Misya menatap sedih mamanya yang kembali pingsan, ini pasti sangat berat bagi mama nya.
"Apa yang harus ku lakukan?"
Misya memejamkan matanya.
"Ya...Allah... mengapa aku masih hidup?" bisik nya, tak terasa air matanya mengalir deras.
Misya merasa seluruh tubuhnya sakit, ia ingin bergerak memeluk mamanya, dan mungkin menguatkan nya, tapi ia tidak berdaya, saat ini ia hanya bisa terbaring lemah di tempat tidur.
Ia ingat kejadian yang menimpanya, menyakitkan dan menakutkan, Vael selalu memandangnya merendahkan.
Tatapan nya yang tajam dan seringai nya yang mengerikan seakan puas sudah berhasil menyakiti Misya.
Dan seringai itu baru berubah saat Valerie datang untuk memastikan Vael sudah berhasil mengancam dan menakuti Sarah, seperti rencana mereka.
Tapi saat Valerie menemukan mereka, barulah jelas kalau yang diculik Vael adalah sahabatnya Misya, bukan Sarah.
" Misya? oh Tuhan... Vael, apa yang kamu lakukan? Misya... oh Tuhan!!" teriak Valerie.
Menyesal? bukan hanya menyesal, bagaimana bisa hanya menyesal setelah ikut andil menghancurkan kehidupan sahabatnya.
Misya bisa melihat Valerie histeris, dia mengamuk karna Vael bertindak di luar rencana, padahal mereka sudah sepakat hanya mengancam dan menakuti, tapi apa masih ada guna nya?
Semua sudah terjadi.
Misya tetap diam, ia hanya merasa sunyi menatap nanar Valerie yang hanya bisa menangis sambil berusaha melepas semua ikatan yang mengikat Misya dengan membabi buta, ia juga tak bisa melihat jelas Vael yang terhenyak pucat dengan pandangan kosong karna matanya yang mengabur.
Ia hanya ingat Vael sempat berkata.
"Misya? bukan Sarah?"
Dan Misya tetap diam tak bergerak, meski tubuhnya sudah tak terikat, ia hanya sempat berbisik
"Jangan biarkan aku hidup Val." namun setelah itu Misya kembali pingsan.
Ketika kembali sadar, ia sudah di mobil, Valerie akan mengantarnya ke rumah sakit, namun Misya menolak .
Ia hanya ingin pulang.
Misya tidak tau apa lagi yang terjadi, ia terbangun setelah esok hari.
Misya mendengar langkah kaki seseorang mendekat, ia membuka mata nya perlahan.
Ia melihat sesosok bayangan yang menakutkan .
Bayangan itu mendekati Misya, Lalu mengulurkan tangannya .
Misya menjerit ketakutan.
"Misya... ini mama nak... ini mama.." Misya mendengar suara mamanya sangat jauh sebelum semua kembali gelap entah berapa lama.
"Misya..." panggil Valerie saat melihat Misya membuka matanya.
Valerie menatap Misya sayu.
"Aku datang bersama orang tua ku."
Misya menatap om Willy dan tante Lizzie yang berdiri mengelilinginya sambil menatap nya sedih.
Misya menhela nafas panjang, biasanya ia akan senang bertemu orang tua Valeri yang selalu membantunya, tapi kali ini Misya merasa tak nyaman, matanya mencari cari mama nya, tapi mama tidak ada di sana.
Ia tau mama pasti tidak sanggup berjumpa keluarga orang yang telah menodai putrinya, meski selama ini Valerie sudah seperti putrinya sendiri.
"Val... " panggilnya lemah, tapi ia enggan menatap Valerie.
Valerie mendekat kan wajah nya .
"Aku mohon setelah hari ini, jangan pernah menemuiku lagi.." bisik Misya terengah.
Valerie menangis, sementara orang tuanya menunduk dalam, terlebih Om Willy.
"Jangan minta itu padaku Misya."
"Ku mohon... Vael juga sudah di tangkap, ia datang sendiri, menyerah kan diri nya." isak Valerie.
Mendengar nama Vael di sebut, Misya seakan melihat bayangan hitam yang menyeringai buas, sedang mendekati dirunya seakan siap menyakitinya.
Misya gemetar, tak bisa tertahan perasaan tertekan nya, ia menjerit ketakutan lalu untuk kesekian kalinya ia kembali pingsan.
Sejak saat itu, Misya mengurung diri di kamar, ia tidak ingin bertemu siapapun selain mama.
Valerie masih datang setiap hari, terkadang bahkan bersama orang tuanya, menunggu hingga mereka di terima, tapi mama tidak pernah membukakan pintu.
Pemandangan itu sangat menyakitkan, rasanya Misya semakin tertekan.
"Ma ... kita pindah saja ya?" kata Misya tiba-tiba.
"Pindah? kemana?" tanya mama bingung.
Cuma ini rumah yang ia punya, ia tak tau harus pindah kemana.
"Jual saja rumah kita ma... kita mulai hidup baru."
Mama terdiam, pindah?
Mungkin memang lebih baik begitu, ia harus mencari tempat yang baru, agar Misya bisa memulai kembali hidup nya.
Tiba tiba ponsel Misya berbunyi, mama menyerahkan pada Misya.
"Filo..." desah mama.
Sudah beberapa kali Filo menelpon, tapi Misya tak pernah mau mengangkat.
"Filo harus tau nak... " desah mama.
Haruskah?
"Msya harus bilang apa ma? Misya belum siap kehilangan Filo." kata Misya mulai menangis.
"Kamu harus bisa menghadapinya nak, ini sudah takdir kita, sampai kapan kita bisa menyembunyikan nya? suatu saat semua pasti akan diketahui. Jadi lebih baik ia mendengarnya sendiri dari kamu." mama mencoba memberi pengertian.
Ragu Misya mengangkat telpon nya, ia berusaha menguatkan diri.
"Hallo." sapa nya lemah.
"Kemana saja kamu Misya? kenapa begitu susah menghubungi mu?" tanya Filo di seberang sana, suaranya yang lembut terdengar sedikit merajuk
Biasanya Misya akan senang mendengar Filo yang begitu, tapi sekarang ia merasa betapa tercabik cabik hatinya.
Misya menahan tangis nya.
"Tidak kemana mana." jawab Misya dengan suara bergetar.
"Valerie bilang kamu sakit? sakit apa sampai tak mengangkat telpon ku." gerutu Filo.
Misya tak bisa menahan tangisnya lagi, ia terisak sendiri.
" Misya... Misya , ada apa? mengapa menangis?" suara Filo terdengar panik.
"Sakit apa Misya? parah kah sampai kamu menangis?" kata Filo cemas.
Dan Filo semakin bingung mendengar Misya menangis semakin sedih.
Tak ada yang dapat di lakukan nya sekarang, ia hanya diam menunggu sampai Misya tenang.
"Filo, dengar kan aku, jangan sekalipun menyela, dengar saja dulu ceritaku, lalu pikirkan saja semuanya.
Kalau misalnya kamu masih bisa menerima aku, aku akan bersyukur tapi jika sebaliknya pun tak apa." kata Misya akhirnya.
Filo diam, Misya yakin ia sedang berusaha mendengarkan.
Misya menarik nafas berat nya agar dirinya bisa lebih kuat.
"Filo... beberapa hari yang lalu aku.. diperkosa." Misya mencoba mengtur nafas nya yang sesak.
Dari seberang juga tak terdengar suara Filo, mungkin dia syok, tapi justru kediaman Filo membuat Misya kembali berani berbicara.
"Karna itu sekarang ini aku sudah tak pantas lagi untuk mu.
Jadi tidak perlu lagi berusaha meyakinkan ibu mu untuk menerimaku lagi" Misya masih terisak.
Hening sebentar.
"Misya sayang ... kenapa candaan mu aneh ya?" Filo terdengar kesal.
"Aku tidak bercanda ..."jawab Misya tegas.
"Coba telepon lah Valerie, tanyakan tentang keadaan ku sekarang, dan minta dia bercerita yang sebenar nya." kata Misya, lalu cepat cepat ia menutup sambungan telponnya.
Filo masih mencoba menghubungi nya beberapa kali, sampai Filo lelah dan berhenti sendiri.
Misya juga tidak berani menjawab telpon nya sama sekali.
Bagaimana ia bisa? bagaimana ia mampu?
*********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
🇲🇨⃠Ririn zahra 🍁
Nyesek ya Thor, nangiss aku loh, 😭😭😭
2021-03-13
1
❦𝓜𝓲𝓼𝓼⋆̶Khadijah 💞
menyayat hati
2020-11-01
0
Andi Fitri
sedih banget thor..aku suka karya kamu thor..
2020-10-23
1