Misya membuka mata nya perlahan, ia tidak tau ada dimana.
Semua tampak asing dan sunyi.
Ia tebaring disebuah ruangan gelap dengan tangan terikat, hanya sebuah lampu bersinar redup disana.
Tidak ada apa pun di sana, hanya ruangan kosong dengan suhu yang lembab.
Misya mencoba mengingat kembali apa yang terjadi, saat ia ingat, panik mulai menyerang.
Misya mencoba berteriak, tapi tiada suara yang keluar, ia baru menyadari mulutnya yang tertutup.
Misya ketakutan, sesuatu yang buruk seperti nya akan segera terjadi, ia tau.
Ia mencoba melepaskan pengikat tangan nya dengan berusaha menarik nya keras, tapi sia sia.
Misya memandang sekeliling, menyipitkan mata berusaha melihat lebih jelas.
Lalu kembali mencoba menarik narik tangan nya, dan menendang nendang sebisanya, tidak ada yang berubah, ia tetap terikat kencang.
Malah membuat bagian tubuhnya yang terikat terasa perih.
Ia mulai panik, air matanya mulai mengalir, ia begitu ketakutan.
"Sudahlah, aku sudah mengikatmu kuat, kamu tidak usah membuang tenagamu." suara seorang laki laki menggema.
Misya mengedarkan pandangan nya ketakutan.
Dari sudut sana sesosok bayangan nampak bergerak, dan mendekati nya perlahan.
Bagi Misya sosok itu begitu menakutkan, bertubuh tinggi tegap berjalan sempoyongan
Misya semakin panik melihat sosok itu semakin mendekat, membuat Misya semakin merasa terancam.
Ia kembali memberontak sekuat tenaga berusaha melepaskan diri sebelum terlambat.
"Mama..." desahnya panik, "Tolong Misya."
Dan Misya mulai menangis, ia hanya bisa menunggu sosok itu mendekat dengan jantung berdebar keras.
Tapi saat sosok itu mendekat, ia tersenyum , tiba tiba perasaannya luar biasa lega, Misya mengenal nya.
Vael?.. Vael.... tolong aku... tolong aku....
Misya berteriak tak jelas karna mulut nya yang terbungkam .
Walau suara nya tak terdengar jelas, ia tak perduli, ia tetap berteriak memanggil nama Vael, berharap agar Vael menolong nya.
Ia tidak menyadari Vael cuma memandangnya tanpa melakukan apapun, ia terlalu senang Vael disana dan ia yakin Vael akan segera menolong nya, Tapi ia mulai ragu saat ia mencium bau aneh dari mulut Vael.
Misya yakin Vael sedang mabuk.
"Jangan buang tenagamu." suara Vael terdengar parau.
Apa...? kenapa dengan mu Vael.....? Misya menangis lagi.
"Jangan menangis, aku hanya ingin memberimu sedikit pelajaran, karna kamu telah menghancurkan hatiku. dan mengancam kehancuran keluargaku." geram Vael dingin.
Apa ? aku... apa yang sudah aku lakukan ?
Misya memandang Vael tak mengerti.
"Aku benci gadis gadis yang memawarkan tubuh nya untuk ku, lihat lah bagaimana mereka menggodaku dengan mengatas namakan cinta." Vael tersenyum sinis.
"Kalian pikir aku bodoh???" bentaknya.
"Satu satu nya harapanku ketika bertemu dengan mu.
Aku langsung menyukaimu, langsung saat pertama melihat senyum mu." rintihnya sedih.
"Aku menyukaimu, benar benar menyukai mu, perasaan yang baru pertama kali aku rasakan."
Misya menatap Vael tak percaya.
Kamu menyukaiku Vael ? batinnya.
"Kupikir kau berbeda... ternyata kalian perempuan sama saja !"teriak Vael.
"Bahkan kamu lah yang terparah, kamu malah mengincar papaku, atau uang nya?" ada nada kecewa yang sangat jelas dalam suara Vael yang meracau.
Misya tersentak , mengincar papa nya?
Oh...tidak.... bukan, bukan aku Vael...
itu bukan aku...
Misya mulai panik, ia mulai menyadari sesuatu.
Vael pasti mengira Misya adalah Sarah, ia ingat rencana kakak beradik itu untuk memberi pelajaran pada Sarah.
Tidak Vael ini aku Misya... aku bukan Sarah... Misya kembali berteriak.
Kini ketakutan Misya berkali lipat, ia sadar kini menjadi korban salah sasaran Vael.
Misya kembali memberontak, ia abaikan perih yang semakin terasa menyakitkan, ia harus bisa melepaskan ikatan yang mengekang tubuh nya.
Vael harus tau, ia bukan Sarah sebelum Vael terlanjur menyakitinya.
Vael mendekat, Misya sadar kejadian terburuk akan segera terjadi padanya.
Misya menggeleng, ia menatap Vael dengan pandangan memohon, berharap Vael menghentikan apa pun rencananya.
Tapi Vael tampak tak perduli, ia mulai membuka satu persatu kancing bajunya.
Apa... apa yang akan kamu lakukan ? jangan.... ku mohon , jangan lakukan itu ratap Misya menyadari apa yang akan di lakukan Vael pada nya.
Misya merasa hidupnya berakhir sekarang.
Tiba tiba ia ingat wajah mamanya, dari kecil ia sudah di ajari menjaga kehormatan dan kesucian nya.
Apa yang akan terjadi kalau mama tau Misya kehilangan kehormatan nya? mama pasti tidak akan sanggup mengatasinya.
Mama yang selalu berjuang seorang diri semenjak papa meninggal dan selalu mengorban kan diri untuk Misya.
Haruskah ia memberi mama luka dan malu sebesar ini ?
Dia juga ingat wajah Filo, kekasih nya.
Filo yang mencintai dan menghormati Misya, walau Misya bukan dari keluarga yang mampu.
Misya memejamkan mata ketakutan, yang terlihat di depan nya kini hanyalah wajah Vael yang menyeringai menakutkan seakan siap menelannya.
"Bagaimana? sekarang aku akan memberi mu pelajaran yang sangat berharga yang tidak akan kau lupakan seumur hidup mu."
"Tapi entah lah, mungkin ini tak berarti apa apa untukmu yang terbiasa tak tahu malu menjual harga diri." Vael tertawa melecehkan.
"Tapi tak apa aku akan membuat mu nantinya akan mengingat kejadian ini setiap ada keinginan menghancurkan keluarga orang lain lagi."
Vael masih saja merancau tak terkendali sambil melepas pakaian nya. Misya sudah tidak mendengarkan karna dia tahu kalau saat ini Vael sedang dalam keadaan mabuk dan marah besar.
Misya hanya membiarkan, dia malah berharap Vael terus berbicara saja hingga ia punya lebih banyak kesempatan melepaskan diri.
Dalam keadaan terikat, Misya tidak diam saja, ia menendang nendang tanpa henti, mencoba melawan semampu yang ia bisa.
Tapi Vael tak perduli walau terkena tendangan, seperti kesetanan ia terus melangkah mendekat.
Dan sebuah tendangan keras tepat mengenai rusuk nya.
"Oughh...." lenguh Vael memegang rusuk kiri nya.
Vael marah besar, ia tak bisa mengontrol diri nya saat ini, kalap merasa di tolak Vael meraih sapu tangan dari sakunya.
Vael berusaha menangkup kan kewajah Misya yang masih berontak, Misya tau saputangan itu yang sebelumnya membiusnya.
Misya menggeleng geleng kan kepala dan menahan nafas semampunya.
Ia berusaha agar sapu tangan itu tidak membuat nya kembali kehilangan kesadaran.
Tapi Vael lebih kuat, meski ia kewalahan , tapi ia berhasil membius Misya.
Misya menggeleng kan kepalanya sambil menangis, sorot matanya memelas seakan memohon pada Vael yang menyeringai mengerikan.
Misya masih melawan sampai perlahan matanya mengabur dan gelap.
Gelap, yang benar benar gelap. Tidak ada yang bisa dilakukannya kini.
Ia masih sempat tau saat Vael mulai mem buka pakaian Misya, tapi selebihnya ia tidak ingin tau lagi, kalau bisa ia sudah tak ingin bangun lagi.
Bunuh saja aku Vael... ku mohon....
*******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
Elly Desi
dah baca 2x masih jg syuukaaa😍
2020-10-25
2
𝐄𝐒𝐌𝐄𝐑𝐀𝐋𝐃𝐀💃🏻
ceritanya menarik..lanjut baca ..
2020-10-01
1
𝕸𝖆'𝕶' 𝖈𝖚𝖙𝖊
mulai baca
2020-09-13
1