Valerie menangis histeris sambil memeluk Misya.
Betapa kaget nya ia ketika Misya datang ke butik hari ini, sudah begitu lama rasanya ia dan keluarganya mencari Misya dan mama Hana.
Misya mencoba menenangkan Valerie, ia ingin masalah ini cepat selesai.
"Val, bisa enggak kamu menghubungi om Willy dan tante Lizzie?"
Valerie tertegun.
"Mereka sudah mencari kamu kemana mana, entah berapa banyak orang suruhan mereka yang pulang tanpa hasil." jawab Valerie sambil mengambil handphone nya, lalu menelpon orangtua nya.
"Pa... mereka di sini pa, mereka ingin bertemu papa dan mama.
Ya, di butik Valerie pa..." Valerie nampak begitu gembira.
Ia mengajak Misya dan mamanya ke restoran samping butik.
Lalu tanpa di minta ia langsung bercerita tentang mamanya yang sudah memutuskan berpisah dari papanya.
"Tapi mereka membatal kannya karna melihat akibat yang kalian tanggung untuk mempertahankan keluarga kami." kata Valerie menggenggam tangan Misya.
Tak butuh waktu lama, orang tua Valerie datang.
"Misya..." sambut tante Lizzie menangis.
Om Willy hanya mematung.
"Terima kasih bu Hana..., ibu mau menemui kami lagi" kata om Willy.
"Ada yang harus kami sampai kan." jawab mama.
Mereka mengangguk, lalu duduk di depan Misya.
Misya menarik nafas berat, memandang mamanya sekilas.
"Misya hamil..." kata Misya tiba-tiba dengan suara parau.
Misya memperhatikan mereka yang terdiam, wajah mereka kaku tanpa ekspresi, sementara mama hanya menunduk.
"Be..benar kah?" tanya tante Lizzie, sementara suaminya dan Valerie masih dengan reaksi bengong nya.
Misya mengangguk.
"Oh... Tuhan..." jawab tante Lizzie, entahlah harus bagaimana Misya mengartikan ekspresi mereka.
"Tapi Misya tidak sanggup menerima nya, jadi Misya memutuskan menggugurkan nya." lanjut Misya pelan.
Valerie menangis, tante Lizzie juga.
Mereka memeluk Misya sedih.
"Misya mau ketemu Vael, karna kata mama Vael harus tau, tapi Misya masih takut." desah Misya.
"Kami akan mengantar mu." jawab om Willy.
Dan memang mereka semua ikut mengantar Misya, om Willy bahkan menyetir sendiri hanya karna ingin membuat Misya nyaman.
Mereka begitu terenyuh menatap wajah cantik Misya begitu pucat dan tegang.
Valerie menggenggam tangan Misya mencoba memberinya kekuatan, ia bisa merasakan tangan Misya yang gemetar.
Misya memejamkan mata nya saat mereka tiba, ia merasa dadanya sesak, ia berusaha menyingkirkan bayangan bayangan menyeramkan yang menghantuinya.
Sampai akhirnya ia turun dari mobil dengan kaki yang goyah, dengan sigap mama dan Valerie memeluknya, dan menuntun nya pelan.
Di kantor polisi Misya yang duduk di apit Valerie dan mama menunggu Vael keluar dengan cemas, sudah sejak tadi ia merasa mual dan lemas.
Valerie kembali memeluk bahu Misya, mencoba memberi kekuatan pada sahabat nya itu.
Dan Misya memejamkan matanya saat mendengar langkah kaki yang mendekat.
Sementara itu Vael menyeret langkahnya tanpa semangat, ia tak ingin bertemu orang tuanya dalam keadaan babak belur begini.
Tapi ia mencoba membentuk senyuman agar orangtua nya tidak terlalu cemas.
"Auwgh..." rintih nya saat ia merasa bibirnya memdadak perih.
Vael mencoba melihat orang tuanya dari jauh, namun tiba tiba langkahnya terhenti, ia seperti melihat Misya disana.
Ia kembali melangkah agar bisa lebih dekat dan memperjelas penglihatan nya, bahkan mengerjapkan matanya agar ia bisa lebih yakin.
Benar, itu Misya ! batin nya kalut.
Ingin rasanya Vael berlari memeluk nya, bersimpuh dikaki nya dan mengungkap kan maaf dan kerinduannya.
Tapi apa boleh? apakah pantas?
Lihatlah Misya sekarang, wajah nya yang pucat dan matanya yang terpejam, pasti saat ini ia sangat ketakutan dan Vael tidak berhak menambah penderitaan gadis itu.
Ia terdiam sebentar, menatap wajah cantik Misya sepuasnya, tapi tepukan tangan petugas di bahu nya menyadarkan nya bahwa ia tidak punya waktu banyak.
Setelah menarik nafas panjang, Vael meyakinkan diri untuk melangkah menemui mereka yang menunggunya.
Vael menyalami orangtuanya dan Valerie yang tiba-tiba menangis histeris.
"Muka mu kenapa?" tanya nya lalu memeluk Vael erat.
Mendengar jeritan Valerie Misya membuka matanya dan ia tertegun.
Vael berdiri goyah dalam pelukan Valerie, Wajah nya yang dulunya tampan dan sempurna menatap menoleh ke arah Misya dan menatap nya sendu.
Misya menghela nafas, ternyata Vael kini tak semengerikan bayangan nya, ia tampak lemah dan menderita.
Wajahnya yang pucat, terlihat memar memar, bahkan di sudut bibir nya masih ada bekas luka yang berdarah.
Misya melihat Vael mengernyit kesakitan saat Valerie memeluknya, parah kah keadaan nya?
Tapi mengapa harus perduli? Walau bagai mana pun dia sekarang, dia tetap lah monster yang telah merampas masa depan nya.
Dan dia meninggalkan luka dan trauma dalam jiwa Misya.
Tapi saat melihat Vael menangis dan bersimpuh di kaki mama yang juga menangis, Misya merasa iba, anak seperti Vael ternyata rapuh juga.
"Maaf ... " desah nya hampir tak terdengar.
"Sudah lah, semua sudah terjadi, apapun yang kita lakukan tak bisa mengembalikan semua bukan? lagi pula kami kesini cuma mengantar Misya, ada yang ingin di sampai kan nya pada mu." jawab mama terisak.
Vael menatap Misya, perlahan dan ragu ragu ia mencoba mendekat, dan duduk didepan Misya yang menatapnya dengan perasaan jijik dan benci.
"Maaf... " desahnya parau, ia begitu sedih dan terluka dihujam tatapan Misya.
"Aku tau aku tak pantas di maaf kan." Vael tersenyum kaku.
Misya menatap Vael tak percaya, kepalanya yang sekarang di cukur habis, ternyata tak semenakutkan bayangan Misya selama ini, walau pun begitu ia tetap terlihat menjijikkan.
Vael diam menunggu Misya bicara, meski perasaan nya merasakan betapa sebenarnya ia begitu merindukan nya, rasa bersalah membuat nya selalu di kejar bayangan Misya, membuat rindu nya semakin menumpuk.
Vael menunduk, ia tidak ingin Misya tau perasaan nya.
"Aku hamil." suara Misya terdengar tiba-tiba.
Vael terlonjak kaget, ia menatap perut Misya dengan perasaan berkecamuk, hingga tidak ada kata yang keluar.
"Tapi aku ingin membuangnya, dan mencoba hidup normal." seru Misya cepat dan terdengar marah.
"Aku telah nenghancurkan hidupmu, apa hak ku mengatur hidup mu bukan?" suara Vael terdengar parau dan bergetar
Misya mengangguk puas.
"Aku hanya mau kamu tau, walau bagaimanapun kamu ayah nya." jawab Misya.
Vael terdiam, Misya berbeda sekarang, ia yang merubah gadis baik itu.
"Tapi Misya, aku takut..." desah Vael.
Misya menatap Vael bingung.
"Allah menghukumku begini, karna kesalahanku pada mu, entah apa hukuman Nya lagi karna menghukum anak yang tak bersalah karna kesalahan ku.." jelas Vael.
Misya menatap tak percaya.
"Allah yang membuat ia ada, maka Allah lah yang berhak mengambil nya..." kata Vael lembut berusaha bijak.
Misya terdiam, benarkah ini Vael? Vael yang selalu bertindak sesuka hatinya, tapi kini mengapa terasa beda?


***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
Rose_Ni
sarah dimana Thor?kok gak ad kbrnya
2023-04-26
0
M@ndeh_sibuyu@ng
,maaf, aku baru mulai baca malam ini.
apa yang dialami oleh vael dlm.penjara, tiba2 kayak orang insyaf gitu?
2020-11-27
0
𝕸𝖆'𝕶' 𝖈𝖚𝖙𝖊
namanya sulit di ingat, vael dan vilareal y...
mereka ini sodara???
2020-09-16
0