Sesosok gadis cantik bernama Anna terbaring ditempat tidur dengan wajah yang tenang. Ia mengusap mata. Dengan mata yang masih belum buka sepenuhnya, ia meraba benda yang mengusik tidurnya.
"Ehn..." Anna menggeliat, menguasai area tempat tidurnya.
Tangannya berhasil menggapai benda yang berdering setengah jam yang lalu. Ponsel dengan casing Minnie Mouse bergelayut manja ditangan mungilnya. Ia menatap layar ponsel untuk melihat jam. Setengah kesadarannya kembali, ketika jam itu menunjukkan pukul 7.
Akan tetapi, rasa kantuknya kembali menggerogotinya. Ia terlalu lelah untuk melangkah seusai menghadiri acara bersama Ibunya semalam. Tubuhnya yang lemah mempengaruhi detak jantung yang tak stabil. Kini, ia merasakan nyeri didada. Ia tak menyerah. Ketegaran hatinya, melampaui segala rasa sakit yang ia rasakan.
Anna melangkah ke Wastafel untuk membasuh wajah kusamnya. Setelah usai, ia mengambil ponsel, lalu menuruni tangga. Ia duduk di salah satu kursi makan berwarna cream. Tatapannya tertuju piring yang terisi sandwich. Anna tersenyum kecut karena ia hanya sendirian.
"Mira!" panggil Anna pada salah satu asisten rumah tangga di Rumahnya.
"Nona, ada apa?" tanya Mira. Ia datang cukup cepat.
"Apa mereka sudah berangkat ke kantor?" tanya Anna, raut wajahnya datar.
"Iya, nona. Sudah dua puluh menit yang lalu," jawab Mira ramah.
"Apa mereka menitip pesan?"
"Nyonya hanya bilang, nanti sore nona Anna harus menghadiri peragaan busana bersama nyonya."
"Baiklah. Terima kasih."
"Apa nona mau sarapan? Saya akan menyiapkan sarapannya, nona."
"Tidak usah. Biar aku saja," Anna mengulas senyuman tipis.
Anna mengambil piring. Lalu, meletakkan dua potong sandwich diatas piring. Ia juga menyiapkan pisau kecil yang digunakan khusus buat memotong sandwich serta garpu. Tangannya digerakkan dengan sempurna.
Merasa bosan, ia membuka handphone. Ada WhatsApp masuk dari Zion yang menyemangatinya dengan emoticon senyum. Anna tesenyum, walau isi pesannya sederhana. Sekelebat, ia teringat akan Ax Group, perusahaan yang dikelola oleh Ayahnya. Ia membuka group WhatsApp, namun tak menemukan sesuatu yang ia cari.
Ia berinisiatif menanyakan pada seorang sekretaris Ayahnya, Merry lewat chat. Merry menceritakan segalanya termasuk tentang proyek gagal yang Ayahnya dapatkan. Proyek itu bernilai milyaran rupiah. Karena tak mampu menampung segala pertanyaan didalam benaknya, ia memanggil supir pribadi nya, Parta untuk mengantarkan ke Ax Group.
°°°°°°°°°°°°°°°°°☆☆°°°°°°°°°°°°°°°°°
Jalanan yang macet, membuat Anna sedikit kesal. Ia menahan segala kekesalannya sambil menghela nafas. Sekitar 30 menit, ia tiba dikantor. Beberapa dari mereka tersenyum padanya, ada yang terlihat sibuk sehingga tak tahu keberadaan Anna, dan ada juga yang tak terlalu mempedulikan kehadirannya. Anna bersikap acuh.
"Nona Anna!" sapa seorang gadis. Ia mengenakan pakaian formal yang biasanya dipakai sekretaris pada umumnya.
"Merry!" senyuman mendarat dibibir mungil Anna.
"CEO ada di ruangannya," ujar Merry, seolah-olah tahu Anna ingin menemui Ayahnya.
"Terima kasih," Anna menghela nafas sesaat, sebelum ia membuka pintu ruangan tersebut.
"Ayah!" panggil Anna, sembari tersenyum pada Robert.
"Apa yang kamu lakukan disini?" ujar Robert. Nada suaranya tak bersahabat.
"Anna sudah melihat berita apa yang terjadi pada Perusahaan. Anna akan bantu sebisa mungkin," tegas Anna.
"Buat apa? Kamu masih terlalu muda untuk terlalu ikut campur dalam mengurusi masalah ini. Toh, kamu akan pergi ke peragaan busana nanti."
"Hmm... Anna pikir jika ada keganjalan dalam proyek itu. Apa ayah tidak curiga sama sekali?"
"Kamu pikir ini hal mudah yang bisa dikerjakan olehmu," tukas Robert dengan suara lantang.
"Setidaknya... Anna ingin berusaha. Tolong, ijinkan Anna untuk menangani masalah ini!" ucap Anna. Ia berusaha untuk tetap tersenyum.
"Jika kamu mengacau lagi kayak waktu itu, aku tak ingin melihatmu datang ke kantor ini lagi!"
"Anna mengerti. Anna tidak akan mengecewakan Ayah," Anna bertahan agar tak menangis. Sejujurnya, ia bisa menahan perilaku sang ayah pada nya, tetapi terkadang ia lelah. Ia selalu berpikir, keberadaannya selama ini tak berarti apa-apa.
"Baiklah, kalau begitu, ini semua data-data dari proyek yang ayah kerjakan. Jangan sampai kamu mengacaukannya!" ujar Robert tegas.
"Baik, Ayah," Anna mengambil berkas itu dan memilih tempat yang nyaman untuk melihat berkas-berkas tersebut. Ia memilih untuk tak berada didekat Ayahnya, karena ia ingin bisa lebih fokus untuk mempelajari itu semua.
Anna memilih kantin sebagai tempat yang cocok untuknya. Ia duduk disebuah kursi yang letaknya di dekat jendela. Namun, suasana disana terlihat sepi. Tiba-tiba, seseorang datang dan menutup kedua mata Anna. Anna sedikit terkejut, namun ia tak bisa lupa akan aroma tubuh pria yang ia kenali.
"Zion?" terka Anna. Ia mencium parfum yang biasa dipakai Zion.
"Padahal aku ingin mengejutkanmu," kata Zion sambil mengerucutkan bibir.
"Aku kan gak bisa dibohongi," ucap Anna sambil terkekeh.
"Kamu serius amat," ujar Zion. Anna tak menggubrisnya.
"Apaan itu?" Ia melihat berkas dokumen yang ada pada Anna.
"Proyek gagal yang pernah Ayah kerjakan. Aku harus memeriksa dengan teliti," tutur Anna dengan raut wajah serius.
"Ah, yang itu."
"Seharusnya kamu memberitahuku," ucap Anna kecewa.
"Aku gak ingin melihat wajahmu yang seperti zombie," ujar Zion, namun Anna tak menjawab. Tiba-tiba Zion mencubit pipi Anna sambil tertawa.
"Hei, ayolah! Aku lagi serius," Anna terlihat jengkel.
"Aku tahu, nona serius. Hanya saja, kamu harus ingat dengan kesehatanmu."
"Aku tahu," ucap Anna datar.
"Sini, biar aku bantu," Zion menarik berkas itu.
"Tak perlu. Aku akan melakukannya sendiri," tolak Anna halus. Ia menarik berkas itu.
"Kenapa? Kamu tak percaya padaku?"
"Mana mungkin. Kamu sudah bekerja lama untuk ayahku."
"Lalu?"
"Aku hanya tak ingin membebanimu. Itu saja."
"Dasar, kau ini!" Zion kembali mencubit lembut pipi Anna, sehingga Anna tak merasakan sakit.
"Apa kamu sudah makan?" tanya Zion lembut.
"Ya, seperti itu lah."
"Pasti makan sandwich," terka Zion.
"Kamu selalu tahu."
"Tahu dong! Aku kan peramal hatimu," canda Zion.
"Makan dulu, gih sana," ujar Zion.
"Kamu mau aku terlihat gemuk?"
"Bukankah gemuk terlihat lebih sexy ?" bisik Zion. Wajah Anna memerah.
"Baiklah, kalau begitu aku akan mengambil sesuatu untuk kamu makan, nona diet."
"Lihatlah, badanmu yang kering gini! Mana ada cowok yang mau sama kamu dengan tubuh kurusmu," ejek Zion sambil tertawa kecil.
"Kau saja yang menikah denganku, nanti," cnda Anna.
"Yakin?" Zion mengeluarkan senjata puppy eyes nya.
"Mimpi!" Anna terkekeh sambil menatap Zion.
"Sudahlah, Ayo!" ajak Anna.
"Mau kemana, nona kering?"
"Kamu mengejekku lagi? Ya sudah lah, biarkan badanku penuh dengan tulang," ucap Anna pura-pura ngambek.
"Baiklah. Baiklah. Kamu tunggu disini saja. Biar aku yang mengambil sarapanmu. Oke?" ujar Zion mengalah.
"Oke. Terima kasih, Tuan yang baik hati," tutur Anna sambil tersenyum lebar. Entah kenapa, saat ada Zion, Anna seakan kembali seperti gadis kecil yang ingin dimanjakan. Semua kesedihan yang ia rasakan, hilang begitu saja. Dan Anna selalu banyak tersenyum pada sosok temannya itu. Tanpa mereka sadari, sepasang mata telah memperhatikan keduanya. Ia tersenyum, lalu memotret mereka dalam diam. Entah apa yang orang itu pikirkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
𝕹𝖚𝖗𝖚𝖘𝖞𝖘𝖞𝖎𝖋𝖆
mampir kak.
🌹🌹🤗🤗🌹🌹🌹
2021-08-27
0
🍒Ratu Nyimas Kencono Ayu🍒
Semangat ya thour 💪👌🍒🍒
2021-01-20
0
Tenno tennin
Karena km sdh berkunjung, aku baca novel km chapt satu. Sblm nya aku baca prolog nya Dan menarik cerita nya untuk di baca. Thank you sudah berkunjung.
2020-08-02
3