Bab 2. "Aku Akan Menjaganya!"

Zehan bertanya saat Mia menjelaskan maksud pertemuan mereka hari ini. Bryan, yang duduk di hadapan Zehan mengangguk.

"Iya, Zehan. Kamu kan selalu bantu aku di saat aku susah. Cuma kamu yang gak pernah ninggalin aku gitu aja. Teman-teman aku yang lain gak ada yang mau bantu sama sekali. Aku bisa sejauh ini berkat kamu. Jadi, kalo bisa ... aku pengennya kita besanan."

Zehan mengangguk. Dia menoleh untuk melihat istrinya di samping. "Gimana, Ma?"

Ghia mengangkat kedua alisnya. "Kalo aku mau aja, sih. Cuma, ya, anak-anak kita mau atau enggak. Mereka yang jalanin 'kan? Jadi, harus tanya mereka dulu."

Semua orang dewasa itu mengangguk setuju. Bryan beralih pada dua anak yang hanya diam mendengarkan orangtuanya berbicara.

"Lucas, kamu mau gak nikah sama Freya pas besar nanti?" tanya Bryan.

Mia yang mendengar suaminya berbicara secara langsung, memukul lengan pria dewasa tersebut.

"Sakit, Ma."

"Kamu, sih. Mana ngerti dia nikah-nikah."

"Ngerti, kok. Ngerti 'kan, Lucas?"

Yang ditanya menggelengkan kepalanya, tapi kemudian dia mengangguk. Mata kecil nan tajam itu menatap kedua orangtuanya dengan polos. "Nikah itu ... kayak Mama sama Papa?"

Bryan mengangguk. "Iya. Nanti, kamu bisa jaga Freya sampai tua."

Mendengar itu, Lucas tersenyum dengan lebar. Dia berdiri dan menarik-narik tangan Freya.

"Freya, kalo kita nikah, berarti kita bisa sama-sama terus. Kata Papa sampai tua. Freya mau nikah sama Lucas 'kan? Harus mau! Lucas maksa."

Freya kecil sudah sedikit paham tentang arti "menikah". Kulit putihnya berubah menjadi merah saat Lucas terus memaksanya mengatakan iya.

"Freya, kalo diam berarti mau. Oke! Papa, Freya mau nikah sama Lucas."

Bocah itu tersenyum bahagia, sedangkan orang yang diajak untuk menikah, semakin menundukkan kepalanya. Tidak berani mengeluarkan kata apapun.

"Yuk, Pa. Nikah sekarang."

Semangat yang ditunjukkan oleh bocah berusia tujuh tahun ini membuat semua orang dewasa yang ada di sana menggelengkan kepalanya.

"Gak sekarang juga, Lucas. Semangat bener kamu," kata Zehan sambil tertawa.

"Jadi, kapan? Lucas harus cepat-cepat nikah sama Freya, biar Lucas bisa jaga Freya 24 jam!"

Mata anak laki-laki itu bersungguh-sungguh. Menunjukkan tekad bahwa dia akan menjaga anak di belakangnya dengan serius. Orang yang berdiri di depannya tersenyum lembut.

"Kamu bisa jaga Freya, kok. Walaupun bukan 24 jam. Nanti, waktu kamu besar, baru kamu bisa jaga Freya selamanya. Oke?" Bryan berbicara dengan penuh perhatian dan kelembutan. Memberi pengertian kepada anaknya yang memiliki semangat besar.

Lucas melirik ke belakang, di mana Freya berada. Lalu dia kembali beralih pada Bryan. Anak itu mengangguk mantap.

"Oke, Pa."

Ghia tersenyum melihat kesungguhan Lucas. Dia berdiri dari duduknya dan berjalan mendekati Lucas. Tubuhnya sedikit dia rendahkan untuk menyamakan tingginya dengan Lucas.

"Janji, ya, sama Tante. Kamu bakal jagain Freya, sekarang dan seterusnya."

Lucas mengangguk. Dia mengangkat kelingkingnya di depan wajah Ghia. "Janji!"

Ghia tertawa dan ikut mengangkat jari kelingkingnya. Mereka saling menautkan jari. Membentuk sebuah janji yang tak akan pernah diingkari.

Setelah pembahasan tentang menjadi besan, kedua keluarga itu memutuskan untuk makan malam bersama dan kembali ke rumah masing-masing sebelum jam 10 malam.

Zehan dan Bryan adalah teman satu SMA. Mereka menjadi teman dekat sejak kelas dua. Saling membantu satu sama lain saat mereka membutuhkan pertolongan. Ketika kuliah, mereka memilih jurusan yang sama, yaitu bisnis dan berada di universitas yang sama. Karena letak universitas yang jauh, Zehan dan Bryan memutuskan untuk tinggal di kos yang dekat dengan kampus.

Saat mereka tumbuh dewasa, Bryan terlebih dahulu menikah. Setahun kemudian, Zehan menyusul Bryan. Meskipun Bryan lebih cepat menikah, dia memiliki anak hampir bersamaan dengan Zehan. Oleh karena itu, Lucas lebih tua dua bulan daripada Freya.

Di saat Lucas berusia 5 tahun, perusahaan Multifinance yang dibangun oleh Bryan mengalami perosotan. Dia terlilit hutang karena salah satu karyawannya mencuri uang perusahaan dan kabur dari Indonesia sehingga Bryan kesulitan untuk mencarinya.

Bryan berusaha mencari teman-teman yang dulu telah dia bantu. Bryan tidak ingin mengemis atau mengungkit kebaikannya. Akan tetapi, situasi Bryan saat itu mengharuskannya untuk meminta bantuan kepada orang-orang yang pernah dia tolong.

Namun, semua itu sia-sia. Tak satu pun dari mereka membantu Bryan. Mereka semua menjauh dan mematikan ponsel mereka saat melihat nama Bryan muncul di layar ponsel mahal milik mereka. Beban pikiran Bryan semakin bertambah, terutama Mia, istrinya yang suka menghabiskan uang terus menuntutnya menghasilkan lebih banyak uang tanpa memberikan pengertian dan dukungan untuknya.

Sampai suatu hari, Zehan datang ke rumahnya bersama dengan Ghia dan Freya. Sudah dua tahun mereka tak bertemu karena kesibukan masing-masing. Di saat itulah, Bryan menceritakan semua masalahnya pada Zehan, meskipun sebenarnya dia ragu meminta bantuan pada Zehan karena selama ini, Zehan jarang meminta bantuan padanya.

Dengan wajah tersenyum, Zehan berkata bahwa dia akan membantu perusahaan Bryan dan menjalin kerjasama dengan perusahaan Zehan. Sejak itulah, keadaan Bryan berbalik. Dia menjadi pengusaha sukses berkat bantuan Zehan.

"Ma. Ada telepon."

Lucas berteriak dari ruang televisi. Dia tengah bermain game yang tersambung dengan televisi. Bunyi telepon terus menggema. Lucas menjadi kesal karena ibunya tak kunjung muncul untuk mengangkat telepon.

Dengan malas, Lucas bangkit dari duduknya. Berjalan mendekat ke arah telepon berbunyi. Dia mengangkat telepon itu dan menyeret paksa suaranya untuk bertanya.

"Halo? Siapa?"

"Tuan Lucas? Saya Bibi Inem. Tuan Bryan ada di rumah?"

Terdengar suara yang bergetar di seberang sana. Lucas melirik telepon itu, kemudian dia berteriak memanggil ayahnya.

"Papa! Bibi Inem telepon!"

Lucas terus memanggil Bryan sampai dia mendengar bunyi pintu terbuka. Bryan turun dari atas dengan wajah mengantuk.

"Kenapa? Kamu kok belum tidur?" tanya Bryan. Mulutnya terbuka lebar mengeluarkan uap kantuk.

"Nih, Pa. Bi Inem nelpon."

Lucas menyerahkan telepon tersebut pada Bryan. Lelaki itu menerima telepon tersebut.

"Halo?"

"Tuan Bryan ...."

"Ya? Ada apa? Kenapa kamu nangis?"

Lucas yang belum pergi dari sana mendengar pembicaraan ayahnya dan Bibi Inem dengan serius.

"Tuan Zehan dan Nyonya Ghia ... kecelakaan."

Waktu terasa berhenti sebentar. Mulut Bryan tak bisa bergerak untuk memberi respon. Otaknya masih memproses informasi yang baru saja dia terima.

"Tuan Bryan, saya dan Nona Freya sekarang di rumah sakit. Tuan Zehan dan Nyonya Ghia masih di ICU."

"Pa!"

Bryan tersadar dari lamunannya karena Lucas menggoyangkan lengannya. "Ya. Saya ke sana sekarang."

Setelah diberitahu alamat rumah sakit tempat Ghia dan Zehan berada, Bryan pergi bersama dengan Lucas sementara Mia menjaga rumah.

"Bi Inem."

"Freya."

Bryan dan Lucas tiba di rumah sakit. Wajah mereka dipenuhi peluh karena berlari dari parkiran.

Lucas melihat Freya yang diam di samping Bi Inem. Baju yang dipakai oleh Freya masih sama dengan baju yang dia pakai saat mereka keluar untuk makan malam.

"Frey ...."

Lucas berjalan mendekati Freya. Keadaan anak itu terlihat suram. Dia menunduk dengan tatapan lurus ke arah kakinya. Tak ada air mata yang mengalir di pipi Freya, tapi Lucas tahu ... Freya menangis di dalam hatinya.

"Frey. Tenang, ya. Semua baik-baik aja, kok."

Lucas merangkul bahu Freya. Memberi kata-kata penenang untuk Freya agar anak itu tak lagi menundukkan wajahnya.

Freya melihat Lucas yang sudah duduk di sampingnya. Dia melemparkan senyuman untuk Lucas, tapi meski dia tersenyum, mata Freya tak dapat menutupi kesedihannya.

"Gak papa, kok. Ada Lucas di sini."

Lucas memeluk Freya dengan erat. Di dalam pelukan Lucas, Freya menutup matanya dengan erat. Jika tidak, air mata akan jatuh dan membasahi baju Lucas dan dia akan ketahuan jika tengah menangis.

Tubuh itu bergetar di dalam dekapan Lucas. Tangan yang tak begitu besar itu terangkat dan menepuk-nepuk bagian belakang kepala Freya. "Gak papa. Nangis aja."

Meskipun Lucas menyuruhnya untuk menangis, Freya tetap menahannya. Karena dia takut, jika dia menangis, suasana akan semakin pundung.

"Ghia sama Zehan kenapa bisa kecelakaan, Bi?" tanya Bryan.

Bibi Inem menjawab, "Abis pulang dari makan malam dengan Tuan Bryan, Nyonya sama Tuan pergi lagi. Katanya ada masalah sedikit di perusahaan. Harus ngecek langsung. Bibi udah larang. Lagian hampir tengah malam, tapi Tuan Zehan maksa dan Nyonya Ghia minta ikut karena takut Tuan Zehan pergi sendirian. Terus gak lama, rumah dapat telepon dari rumah sakit katanya Nyonya sama Tuan kecelakaan mobil."

Di depan ruang ICU, Bi Inem menjelaskan apa yang dia ketahui kepada Bryan. "Ada tiga saksi mata yang lihat kejadian itu. Mereka bilang waktu itu mereka lagi nongkrong dan rencana mau pulang. Terus, pas mereka mau nyebrang, tiba-tiba ada truk yang nerobos lampu merah, karena waktu itu jalanan lagi sepi. Eh, tau-taunya, mobil Tuan Zehan lewat dan memang lampunya hijau. Jadinya, truk itu nabrak mobil Tuan Zehan sama Nyonya Ghia. Kenceng banget, kata mereka. Sampai mobilnya keputar dua kali."

"Sopir truknya di mana?" tanya Bryan.

"Tiga saksi tadi udah manggil polisi, tapi sopirnya udah kabur."

Bryan sangat marah. Kepalanya menghadap ke atas, melihat langit-langit rumah sakit. Napasnya keluar dengan keras. Matanya memerah ketika membayangkan sahabatnya ditabrak oleh sopir yang tidak bertanggung jawab.

Beberapa saat kemudian, pintu ICU terbuka. Menampakkan seorang dokter yang melepaskan maskernya.

"Gimana, Dok? Baik-baik aja 'kan mereka?" tanya Bryan buru-buru.

Dokter tersebut melihat ke sekitar. Wajahnya tampak menggelap dan bahunya terlihat jatuh. Dia melihat Bryan yang berdiri di depannya. Dengan suara lembut dan bersalah, dokter tersebut berbicara.

"Maaf, Pak. Terjadi pendarahan yang cukup banyak dan beberapa organ vital rusak akibat benturan yang cukup keras. Kami telah melakukan semua hal, tapi keduanya ... tidak bisa diselamatkan."

Tubuh Bryan menjadi lemas, bahkan kaki-kakinya tak sanggup menopang tubuhnya lagi. Laki-laki dewasa itu bergerak menuju dinding untuk menyangga dirinya.

Bryan jarang menangis, bahkan ketika ayahnya meninggal pun, Bryan mampu menahan tangisnya. Akan tetapi, kali ini ... Bryan tidak dapat menahan aliran air asin yang jatuh dari pelupuk matanya. Bryan menangis dengan menahan suaranya.

Bi Inem yang duduk di samping Freya, memeluk kuat Nona mudanya. Anak itu menangis dengan kencang setelah lama menahan diri. Suaranya menggema di lorong rumah sakit, tapi sang dokter tak ingin menegurnya. Tak berniat menyuruhnya untuk diam.

Lucas memeluk Freya dengan erat bersama dengan Bi Inem. Dengan lembut, Lucas mengulang beberapa kali kalimat yang sama.

"Tenang. Semua baik-baik aja. Ada Lucas yang jaga Freya. Ada Lucas yang nemenin Freya. Jangan sedih, ya."

Episodes
1 PENTING!
2 Bab 1. Pertemanan Dua Anak
3 Bab 2. "Aku Akan Menjaganya!"
4 Bab 3. "Ini Cantik Karena Itu Adalah Kamu!"
5 Bab 4. Kelas A dan Kelas E
6 Bab 5. Melindungi Selamanya
7 Bab 6. Mulai Berubah
8 Bab 7. "Aku Akan Menunggumu!"
9 Bab 8. Perasaan Yang dirindukan
10 Bab 9. Janji Yang Terlupakan
11 Bab 10. Rencana Pentas Seni
12 Bab 11. Tanggung Jawab
13 Bab 12. Dihantui Rasa Bersalah?
14 Bab 13. "Jangan Terlalu Dekat!"
15 Bab 14. Biarkan Bersama Yang Lain
16 Bab 15. "Resmi Atau Tidak, Kamu adalah Tunanganku!"
17 Bab 16. Rasanya Sedingin Es, Sakit Jika Terlalu Lama Terkena Kulit
18 Bab 17. Seperti Deja Vu, Apa Akan Sama Seperti Yang Lalu?
19 Bab 18. Cara Yang Berbeda
20 Bab 19. Memastikan Semua Tidak Ada Yang Akan Berubah
21 Bab 20. "Selamat Ulang Tahun, Frey!"
22 Bab 21. Pernikahan Teman Masa Kecil
23 Bab 22. Mahasiswa Baru
24 Bab 23. Bersama Selamanya
25 Bab 24. "Selamat Malam!"
26 Bab 25. Ingin Melihat Lebih Dekat
27 Bab 26. Hubungan Yang Baik Adalah Saling Menunjukkan Perhatian dan Kasih Sayang
28 Maaf Sebelumnya!
29 Bab 27. Mata Yang Memesona
30 Bab 28. Datangnya Kebencian
31 Bab 29. Pengacau
32 Bab 30. "Dia Istri Gue!"
33 Bab 31. Wanita Anggun dan Menawan
34 Bab 32. "Aku Ingin Memelukmu!"
35 Bab 33. "Jika Ingin Hubungan Bertahan Lama Maka Jangan Tunjukkan Perhatianmu!"
36 Bab 34. Satu Tim
37 Bab 35. Satu Foto. Namun, Bisa Membuat Semua Orang Heboh Membicarakannya
38 Bab 36. "Ayo, Foto Bersamaku!"
39 Bab 37. Melakukan Apa Yang Seharusnya Dilakukan
40 Bab 38. "Cocok Atau Tidak, Itu Urusanku!"
41 Bab 39. Kecil, Tapi Mengapa Sangat dipermasalahkan?
42 Bab 40. Lupakan Orang Yang Memberi Rasa Sakit
43 Bab 41. "Jangan Merendahkan Dirimu Sendiri!"
44 Bab 42. Saran Untuk Meminta Maaf
45 Bab 43. Jangan Marah Lagi
46 Bab 44. Mengakui Hubungan
47 Bab 45. Minuman Pertama
48 Bab 46. Ketika Lucas Kehilangan Akalnya
49 Bab 47. "Itu Artinya Kamu Milikku!"
50 Bab 48. Hal Sensitif
51 Bab 49. Percaya Padanya
52 Bab 50. Mulai Ragu
53 Bab 51. Melihatnya Bersama Dengan Orang Lain
54 Bab 52. "Apa Kamu Mencintaiku?"
55 Bab 53. Mencari, Tapi Tidak Menemukan
56 Bab 54. Jika ditakdirkan Maka Akan bertemu Jua
57 Bab 55. Kecurigaan Pada Kesehatan Diri
58 Bab 56. "Untuk Bertahan Hidup, Kamu Harus Lebih Kuat dari Orang Lain!"
59 Bab 57. Cukup Satu Saja
60 Bab 58. Ajaran Leli
61 Bab 59. Segera Melahirkan?
62 Bab 60. Anak Pertama Membawa Kebahagiaan
63 Bab 61. Morning Sickness Lucas
64 Bab 62. Semua Anak Itu Sama
65 Bab 63. Kenangan Lama Yang Masih Tersimpan Rapi
66 Bab 64. Anak Yang Suka Berdiam Diri
67 Bab 65. Bertemu Orang Lama
68 Pengumuman!
69 Bab 66. Kehilangan Jejaknya Ketika Baru Bertemu Kembali
70 Bab 67. "Jangan Sedih!"
71 Bab 68. Sifat Yang Berbeda
72 Bab 69. Kembali Ketika Berhasil
73 Bab 70. "Dia Anak Kita?"
74 Bab 71. "Saya Ayahnya!"
75 Bab 72. Sifat Memaksa
76 Bab 73. Kehangatan Yang Tak diinginkan Merasuk Hati
77 Bab 74. Mengiyakan Dahulu, Baru Bertindak
78 Bab 75. Membawanya Pulang
79 Bab 76. Pulang Yang dimaksudkan
80 Bab 77. Segalanya Bisa Jika Itu Untuk Anak
81 Bab 78. Setelah Gedung, Sekarang Taman?
82 Bab 79. Sikapnya Yang Lembut
83 Bab 80. Ingin Memberi Kesempatan, Tapi Keraguan Itu Masih Ada
84 Bab 81. Bicarakan dan Pahami
85 Bab 82. Lucas Mabuk?
86 Bab 83. Sekretaris Pribadi
87 Bab 84. Tertangkap Basah
88 Bab 85. Fakta Lama Yang Baru Terungkap
89 Bab 86. Momen Yang Terganggu
90 Bab 87. Sejak Dulu Tidak Pernah Berubah
91 Bab 88. "Bisakah Aku Percaya Padamu Sekali Lagi?"
92 Bab 89. "Jangan Lagi!"
93 Bab 90. Kembalinya Dia Yang dinantikan
94 Bab 91. Menjaga Mereka Selamanya [END]
95 Akhir Kata
Episodes

Updated 95 Episodes

1
PENTING!
2
Bab 1. Pertemanan Dua Anak
3
Bab 2. "Aku Akan Menjaganya!"
4
Bab 3. "Ini Cantik Karena Itu Adalah Kamu!"
5
Bab 4. Kelas A dan Kelas E
6
Bab 5. Melindungi Selamanya
7
Bab 6. Mulai Berubah
8
Bab 7. "Aku Akan Menunggumu!"
9
Bab 8. Perasaan Yang dirindukan
10
Bab 9. Janji Yang Terlupakan
11
Bab 10. Rencana Pentas Seni
12
Bab 11. Tanggung Jawab
13
Bab 12. Dihantui Rasa Bersalah?
14
Bab 13. "Jangan Terlalu Dekat!"
15
Bab 14. Biarkan Bersama Yang Lain
16
Bab 15. "Resmi Atau Tidak, Kamu adalah Tunanganku!"
17
Bab 16. Rasanya Sedingin Es, Sakit Jika Terlalu Lama Terkena Kulit
18
Bab 17. Seperti Deja Vu, Apa Akan Sama Seperti Yang Lalu?
19
Bab 18. Cara Yang Berbeda
20
Bab 19. Memastikan Semua Tidak Ada Yang Akan Berubah
21
Bab 20. "Selamat Ulang Tahun, Frey!"
22
Bab 21. Pernikahan Teman Masa Kecil
23
Bab 22. Mahasiswa Baru
24
Bab 23. Bersama Selamanya
25
Bab 24. "Selamat Malam!"
26
Bab 25. Ingin Melihat Lebih Dekat
27
Bab 26. Hubungan Yang Baik Adalah Saling Menunjukkan Perhatian dan Kasih Sayang
28
Maaf Sebelumnya!
29
Bab 27. Mata Yang Memesona
30
Bab 28. Datangnya Kebencian
31
Bab 29. Pengacau
32
Bab 30. "Dia Istri Gue!"
33
Bab 31. Wanita Anggun dan Menawan
34
Bab 32. "Aku Ingin Memelukmu!"
35
Bab 33. "Jika Ingin Hubungan Bertahan Lama Maka Jangan Tunjukkan Perhatianmu!"
36
Bab 34. Satu Tim
37
Bab 35. Satu Foto. Namun, Bisa Membuat Semua Orang Heboh Membicarakannya
38
Bab 36. "Ayo, Foto Bersamaku!"
39
Bab 37. Melakukan Apa Yang Seharusnya Dilakukan
40
Bab 38. "Cocok Atau Tidak, Itu Urusanku!"
41
Bab 39. Kecil, Tapi Mengapa Sangat dipermasalahkan?
42
Bab 40. Lupakan Orang Yang Memberi Rasa Sakit
43
Bab 41. "Jangan Merendahkan Dirimu Sendiri!"
44
Bab 42. Saran Untuk Meminta Maaf
45
Bab 43. Jangan Marah Lagi
46
Bab 44. Mengakui Hubungan
47
Bab 45. Minuman Pertama
48
Bab 46. Ketika Lucas Kehilangan Akalnya
49
Bab 47. "Itu Artinya Kamu Milikku!"
50
Bab 48. Hal Sensitif
51
Bab 49. Percaya Padanya
52
Bab 50. Mulai Ragu
53
Bab 51. Melihatnya Bersama Dengan Orang Lain
54
Bab 52. "Apa Kamu Mencintaiku?"
55
Bab 53. Mencari, Tapi Tidak Menemukan
56
Bab 54. Jika ditakdirkan Maka Akan bertemu Jua
57
Bab 55. Kecurigaan Pada Kesehatan Diri
58
Bab 56. "Untuk Bertahan Hidup, Kamu Harus Lebih Kuat dari Orang Lain!"
59
Bab 57. Cukup Satu Saja
60
Bab 58. Ajaran Leli
61
Bab 59. Segera Melahirkan?
62
Bab 60. Anak Pertama Membawa Kebahagiaan
63
Bab 61. Morning Sickness Lucas
64
Bab 62. Semua Anak Itu Sama
65
Bab 63. Kenangan Lama Yang Masih Tersimpan Rapi
66
Bab 64. Anak Yang Suka Berdiam Diri
67
Bab 65. Bertemu Orang Lama
68
Pengumuman!
69
Bab 66. Kehilangan Jejaknya Ketika Baru Bertemu Kembali
70
Bab 67. "Jangan Sedih!"
71
Bab 68. Sifat Yang Berbeda
72
Bab 69. Kembali Ketika Berhasil
73
Bab 70. "Dia Anak Kita?"
74
Bab 71. "Saya Ayahnya!"
75
Bab 72. Sifat Memaksa
76
Bab 73. Kehangatan Yang Tak diinginkan Merasuk Hati
77
Bab 74. Mengiyakan Dahulu, Baru Bertindak
78
Bab 75. Membawanya Pulang
79
Bab 76. Pulang Yang dimaksudkan
80
Bab 77. Segalanya Bisa Jika Itu Untuk Anak
81
Bab 78. Setelah Gedung, Sekarang Taman?
82
Bab 79. Sikapnya Yang Lembut
83
Bab 80. Ingin Memberi Kesempatan, Tapi Keraguan Itu Masih Ada
84
Bab 81. Bicarakan dan Pahami
85
Bab 82. Lucas Mabuk?
86
Bab 83. Sekretaris Pribadi
87
Bab 84. Tertangkap Basah
88
Bab 85. Fakta Lama Yang Baru Terungkap
89
Bab 86. Momen Yang Terganggu
90
Bab 87. Sejak Dulu Tidak Pernah Berubah
91
Bab 88. "Bisakah Aku Percaya Padamu Sekali Lagi?"
92
Bab 89. "Jangan Lagi!"
93
Bab 90. Kembalinya Dia Yang dinantikan
94
Bab 91. Menjaga Mereka Selamanya [END]
95
Akhir Kata

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!