“Justru itu aku bertanggung jawab untuk membantumu. Tapi kamu nggak mau. Semua udah terjadi. Lalu mau bagaimana lagi, hm? Apa kamu bisa memutar waktu?”
“Udah cukup! Pergilah! Aku nggak butuh bantuan mu!” kesal Aiza. Pria itu bersalah, tapi malahmembentak- bentak dirinya. Betapa Aiza merasa sakit hati sekali. Mana mulutnya jahat lagi.
Pria itu balik badan, lalu beranjak pergi, melangkah meninggalkan Aiza.
Melihat punggung pria itu yang semakin menjauh, barulah perasaan Aiza cemas. Ia tidak bisa bergerak, berdiri pun kesulitan. Lalu bagaimana nasibnya nanti? Bagaimana caranya bisa pulang?
Aiza berusaha bangkit berdiri. Tertatih, ia berjalan. Tubuhnya terus menggigil.
Jika dalam keadaan begini, entah berapa lama ia akan sampai? Aiza terus menatap punggung pria di depan sana, berharap pria itu akan menoleh ke arahnya.
Harapan Aiza terkabul, pria di depan sana menoleh, Aiza pun langsung melambaikan tangan. Berharap pria itu kembali lagi kepadanya.
Dalam hitungan detik, pria itu langsung balik badan. Kembali lagi mendekati Aiza.
Mereka berhadapan. Namun Aiza menunduk, tak mau menatap wajah pria bertubuh tinggi dihadapannya itu. Aiza terkesiap saat merasakan sebuah jaket besar ditangkupkan ke pundaknya. seketika itu, angin kencang di sekitarannya tidak lagi terasa. Ia terlindungi dari tamparan angin. Jaket itu benar- benar memeluknya dnegan hangat.
Aiza terkejut saat tubuhnya diangkat dalam posisi gendongan di depan. Iya, pria itu menggendongnya dengan posisi satu lengannya melingkar di punggung Aiza, satunya lagi di lipatan belakang lutut.
Aiza akhirnya pasrah. Diam dalam gendongan pria asing itu. Posisi tubuhnya yang bersentuhan dengan tubuh pria, membuat hatinya merasa sangat takut, gugup, juga gemetar. Rasanya aneh, tapi juga deg- degan. Tuhan pasti tahu kalau ini adalah sesuatu yang terjadi karena adanya udzur kepepet.
Ia tidak mau mengangkat kepala untuk menatap wajah di dekatnya, ia terus menunduk.
“Kenapa malam- malam begini gadis sepertimu keluyuran?” tanya pria itu, suaranya khas sekali. Ia heran kenapa gadis berkerudung bisa keluyuran malam- malam. Biasanya gadis alim lebih suka berdiam di rumah.
“Selepas pulang sekolah, aku mengikuti les bahasa Arab, yang dibuka jam tujuh malam. Selesai jam Sembilan malam,” jawab gadis berusia tujuh belas tahun itu datar.
“Oh… masih sekolah?” Pria itu melangkah dengan mengangkat kakinya agak naik untuk menghindari semak belukar yang agak tinggi.
Aiza tidak menjawab.
“Kenapa mereka meneriakimu maling? Kamu maling apa?” Aiza balas bertanya.
“Mereka salah paham.”
“Nggak mungkin sebrutal itu jika hanya sekedar salam paham.”
“Kamu nggak akan mengerti.”
Tak mau mendebat, Aiza memilih untuk mengalihkan pembicaraan. Ia ingat dengan ****** ***** lebar yang melayang dan nyangkut di leher si pria serem tadi. “Kolor terbang yang tadi itu punyamu?”
“Aku tarik dari jemuran yang entah punya siapa,” singkat pria itu, napasnya mulai terengah. Berjalan sambil menggendong beban ternyata membuatnya lelah juga.
“Mau nyelametin aku kok pake kolor orang? Apa nggak ada benda lain yang lebih halal dipegang?”
“Siapa bilang memegang kolor haram? Kupikir benda itu tadi bisa tepat menutup mata orang yang mengejarmu, tapi malah nyangkut di leher.”
Diam- diam Aiza membayangkan ukuran kolor terbang yang besar sekali. Ah, kenapa malah kepikiran itu? nggak boleh!
Bersambung
Jangan lupa klik like dan masukin masukin ke rak library yah
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Linda Kustanty
owalahh gara2 kolor ijo to ampek d teriak.in maling😆😆
2024-09-21
0
♥(✿ฺ´∀`✿ฺ)Ukhti fillah (。♥‿♥。)
jgn di bayangin aiza ngeri loh 😂
2023-01-01
0
Raflesia
😂😂😂😂😂😂
2022-12-29
0