Sesosok gadis cantik terlelap dalam tidur panjang. Kedua matanya yang cantik mampu menghipnotis pria bernama Zion. Ia bertopang dagu sambil duduk menikmati sesosok bidadari yang berada didepannya. Zion tersenyum ketika ia menyentuh telapak tangan gadis itu. Detak jantungnya berdetak kencang. Hanya nama itu yang mempercepat getaran jantungnya. Nama Anna yang selalu memporak-porandakan seisi hatinya.
Anna menggeliat dan melihat Zion yang menatapnya tak bosan. Uhuk.. Uhuk.. Suara batuk gadis itu menyadarkan Zion sesaat. Ia mengambil segelas air putih. Zion membantu Anna bangun dengan lembut.
"Terima kasih," ucap Anna.
"Gimana? Apa masih sakit?" tanya Zion. Ia menyentuh kening Anna.
"Kau bodoh ya, aku kan tidak demam."
"Aku tahu. Aku hanya mengeceknya saja."
"Mungkinkah... kamu ingin aku memeriksa bagian yang itu?" ledek Zion.
"Dasar otak mesum!" Anna menyilangkan kedua tangannya untuk menutupi bagian dadanya.
"Hahaha. Bercandalah. Aku kan cowok baik-baik yang selalu menghargai wanita," ujar Zion sambil terkekeh.
"Ah, ya aku hampir lupa," tiba-tiba Anna teringat sesuatu.
"Ada apa?"
"Mana hp ku?"
"Oh, hp mu, aku taruh disana! Aku gak mau suara hp mu mengganggu tidur cantikmu," Zion memberikan hp milik Anna.
"Terima kasih," Anna menyentuh layar ponsel dan menekan angka 2. Kode itu terhubung pada nomor Ayahnya.
"Halo, Ayah!"
"Hmm...?"
"Maaf, Ayah. Kalau Anna baru bisa memberitahu Ayah. Anna sudah memeriksa berkas yang diberikan Ayah padaku. Menurut Anna sebaiknya, Ayah lebih berhati-hati pada Jerry. Ia terlihat bukan orang yang baik. Anna sudah menyuruh beberapa orang untuk menyelidiki tindakan Jerry," ujar Anna, seraya menatap Zion. Sebenarnya, Anna juga meminta bantuan Zion untuk menyelidiki Jerry sebelum ia datang ke Pesta semalam.
"Ayah sudah tahu. Ayah sudah serahkan masalah ini ke kakakmu. Biarkan dia yang menyelesaikannya. Toh, kakak mu sudah pulang dari Bali."
"Tetapi, Ayah..."
"Cepatlah, pulang! Jangan mengecewakan, Ayah."
"Halo! Halo!" tiba-tiba Robert mematikan telepon. Zion menepuk pundak Anna yang mengerti akan situasinya. Ia tahu dengan ekspresi wajah Anna yang kurang baik.
"Gimana?" tanya Zion. Anna hanya mengangkat bahu.
"Sebentar," Zion mengangkat telepon dari seseorang. Ia menghela nafas sejenak.
"Apa? Kamu sudah menemukan posisi Jerry? Baiklah, aku mengerti."
"Ada apa? Kamu sudah menemukan Jerry?" tanya Anna. Zion mengangguk.
"Tetapi ada yang aneh."
"Apanya yang aneh?" tanya Anna.
"Dilihat cara Jerry yang ingin menjatuhkan Ayahmu, dia orang yang teliti dan sudah tahu apa yang harus ia lakukan. Dan sekarang, dia malah menyerahkan diri ke Polisi." terang Zion.
"Hah? Jerry menyerahkan diri? Sepertinya ada yang tidak kita ketahui," ujar Anna.
"Untuk mencari tahu, aku harus ke Kantor Polisi," ucap Zion.
"Biarkan aku ikut denganmu, Zion."
"Tidak. Ini berbahaya."
"Tetapi, Zion..."
"Tunggu sebentar!" Zion mengangkat telepon dari seseorang.
"Halo!"
"Halo Zion!"
"Cepatlah ke Kantor! CEO akan menggelar rapat dadakan."
"Baik. Saya mengerti," Zion mematikan telepon nya.
"Ada apa?" tanya Anna.
"Sepertinya aku harus pergi ke Kantor. Tiba-tiba Ayahmu mengadakan rapat dadakan."
"Kalau begitu, ayo kita pergi kesana bersama-sama!" seru Anna.
"Tetapi Anna..."
"Aku loh sudah tidak apa-apa. Dan leherku semakin sakit, jika terus berbaring disini," Anna tersenyum.
"Untuk masalah biaya, aku akan menyuruh Pak Parta untuk kemari mengurusnya." Disaat bersamaan seorang pria membuka pintu mengenakan setelan formal. Ia tersenyum melihat Anna
"Kak Joe!" sapa Anna. Jonathan memeluk Anna, sebelum Anna bergerak memeluknya. Jonathan tersenyum dan mengusap rambut gadis itu.
"Kapan kakak datang?" tanya Anna.
"Sekitar dua jam yang lalu. Aku dengar kamu sakit. Jadi, aku kemari."
"Apa kakak bawa oleh-oleh?"
"Tenang saja. Semua nya ada di Rumah.
"Zion disini rupanya," ucap Jonathan. Zion menatap Jonathan tak suka. Meskipun ia tahu, Jonathan adalah kakaknya Anna. Ia menyangkal untuk tak cemburu.
"Jonathan!" sapa Zion dengan wajah datar.
"Zion, bukankah kamu harus menghadiri rapat?" Jonathan menatap Zion. Apa yang ia pikirkan, seolah Zion mengerti Jonathan tak menyukainya.
"Iya benar. Tetapi kamu tahu darimana jika aku harus menghadiri rapat?" tanya Zion.
"Ayahku memberitahuku," terang Jonathan sambil tersenyum.
"Oooh."
"Kau masih disini? Sudah ada kakakku. Sebentar lagi aku juga akan pulang. Cepat, sana! Apa kamu mau gajimu dipotong oleh Ayahku?" seru Anna.
"Baiklah. Jaga dirimu baik-baik!" Zion mengusap pundak Anna tanpa senyuman dibibirnya. Ia pun pergi dengan berat hati. Anna selalu merasa ada yang aneh, setiap Zion bertemu Jonathan. Padahal, diantara keluarganya, hanya Jonathan yang memperlakukan Anna dengan baik.
°°°°°°°°°°°°°°°°°☆☆°°°°°°°°°°°°°°°°°
Bulan semakin terlihat jelas. Malam datang dengan cepat. Sesosok gadis cantik mengenakan pakaian tidur sambil menghabiskan sisa santapan malam nya. Ia berdiri. Bahkan, ia juga mencuci piringnya sendiri. Anna hanya ingin mandiri dan tak mau membebani orang lain. Jonathan tersenyum dan mengusap kepala Anna, saat ia mengetahui Anna mencuci piringnya sendiri.
"Kakak!"
"Sudah taruh disini saja. Biar Mira yang mencucinya."
"Gak apa-apa. Lagian, aku sangat bosan dan tanganku pegal-pegal kalau tak melakukan apa-apa," ujar Anna sambil meletakkan piring.
"Apa yang kakak lakukan?" tanya Anna. Ia bingung melihat Jonathan yang memegang spon pencuci piring.
"Menirumu, mencuci piring, ucap Jonathan santai.
"Biasanya Mira yang melakukannya," sindir Anna.
"Aku kan gak mau terlihat buruk sebagai kakakmu," Jonathan tersenyum. Eveline yang melihat kedua anaknya mencuci piring, memanggil dua asisten rumah tangga.
"Mira! Lisa!" panggil Eveline.
"Ada apa, Nyonya?" ucap Mira dan Lisa hampir bersamaan.
"Apa tugas kalian disini?"
"Membersihkan kamar mandi dan menyiapkan sarapan, nyonya," jawab Mira.
"Menyapu dan mengepel, nyonya," jawab Lisa.
"Apa hanya itu? Siapa yang bertugas untuk mencuci piring?"
"Sa..Saya, nyonya," ucap Lisa.
"Sa.. Saya, nyonya," ucap Mira.
"Kalian tahu tugas kalian dengan baik, tetapi kenapa membiarkan anakku melakukan pekerjaan kalian?"
"Ma.. Maaf, Nyonya," ujar mereka bersamaan.
"Kemasi barang-barang kalian. Aku tak ingin melihat kalian disini."
"Jangan, Nyonya. Saya mohon, jangan pecat saya. Jika saya dipecat, bagaimana dengan biaya operasi anak saya? Saya mohon, nyonya," Mira bersujud di bawah kaki Eveline. Wajahnya penuh air mata.
"Sa..Saya juga jangan, nyonya. Untuk mendapatkan pekerjaan juga susah, nyonya," ujar Lisa. Ia juga bersujud.
"Itu urusan kalian!"
"Ibu, bukankah ibu sudah keterlaluan? Hanya karena masalah ini, ibu malah membesar-besarkan?" timpal Anna. Ia tak tega melihat Mira dan Lisa diberhentikan hanya masalah sepele.
"Apa kamu ingin menemani mereka?" tanya Eveline. Anna tak menjawab.
"Bu, sudahlah. Mira sudah bekerja disini puluhan tahun. Dan Lisa juga dia butuh pekerjaan ini. Saat ini, susah untuk mencari pekerjaan," sahut Jonathan.
"Biarkan mereka disini. Lain kali, hal ini tidak akan terjadi lagi. Percayalah pada Jonathan."
"Hanya masalah sepele, jangan dibesar-besarkan!" tegas Robert.
"Mira, Lisa, berdirilah! Lanjutkan tugas kalian dengan baik!" ujar Robert.
"Ba...Baik, Tuan. Terima kasih," ucap mereka serempak. Mereka begitu senang. Eveline tak bicara. Tak ada yang bisa ia lakukan.
"Jonathan, Anna duduklah!" ujar Robert secara tiba-tiba.
"Besok, kita semua diundang untuk makan malam. Jadi, Ayah harap tidak ada satupun yang tak hadir."
"Baik, Ayah," sahut Jonathan dan Anna. Eveline hanya mengangguk.
Keesokan harinya, ketika undangan malam tiba...
Anna terlihat cantik dengan gaun yang didesain oleh Eveline. Gaun hitam polos yang dikombinasikan dengan kain prada berwarna hitam, menjadikan gaun yang mahal dan berkelas. Ia berjalan di sebelah Jonathan dengan anggun. Jay memuji kecantikan Anna dalam benaknya. Pria itu juga tak menyangka bertemu dengan Anna lagi. Dia tersenyum pada Anna. Anna terkejut bisa bertemu pria yang menolongnya waktu itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Priska Anita
Mampir lagi dong 💜
2020-07-27
2
ayyona
tap n nyimak 😍
2020-07-25
2
Duwisukema
kak aq mmpr jjk sampai sini ya...
jika berkenan mmpr jg dkryaq
my little wife is my student
2020-05-23
1