“Benar- benar tidak tahu diri! Mereka brutal, mereka nggak akan mau mendengar penjelasan mu. Pakai otak kalau mau bicara!” Pria itu emosi, ia mendekatkan punggungnya ke arah Aiza, lalu memisahkan paha gadis berkerudung putih itu dan memposisikan paha itu di kiri kanan tubuhnya. Dengan sekali tarik, tubuh Aiza terangkat dan menempel sempurna di punggung pria itu.
“E eeeeh…” Aiza terkejut saat tiba- tiba tubuhnya diangkat. Rasanya tak karuan menyadari tubuhnya kini berada dalam gendongan pria itu. “Turunin!” pinta Aiza yang merasa takut karena tak pernah tubuhnya menempel begini di badan laki- laki.
Pria bertubuh tinggi itu tak peduli atas perintah Aiza, ia berlari secepat kilat dengan membawa beban Aiza di punggungnya. Namun ia terlihat biasa saja, seakan tak ada beban di punggungnya.
Takut jatuh, Aiza tanpa sadar melingkarkan lengannya ke leher si pria yang menggendongnya.
Jika dalam keadaan normal, pria itu seharusnya merasakan sentuhan dada Aiza yang menempel sempurna di punggungnya. Sensasinya berbeda. Tapi situasi panik dan menakutkan itu membuatnya tidak menikmati apa pun. Termasuk Aiza yang tanpa sadar mengalungkan lengannya dengan erat di leher pria itu.
Dalam hati, Aiza terus berdoa, berharap Tuhan melindunginya. Ia tidak berani menoleh ke belakang. Terus menatap ke depan, sesekali memejamkan mata.
Mereka memasuki jalan setapak, yang di kiri kanannya merupakan rumput liar. Gelap. Entah kemana tujuan mereka sekarang.
Kenapa situasinya jadi begini? Aiza takut sekali. Ini adalah pengalaman paling mencekam dalam hidupnya. Nyawanya seperti di ambang maut.
Entah sudah berapa kilometer mereka masuk ke dalam semak belukar, ada banyak pepohonan. Mungkin itu kebun warga.
Pria itu mulai memelankan larinya. Lambat laun makin melambat. Lalu kini berjalan saja. Suara napasnya terdengar keras, ngos- ngosan. Dia kelelahan.
Kilat yang sumbernya dari langit ciptaan Yang Maha Dahsyat sesekali memberi penerangan langkah mereka. Di tengah kepasrahan, gelapnya malam, masih diberikan kenikmatan cahaya kilat yang memberikan penerangan.
Terima kasih, Tuhan. Aiza masih bisa bersyukur.
Suara riuh keramaian di belakang sudah tidak terdengar lagi. menghilang. Sepertinya mereka tidak lagi mengejar.
“Longgarkan sedikit lingkaran lenganmu di leherku. Aku bisa mati akibat cekikanmu!” seru pria itu.
Saat itulah Aiza baru sadar bahwa lengannya kini mengalung di leher pria itu, bahkan wajahnya menempel di caruk leher pria itu, membuat Aiza segera melonggarkan lingkaran lengannya. Jantungnya pun deg- degan.
“Kamu deg- degan ya?”
Pertanyaan pria itu membuat Aiza langsung memundurkan badannya. Baru sadar kalau dadanya menempel di punggung pria itu.
“Turunin aku!” pinta Aiza.
“Kamu nggak bisa jalan.”
“Bisa.”
Bruk!
“Awh!” Tubuh Aiza diturunkan begitu saja, tangan pria itu melepaskan pegangannya di paha Aiza sehingga Aiza terjatuh karena posisinya tidak tepat saat berdiri. Apa lagi kakinya sakit, mana mungkin ia bisa bertahan di posisi berdiri.
Sekarang, bukan hanya kaki saja yang sakit, bokongnya juga sakit. Nyeri sekali, ya ampun.
Tubuh Aiza menggigil, kedinginan. Andai cahaya mampu menerangi wajahnya, maka tampaklah wajah pucat pias seperti kapas, bibirnya pun membiru. Rintik hujan sudah reda, namun tubuhnya yang basah kuyup, ditambah angin kencang di sekitarnya benar- benar telah membuatnya kedinginan.
“Apa kamu masih mau sendirian di sini? Mau dimakan binatang buas, hm? Ya sudah, silakan menikmati hari menyedihkanmu ini. keras kepala!” Pria itu marah- marah, kesal.
“Semua ini gara- gara kamu, aku terlibat dan akhirnya kondisiku mengenaskan begini,” balas Aiza tak kalah kesal.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Makanya jgn keras kepala,udah ditolong juga masih aja ngenyel..ck
2023-03-26
0
༄༅⃟𝐐Dwi Kartikasari🐢
seru
2022-11-12
0
BirVie💖🇵🇸
hahaha lucu ihhh pertemuan pertama yg aneh
2022-10-23
1