Suara decitan mobil terdengar, seorang pengendara tak fokus apa yang didepannya, sehingga ia mengerem mobil secara mendadak. Beruntung, tak ada yang terluka. Namun, pengendara mobil didepannya, memaki dengan kata-kata kasar.
Ia tak peduli dan tak mau tahu apa yang orang itu teriakan. Jay tampak lelah akhir-akhir ini sehingga ia tak menperhatikan jalanan yang ramai. Ia hanya kesal dengan segala beban yang ia tanggung. Entah berapa banyak orang yang ia pecat akhir-akhir ini. Dia berpikir kalau kinerja mereka tak bagus.
Jay kehilangan banyak investor. Ia sudah melakukan segala upaya untuk membujuk mereka agar tak menarik saham mereka, tetapi itu sia-sia. Kepalanya terlalu pusing memikirkan itu semua. Ia menepikan mobil, lalu bersandar pada kursi kemudi. Tanpa sengaja, Ia melihat sebuah perusahaan Ax Group, senyum mendarat di bibir Jay. Pria itu mengambil ponsel, lalu menekan angka 1, nomor yang sering ia hubungi.
Ketika malam hari...
Jay menghadiri pesta dikalangan para elit. Senyuman melekat dibibirnya, tanpa menunjukkan beban yang ia pikul. Ia bersantai sejenak untuk sekadar menikmati pesta.
"Ternyata Jay, ya. Aku kira siapa. Kamu tampak berbeda dari yang sebelumnya. Aku hampir tak mengenalimu," ejek Javeline dengan nada sinis. Pria itu tetap tenang.
"Terima kasih atas pujiannya nona Javeline," Jay menyeringai. "Oh ya, aku tak melihat pria manis yang bersamamu," ujar Jay, seraya menaikkan satu alis.
"Kenapa? Kau tak sebanding dengan suamiku," sindir Javeline.
"Aku tak membahas suamimu."
"Aku hanya membahas selingkuhanmu," bisik Jay menyindir tanpa meninggalkan senyuman lebarnya. Kedua bola mata Javeline seakan copot karena kaget. Wanita itu tak menyangka Jay mengetahui perselingkuhannya dengan Victor, seorang pria kaya yang lebih muda darinya. Javeline pergi meninggalkan Jay dengan hati kacau balau. Jay menarik sudut bibirnya.
Jay tak memikirkan Javeline lagi, ia lebih memilih memperhatikan para pengusaha yang sibuk dengan pembicaraan mereka. Disanalah, ia tanpa sengaja melihat gadis cantik. Gadis itu mengenakan gaun polos berwarna navy, terlihat elegan di tubuhnya. Jay tersenyum dan mendekati gadis itu.
"Hai!" sapa Jay.
"Hai!" balas gadis itu dengan nada datar.
"Hanya itu? Kamu tak penasaran denganku, nona?" tanya Jay. Pria itu heran, dengan ketampanan yang dimilikinya tak membuat gadis tersebut tertarik.
"Maaf, saya kurang terbiasa berbicara dengan orang asing," ujar gadis itu datar. Jay berpikir, gadis didepannya unik.
"Namaku, Jay. Sekarang kita bukanlah orang asing." Jay mengulurkan tangan, tetapi gadis bernama Anna memilih diam. Jay menyeringai, ia tak menyangka bertemu gadis yang begitu menarik.
"Saya permisi sebentar," tutur gadis itu.
"Gadis yang aneh, tetapi aku semakin penasaran," pikir Jay.
Rasa pilu menghujam jantungnya. Anna menutup mata sambil menahan rasa sakit dibalik dadanya. "Jangan.. Jangan, sekarang!" batin Anna meringis.
Segala pikiran bergelayut dibenaknya. Ia tahu akan kondisi tubuhnya yang tak memungkinkan untuk menghadiri Pesta tersebut. Namun, daripada memilih menghadiri peragaan busana bersama ibunya, Anna ingin mencari keberadaan Jerry. Pria itu berhubungan dengan proyek Ax Group yang gagal. Ia datang bersama Zion, namun saat ini Zion menghilang entah kemana.
Pandangan Anna semakin lama, semakin kabur. Tangan Anna berselancar mencari obat yang ada ditas nya. Akan tetapi, obat itu tak ia temukan. Sepertinya, ia lupa membawa benda kecil itu. Anna tak bisa mengendalikan diri. Ia hampir terjatuh. Beruntung, seseorang menangkapnya. "Jay," pikir Anna. Lalu, pandangannya menggelap.
°°°°°°°°°°°°°°°°°☆☆°°°°°°°°°°°°°°°°°
"Sebenarnya apa yang terjadi padanya, dok?" tanya Jay pada dr. Miya.
"Pasien mengalami serangan jantung."
"Serangan jantung? Apakah separah itu?"
"Untuk saat ini, pasien butuh istirahat. Jika kondisinya lebih parah, akan ada pemeriksaan lanjutan."
"Baik, dok. Terima kasih.
Dokter Miya meninggalkan Jay. Pria itu tak menyangka gadis semuda seperti Anna mengalami serangan jantung. Ia menatapnya dengan cemas. Ia takut sesuatu yang buruk terjadi padanya.
Anna membuka mata secara perlahan. Ia mencium aroma pekat yang selalu ia kenali. "Rumah sakit," batinnya. Tiba-tiba Anna ingat, ia belum mendapatkan informasi tentang Jerry. Ia terbangun, tetapi Jay menahannya. Karena kekuatan yang dimiliki Anna kecil, ia menyerah.
"Jangan, dulu! Kamu masih perlu istirahat," ujar Jay khawatir.
"Tetapi saya tak bisa disini, Jay."
"Kau ingat namaku, ternyata," ucap Jay sambil tersenyum.
"Sudahlah. Saya harus pergi."
"Apa yang ingin kamu butuhkan? Aku akan membantumu," ucap Jay tulus.
"Tak perlu," Anna tak peduli akan kondisi nya. Ia memaksakan untuk bangun, tetapi dadanya kembali sakit. Jay menghela nafas. Ia gemas dengan tingkah gadis itu.
"Anna!" panggil seorang pria dengan nada khawatir. Ia tak menyadari keberadaan Jay.
"Zion!"
"Apa kau bodoh ya? Sudah berapa kali aku bilang untuk jangan lupa membawa obatmu," celetuk Zion. Ia memeluk Anna.
"Aku rasa tadi sudah kumasukkan," jawab Anna datar. Zion menyentil hidung gadis itu.
"Duh, dasar gadis ceroboh!"
"Wajahmu berantakan. Aku tak sanggup melihatmu," ucap Anna sambil terkekeh.
"Kamu lebih berantakan, Anna. Bahkan, anak anjing lebih cantik ketimbang wajahmu," goda Zion.
"Ah, jadi kamu menyamakan wajahku dengan anak anjing. Kalau begitu, sini aku gigit hingga wajahmu lebih jelek dariku," cibir Anna.
"Entar nyesel, loh," ledek Zion.
"Gak bakalan."
"Masa? Kamu gak akan bisa melihat wajah tampan ku lagi. Gimana, dong?" ledek Zion.
"Biarin aja. Biar gak ada yang mau sama kamu."
"Gak masalah. Asal kamu mau sama aku saja, itu sudah cukup," Zion menatap kedua mata Anna dengan lekat.
"Ehem..," suara Jay membuat Zion menoleh. Ia baru menyadari kehadiran Jay. Mereka saling bertatapan tak suka.
"Bagaimana keadaanmu sekarang? Apa masih sakit?" tanya jay.
"Sudah tidak apa-apa," jawab Anna. Anna juga tak tahu kenapa rasa sakitnya tiba-tiba hilang. Padahal, saat bangun ia masih merasakan sakit. "Mungkinkah.... Ah, tak mungkin," batin Anna melirik Zion.
"Terima kasih sudah membawa saya kemari," ucap Anna tulus.
"Tak masalah. Bicara santai saja denganku," senyuman tersungging dibibir Jay.
"Hei, kau siapa?" tanya Zion. Ia mengerutkan kening.
"Namaku Jay." Jay menjulurkan tangan, tetapi Zion tak merespon. Zion memutar kedua mata.
"Apa yang kau lakukan? Kamu menakutinya," ujar Anna.
"Sudahlah, lebih baik kamu istirahat. Aku gak mau kamu kenapa kenapa," ucap Zion.
"Iya, Mami," ledek Anna.
"Apa kamu akan pulang sekarang?" tanya Anna.
"Kenapa? Kamu mau aku menemanimu sepanjang malam?"
"Buat apa. Udah sana pulang. Gak usah mempedulikanku lagi."
"Kamu begitu menggemaskan," ucap Zion.
"Aku bukan anak anjing!" ujar Anna kesal. Ia mengira kalau Zion masih menyamai dirinya seperti anak anjing. Zion tersenyum melihat Anna kesal.
"Bukankah kamu juga harus pulang, Jay." Zion menatap tajam.
"Dia benar. Pulanglah! Ini sudah malam," pinta Anna pada Jay.
"Baiklah. Kamu tidak apa-apa sendirian?" tanya Jay.
"Aku gak apa-apa."
"Baiklah, kalau begitu aku akan pulang dulu," ucap Jay. Pikiran Jay berkecamuk. Ia tak tega melihat Anna. Tetapi bagaimanapun, ia harus pulang karena besok pagi ia bertemu dengan klien. Jay pun pergi.
"Kenapa kamu masih disini, Zion? Bukannya kamu juga mau pulang?" tanya Anna.
"Aku pikir sih gitu. Tetapi aku sangat bosan dirumah. Jadi, aku rasa tak buruk untuk menghirup aroma rumah sakit," elak Zion.
Pria itu terbaring disebuah sofa yang tak jauh dari tempat tidur Anna. Gadis itu tersenyum melihat Zion. Ia merasa nyaman berada didekat Zion. Sekelebat, Anna teringat kembali akan Jerry. Namun, kedua mata nya cukup lelah. Anna tenggelam dalam tidurnya.
Zion membuka mata dan melihat Anna tertidur pulas. Zion menelepon keluarga Anna untuk memberi tahu kondisi gadis itu. Dari yang ia dengar, ia tak yakin Robert datang. Zion menatap Anna sedih. Sepanjang malam, Zion memikirkan gadis tersebut tanpa mengenal rasa kantuk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
🍒Ratu Nyimas Kencono Ayu🍒
Aku like boom ya kak yuna..🍒🍒🍒
2021-01-20
0
sariz07
....
2020-07-29
2
Sasa (fb. Sasa Sungkar)
aq sukaa 😍👍
seeru thor
aq sudah bawa 3 like yaaa
2020-07-26
2