Di taman kecil nan indah itu, tampak dua orang anak berusia 10 tahun duduk di atas ayunan. Keduanya bermain dengan gembira. Salah satu dari mereka mendorong yang lain dari belakang. Berhati-hati ketika dia mendorongnya agar anak perempuan itu tidak terjatuh.
"Lucas, mau gantian?" tanya anak perempuan itu. Dia sudah lelah tertawa karena temannya sangat bersemangat mendorong ayunan yang dia naiki.
"Enggak. Freya aja. Aku lebih suka dorong kamu. Lebih asyik tahu!"
Anak laki-laki itu menjawab dengan senyuman cerah di wajahnya. Anak perempuan yang dipanggil Freya itu mengangguk. Kemudian dia membalikkan kembali tubuhnya. Menatap lurus ke depan, sambil menikmati angin yang menerpa wajahnya, setiap kali teman laki-lakinya itu mendorong ayunan.
"Freya. Kalo kamu diganggu lagi, bilang sama Lucas. Biar Lucas yang hajar mereka, oke?"
Anak perempuan itu tersenyum membelakangi temannya. Dia mengangguk malu-malu.
"Lucas. Di sini kamu rupanya. Mama cariin dari tadi, lho."
Dari kejauhan, tampak seorang wanita dewasa, memakai jas merah dan juga celana dengan warna senada. Rambut wanita itu bergelombang, terjulur ke depan dengan indah. Rambutnya berwarna coklat tua seperti dia baru selesai mengecatnya.
"Mama!" Lucas melepaskan tangannya dari ayunan dan mengejar wanita tersebut. Dia memeluk perut ibunya dengan erat.
Wanita itu tersenyum sambil mengelus rambut Lucas. "Kamu jaga Freya dengan baik 'kan?"
Lucas mengangguk mantap. Dia mengangkat kepalanya untuk melihat ke arah mata ibunya.
"Iya, dong! Lucas kan harus jadi pelindung untuk Freya. Kalo gak ada Lucas, nanti siapa yang hajar orang-orang yang ganggu Freya?"
Wanita yang lebih tua tersenyum dengan lembut. Dia melirik ke arah Freya yang duduk sendiri di ayunan. "Yuk, samperin Freya."
Keduanya berjalan menuju Freya. Anak perempuan itu berdiri dari duduknya. Dia terlebih dahulu mendekati mereka berdua dan menjulurkan tangannya untuk bersalaman dengan wanita tersebut.
"Tante Mia," sapa Freya. Wajah kecilnya tersenyum dengan pipi yang berlubang indah. Kulit pipinya menjadi merah ketika dia bertemu dengan ibu Lucas.
"Freya sehat 'kan?"
Freya mengangguk. "Sehat, Tante."
"Mama sama Papa kamu belum datang, ya? Padahal Tante sama Om Bryan mau bicara sesuatu."
Freya menatap Mia dengan bingung, tetapi anak itu tidak menanyakan hal yang membuat dia penasaran.
"Emang mau bicara apa, Ma?" Freya melihat Lucas dengan mata bulatnya. Dia terkejut karena temannya ini selalu penasaran dengan segala hal tanpa melihat keadaan.
"Nanti kamu tahu, kok." Mia menjawab seadanya. Mereka memilih pindah tempat dan mencari bangku yang kosong. Beberapa meter dari sekolah tempat Lucas dan Freya menuntut ilmu, terdapat taman kecil yang berisi dua pasang ayunan dan satu jungkat-jungkit. Meskipun kecil, taman ini dibangun dengan indah. Bunga-bunga tersusun rapi dan berwarna-warni. Pohon pun tumbuh dengan rindang membuat suhu di taman terasa sejuk.
Dering ponsel terdengar jelas dari saku jas Mia. Wanita itu mengambil ponselnya dan menekan tombol hijau untuk mengangkat panggilan. Mia menjawab beberapa kata dan mengangguk, kemudian mematikan ponselnya dan meletakkan kembali di dalam saku jasnya.
"Yuk, kita pulang. Mama sama Papa kamu udah di rumah Tante." Kedua anak itu mengangguk dan segera mengambil tas mereka.
Mobil mewah yang terparkir tak jauh dari taman pun juga memiliki warna yang sama dengan pakaian yang dikenakan oleh Mia. Wanita itu mengambil kacamata hitam yang tersangkut di kerah bajunya. Memakai kacamata tersebut dan masuk ke dalam mobil.
Kota Jakarta memang sangat panas. Terutama di siang hari. Derajatnya bisa mencapai 30 atau lebih. Mia mengajak kedua anak tersebut ke supermarket sebelum mereka kembali ke rumah.
Lucas pergi ke tempat di mana kulkas es krim berada, sementara Freya mengikuti kemana pun Mia pergi.
"Freya! Kamu gak mau es krim? Ayo, sini. Lihat es krimnya. Enak tahu yang rasa coklat." Lucas menarik tangan Freya ketika dia melihat anak itu akan pergi mengikuti ibunya.
Freya ingin ikut Lucas, tapi dia juga ingin mengikuti Mia. Anak itu melihat Mia dengan ragu. Wajahnya menunjukkan bahwa dia sedang merasa bingung.
"Udah. Jangan lama banget mikir. Keburu meleleh es krimnya."
Tanpa menunggu Freya selesai berpikir, Lucas langsung menarik paksa tubuh Freya untuk mengikutinya.
"Tapi kan es krimnya di dalam kulkas."
"Kulkasnya panas."
Mia yang melihat anak laki-lakinya bertingkah egois, menggelengkan kepalanya. Tersenyum tipis sambil menghela napas.
"Frey! Lihat. Ada rasa stroberi kesukaan kamu. Yang coklat untuk aku."
Lucas mendorong es krim rasa stroberi ke arah Freya, lalu dia mengambil untuk dirinya sendiri, es krim rasa coklat.
"Makasih, Lucas." Freya mengucapkan rasa syukurnya pada Lucas. Pipinya memerah setelah dia mengatakannya. Anak perempuan itu menundukkan kepalanya, tidak berani melihat Lucas lebih lama.
"Sama-sama. Ayo, dimakan."
Dengan segera, Lucas menarik ujung kemasan es krim tersebut dan membukanya dengan santai. Freya mengangkat wajahnya dan melihat Lucas dengan mulut terbuka.
"Bukannya bayar dulu baru dimakan?" tanya Freya ragu-ragu.
Lucas mengangkat bahunya tak acuh. "Gak masalah, kok."
Freya memakan es krimnya dengan tenang. Dia melirik ke arah Lucas yang diam, menatap es krim di tangannya.
"Sini, aku bukain." Lucas merebut es krim yang dipegang oleh Freya dan langsung membuka bungkusannya dengan cepat. Kemudian dia menyerahkannya kembali pada Freya.
"Nih, makan."
Freya mengambil es krim yang telah dibuka oleh Lucas. Tangannya masih terasa berat untuk memakan es krim yang belum dibayar. Dia hanya diam, menatap lurus ke arah es krim yang mulai mencair.
"Makan aja, Frey. Itu es krimnya mau meleleh."
Mendengar kata "meleleh" dengan segera, Freya menjilat es krimnya sebelum tetesan itu terjatuh.
"Makanya, jangan dilihat aja."
Freya mengangguk. Dia menyetujui apapun yang dikatakan oleh Lucas. Memang salahnya sendiri, jika dia tetap diam dan menatap es krim itu maka dia tidak bisa memakannya lagi karena sudah mencair.
"Lucas, Freya. Ke sini."
Mereka berdua berpaling saat Mia memanggil dari arah kasir. Dengan cepat keduanya berlari ke arah Mia sambil memegang bungkusan es krim.
"Baik-baik aja 'kan? Kamu, sih. Gak percaya aku."
Lucas kembali mengungkit apa yang terjadi di supermarket tadi. Padahal mereka sudah tiba di rumah Lucas, tapi bocah itu masih tetap membahasnya.
"Iya, Lucas." Freya tidak tahu harus merespon seperti apa selain mengiyakan. Karena Freya tahu, jika Lucas suka menjadi orang yang benar.
"Bagus. Lain kali kamu harus dengerin aku."
Lucas berbicara dengan bangga. Dia semakin bertambah senang ketika Freya kembali mengangguk.
Mereka telah masuk ke dalam rumah dimana sudah ada Bryan dan juga orangtua Freya di ruang tamu.
"Halo, Tante Ghia. Makin cantik aja."
Lucas menyapa ibu Freya terlebih dahulu. Meskipun dia masih kecil, anak ini sudah lihai dalam memainkan kata-kata. Ghia tampak girang saat Lucas memujinya.
"Bener? Tante sering perawatan, sih. Hahaha."
Lucas ikut tertawa agar orang dewasa di depannya ini tidak malu tertawa sendirian. Setelah menyapa Ghia, Lucas berpindah tempat. Dia menjulurkan tangannya dan melakukan tos pada ayah Freya.
"Hei, Om Zehan."
"Hei, Lucas. Udah tinggi, ya, kamu."
Lucas tertawa dan mengukur tubuhnya dengan tubuh Zehan. "Eh, iya, Om. Kayaknya tinggi aku udah ngejar Om, nih."
Zehan tertawa dengan keras. Bocah ini mengatakan bahwa tingginya akan mengejar dirinya, tapi kenyatannya, tinggi bocah itu tak sampai ketiaknya, bahkan Freya lebih tinggi daripada Lucas.
"Ayo, duduk dulu."
Seorang ART datang dan membawa minuman untuk mereka. Sebelum pembicaraan dimulai. Mia menyuruh mereka semua untuk minum terlebih dahulu.
"Jadi, apa yang mau kita bicarakan?" tanya Zehan setelah berbasa-basi sebelumnya.
"Begini. Kami rencana melakukan perjodohan untuk anak-anak kita," jawab Mia.
"Perjodohan?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Asya_JNH
ceritanya dari kecil udh temenan yah
2022-07-25
3
Nic
dan kisahnya pun dimulai
2022-07-15
2