Langit sore didesa ini sangat indah, suasana yang nyaman begitu terasa, warna langit yang merona jingga seakan menggoda malam untuk segera datang.
Misya berdiri sendiri menikmati sore indah ini dengan menatap bentangan sawah di bawah sana
Wajahnya sudah tak begitu suram lagi, ia sudah mulai tersenyum.
Sudah hampir dua bulan ia tinggal di sana, di sebuah rumah sederhana milik teman mama nya yang tak di tinggali lagi.
Misya betah di sana, menikmati keramahan dan kepedulian sosial penduduk di sana.
Mereka akan selalu menyapa setiap berjumpa, mereka pun suka berbagi dan bergotong royong,
Misya menghirup dalam dalam udara desa yang menyenangkan, walau sudah senja begini udaranya masih terasa segar, lalu membalas sapaan para penduduk desa yang kebetulan melewatinya hendak pulang ke rumah masing-masing.
Rumah yang ditempati Misya kini, dibangun kokoh di sebuah bukit kecil, dengan bentangan sawah di bawah sana mengelilingi.
"Misya... masuk lah, sudah hampir magrib." panggil mamanya.
Misya tersenyum ia suka mendengar mamanya memanggil nya masuk, ini mulai menjadi kegiatan rutin sorenya.
"Iya ma..." jawabnya riang lalu bergegas melangkah masuk.
Beginilah hidup mereka sekarang, tinggal di sebuah desa yang tenang telah mengembalikan sedikit keceriaan Misya.
"Siap siap ya kita shalat bareng." kata mama tersenyum.
Misya mengangguk, ia menghampiri mama dan mencium nya senang, tangannya memeluk mama sebentar, wanita yang selalu berusaha membuat nya bahagia, meski Misya selalu membuat nya berduka dan kecewa.
Misya tersenyum, "Terimakasih sudah menjadi mama yang hebat buat Misya, bisik nya lalu pergi kekamar mandi.
Hana memperhatikan Misya putri tercinta nya itu sampai Misya menutup pintu kamar mandi.
Baginya, Misya anak yang baik dan penurut, ia tidak pernah berhenti bersyukur karena Tuhan mengirimkan misya menjadi anaknya.
Misya anak yang luar biasa bagi nya, ia selalu berusaha menyayangi dan membahagiakan mamanya.
Hanya saja entah mengapa nasib buruk selalu menyakiti Misya, sejak ia sudah kehilangan papanya dan mereka hanya hidup berdua.
Misya juga tidak pernah mengeluh meski waktu mamanya habis untuk bekerja.
Siang dan malam, hingga hanya sedikit memiliki waktu bersama dengannya, dia bahkan selalu membantu mamanya sebisa yang ia mampu.
Sejak kecil hingga ia kuliah kini, Misya memang selalu berusaha membantu biaya sekolahnya.
Dan setelah ia kuliah, ia membiayai kuliahnya sendiri dia tak pernah merepotkan mamanya karena itu Hana sudah seharusnya bersyukur karena bahagia selalu melingkupi hati mereka.
Tapi bayangan nasib buruk memang selalu mengikuti.
Padahal sejak kecil Misya juga sudah tidak bisa bersenang senang seperti teman teman nya yang lain, ia harus membantu mama nya yang selalu berjuang sendirian.
Ia baru saja menemukan kebahagiaan bersama seseorang yang di cintai nya, Filo.
Filo pemuda tampan yang baik, ia juga sopan dan sangat menghormati Misya.
Sayang hubungan mereka sempat terhalang karena mama nya Filo tidak merestui putra tunggal nya bersama Misya yang notabene hanyalah orang biasa.
Hana jadi mulai ragu untuk menerima Filo sebagai menanatunya.
Tapi lama-kelamaan Filo dan Misya mulai bisa mengatasi nya, mereka bahkan mulai merancang pernikahan mereka.
Sebagai mamanya tentulah Hana orang yang paling bahagia karena akan melepas putri satu-satunya bersama pemuda baik yang mencintai putrinya.
Tapi semuanya abu-abu sekarang, karena tiba tiba duka lain pun datang.
Misya kehilangan kesucian nya!
Hana menangis diam diam, ia tidak ingin Misya mendengar nya menangis, putri nya itu tidak boleh jatuh lagi ia akan melindunginya, ia harus bisa menjadi dinding yang kuat untuk bersandar putrinya karena itu Misya tidak boleh melihat kelemahannya.
Cepat-cepat ia menghapus air matanya ketika mendengar suara pintu kamar mandi yang terbuka.
Misya baru saja keluar dari kamar mandi, tapi tiba tiba saja lampu padam.
"Ma...!" jerit Misya panik.
Hana melompat sigap menghidupkan lampu emergency, lalu bergegas memeluk Misya yang duduk meringkuk ketakutan di lantai depan pintu kamar mandi.
"Atur nafas nak, jangan panik, coba lah bernafas pelan pelan." bisik Hana pelan.
Misya mencoba, tapi nafasnya makin terasa sesak, panik yang menyerang nya semakin menjadi, bayangan bayangan yang menyeringai buas kearah nya begitu mengintimidasi hingga membuat pandangan nya mulai berkunang kunang dan perlahan menggelap.
Sunyi...
Dan itu menakutkan.
Misya hanya meringkuk ketakutan, ia diam menunggu, sampai kemudian panggilan mama nya menyeret cahaya menerangi pandangan Misya.
Ketika Misya membuka matanya perlahan, ia mencoba mengenali sekeliling, dengan cepat Misya tau ia di rumah sakit.
Misya menahan nafas, tubuh nya terasa lemah dan betat.
Ia kaget saat melihat mama nya menangis, tapi memang akhir akhir ini mama terlalu sering menangis.
Misya menatap mama nya sedih, mengapa ia membuat mama nya selalu menangis?
Tapi kali ini tangis nya begitu pilu, Misya menyadari, pasti sesuatu yang buruk yang sedangbdi hadapi mama sekarang.
Misya gemetar, ia mulai takut.
"Ma..." panggilnya
Mamamengangkat wajah, lalu menghambur memeluk Misya erat, sepertinya mama sedang goyah sekarang, ia bisa mendengar mama kembali menangis.
"Ada apa ma?" tanya Misya sambil berusaha menenangkan.
Mama menggeleng, lalu melepaskan pelukannya, beliau menatap Misya lama tapi Misya sadar mama menatap nya iba.
"Ada apa ma?" desak Misya lagi.
Mama menatap Misya ragu.
"Katakan saja ma... aku pasti kuat, apalagi sih yang lebih buruk yang bisa terjadi?" kata Misya gemetar.
Mama diam sejenak, seperti sedang mengumpulkan kekuatan nya.
"Misya, kamu... kamu hamil nak!"
Suara mama yang pelan seperti guntur membahana di telinga Misya.
Apa lagi yang lebih buruk? masih adakah?
Misya terdiam.
Ia tetap tediam sampai mereka kembali, dan di hari hari berikut nya.
"Misya, bangkit lah nak, kita sudah janji akan tetap menerima takdir kita kan nak?" lirih mama entah untuk yang ke berapa kali.
"Misya mengangkat wajahnya.
"Boleh kah kita menggugur kan nya ma?" tanya nya lemah.
Mama tersentak, aborsi?
Tapi kalau pun tidak bagaimana Misya bisa menjalani hidup nya ke depan?
Bagaimana kejiwaan nya?
""Boleh ma?" desak Misya.
"Mama akan dukung apapun keputusan Misya, asalkan kamu siap menemui Vael dan keluarganya." jawab mama.
Misya tersentak.
"Kenapa harus ma?"
" Karna walau bagaimana pun, Vael ayah nya, ia berhak tau anak nya pernah ada" bisik mama bijak.
"Jadi persiapkan dirimu dulu, lalu kita temui mereka."
Misya tertegun, bertemu Vael? membayangkan wajahnya saja sudah begitu menakutkan.
Ia ingin aborsi justru karna tidak mau ada kaitan lagi dengan nya.
Bagaimana bisa ia menemui nya?
Tapi kalau pun tidak, bisakah ia melihat anak ini tanpa di bayangi wajah seringai Vael?
Tuhan.... Misya harus apa?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
Rose_Ni
gini nih yg bikin miris,korban perkosaan yg hamil,aborsi dosa,dipertahankan bikin trauma,dpt cacian dri masyarakat ditambah gak ada support dri org terdekat.lah...yg memperkosa enjoy aja hilir mudik gak ada dosa,bilangnya dirayu lah apalah,dpt hukuman pun gak seberapa,keluar penjara bangga karna merusak wanita...an**** memang
2023-04-26
0
𝕸𝖆'𝕶' 𝖈𝖚𝖙𝖊
nyicil baca y kak...
2020-09-16
2
Yhu Nitha
like3
2020-09-06
1