oleh Kakaknya Tante Karin. Dan baru beberapa bulan ini dia tinggal dengan orang tuanya," lanjut Rasya bercerita.
Mereka bertiga yang mendengar cerita Rasya ber oh ria sambil menganggukkan kepalanya.
"Seneng dong?" celetuk Rili.
"Seneng kenapa?"
"Ya seneng, ada kembarannya Dara. Pepet aja deh kalau masih jomblo," kata Rili sambil berdiri lalu berjalan kembali menaiki anak tangga.
"Apaan sih. Dia itu udah jadi sekretaris aku."
"Emang kenapa kalau sekretaris, Sya? Gak papa dong selama belum ada yang memiliki." Papi Rizal justru menambah nyala api kompor. "Dulu waktu kamu masih kecil, Dewa itu udah punya cita-cita mau jadiin kamu anak mantunya. Saking sayangnya dia sama kamu. Ya, siapa tahu takdir memang berkehendak. Setelah kehilangan Dara, maka munculah Dira."
Mami Lisa hanya tersenyum sambil mencubit lengan suaminya. "Pi, kayak peribahasa aja. Udahlah, terserah mereka yang jalani."
"Loh, kan Papi mau jadi tim penyemangat. Kalau mau deketin cewek itu harus sat set sat set, jadi."
"Apaan sih Pi. Aku baru kenal sama Dira. Udah ah, aku mau ke kamar." Rasya berdiri lalu melangkahkan kakinya menaiki anak tangga menuju kamarnya.
"Anak kamu Pi, dingin sekali."
"Loh, anak Mami juga itu."
"Ya, semoga saja Rasya segera mendapatkan kebahagiannya."
💞💞💞
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Sri Raganti Ols
Apa suatu waktu mereka bisa menyadari klau sejak smp mereka pernah bertemu dah rasya sudah punya perasaan ma dira,,,,apa dira juga lupa akan pertemuan waktu itu,,karna dara sudah memastikan kalau yg rasya temui bukan dara tp seseorang,,,,yaitu dira
2022-12-05
1
Fa Rel
semua novel mu bagus
2022-06-23
2
Ratna Agustian
ih,,,jahat nih kakak authornya.
masak Rasya mau move on malah jangan dulu ,,,
2022-06-03
2