"Byan, kamu naiklah ke kamar! Kamu pasti capek bukan? Nanti kita mengobrol lagi ya, sebentar lagi Aldi pulang. Nanti Ibu kenalkan kamu kepada dia."
Byan tersenyum. Dia mengangguk lalu pergi ke lantai atas. Byan memang butuh istirahat. Mengingat perjalanannya lumayan jauh, Byan merasa sedikit pusing dan badannya pegal semua, mungkin karena tadi dia sempat tidur di dalam mobil dengan posisi yang tidak nyaman.
Tok! Tok! Tok!
Tidak ada yang menyahut.
Tok! Tok! Tok!
Masih tidak ada yang membuka pintu. "Ini beneran kamar Byan bukan sih, kenapa tidak ada yang menjawab, apa Om Brian tidur ya!
Byan mengulurkan tangannya meraih handel pintu. Dia membuka pintu kamar itu perlahan sembari melihat sekeliling kamar. Matanya berbinar melihat kamar yang cukup besar dengan interior yang sangat menarik. Ada berbagai mainan terpajang di lemari kaca yang ada di setiap tembok kamar. Mobil-mobilan, dan miniatur berbagai robot dengan puluhan jenis terpajang dengan sangat apik.
Byan tersenyum. Tangannya melayang ke udara mengambil salah satu robot mainan yang ada di atas lemari. Namun belum juga Byan memegangnya lama, tiba-tiba seseorang merebut mainan itu dari tangannya.
Byan sontak saja menoleh ingin memarahi Brian. Namun, matanya membulat sempurna ketika dia melihat sosok lain di depan matanya. Itu bukan Brian, lalu siapa? Bahkan wajahnya terlihat sangat tampan. Wajahnya mirip seperti Oppa-oppa Korea. Byan tersenyum ke arah laki-laki itu, namun tidak ada balasan senyum dari orang tersebut.
"Siapa kau? Kenapa kau masuk kamar orang sembarangan? Kau anaknya Mbok Jum ya? Kamar Mbok Jum ada di bawah, kenapa kau malah naik ke sini. Keluar! Aku tidak suka melihat orang lain menyentuh barang-barang ku."
Byan melongo bukan main. Dia memperkirakan penampilan nya dari atas sampai bawah. Bagian tubuh Byan mana yang mirip dengan Mbok Jum. Apakah mukanya memang se endeso itu. Tetapi Byan merasa penampilannya cukup baik. Kenapa dia malah di tuduh jadi anaknya Mbok Jum.
"Tunggu Kak, kau pasti salah paham. Aku bukan anaknya Mbok Jum. Aku ...
Belum sempat Byan menyelesaikan ucapannya, laki-laki itu sudah mendorong tubuh Byan keluar dari kamar lalu membanting pintu dengan kencang.
Blammmm ...
"Astaghfirullah." Byan mengusap dadanya beberapa kali. "Ada apa dengan orang ini, kenapa dia sama menyebalkan nya dengan Om Brian. Atau jangan-jangan." Brian membulatkan matanya untuk yang ke sekian kali. "Saudara Om Brian. Eishhh . Pantas saja dia sangat kasar. Tapi kamar Om Brian yang mana ya!"
Byan berusaha mencari-cari pintu lain di lantai dua rumah itu. Kediaman Nugroho memang sangat besar. Untung saja Byan punya ingatan yang baik. Jadi dia tidak tersesat kemana-mana.
"Apa yang ini ya?" Byan mengetukkan jari telunjuknya di atas bibir. "Aku coba saja deh!"
Tok! Tok! Tok!
"Om Brian! Om ini Byan. Om! Om Brian!"
Byan meraih handel pintu lalu membukanya, namun sialnya, ternyata dari arah dalam pintu itu sudah di tarik oleh seseorang.
Brukkkkk!
Byan membuka matanya perlahan ketika dia merasakan tubuhnya membentur sesuatu. Namun ketika dia membuka mata, dia hanya melihat sesuatu seperti paha ayam di depan wajahnya. Dia menekan-nekan sesuatu yang dia anggap paha ayam itu menggunakan jari telunjuknya.
"Wah, kenapa ini sangat keras," gumam Byan. Gadis itu malah semakin gencar menusukkan jarinya dengan gemas. "Ekh, tapi ini apa?" Byan hendak menyomot sesuatu yang mirip kacang kedelai berwarna coklat. "Apa ayam ini memiliki kutil?" Beberapa senti lagi jemari mungil itu sudah akan menyentuh kutil yang dia maksud. Sialnya, ada tangan lain yang mencekal pergelangan tangannya kemudian menghempaskan nya dengan kasar.
"Apa yang ingin kau lakukan Byan!" Brian bersuara dengan nada 3 oktafnya. Byan mendongak. Alangkah terkejutnya dia ketika melihat Brian sedang berdiri sambil bertelanjang dada. Jadi, yang tadi dia maksud paha ayam adalah dada suaminya. Ya salam, habislah Byan.
"Om, maaf, Byan tidak bermaksud melecehkan Om, Byan tidak tahu. Lagipula kenapa Om hanya menggunakan handuk? Om itu gak boleh kayak gitu. Byan masih kecil Om, Byan seharusnya tidak boleh melihat hal seperti ini."
Laki-laki yang menjadi suaminya mendengus kemudian membanting pintu dengan kasar. Brian sungguh di buat naik darah dengan kecambah ingusan yang kini telah menjadi istrinya. Meskipun mereka baru menikah secara agama, namun pernikahan itu telah sah di mata Tuhan.
Brian menarik tangan Byan lalu menghempasnya ke atas ranjang. Asap merah mengepul keluar dari lubang telinganya. Tanduk hitam tertancap dengan sempurna di atas kepala laki-laki itu. Matanya mengkilat mengeluarkan sinar laser yang langsung menusuk netra Byan.
"Om, Om mau apa? Tolong jangan lakukan itu Om, Byan masih kecil. Byan belum bisa menerima ini, Byan mohon ampuni Byan Om."
Byan memohon sembari menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Byan ingin berdiri namun Brian langsung lompat ke atas ranjang mengurung Byan menggunakan kedua lutut juga tangannya. Seringai muncul di bibir Brian.
"Kau berani menggoda ku hah? Mau aku tunjukan godaan yang sesungguhnya seperti apa?"
Jujur saja Byan sangat gugup. Jantungnya berdetak tak karuan. Matanya fokus menatap mata Brian yang selalu membuat Byan ingin menyelami bola bening itu. Byan tidak bisa berbohong, Brian memang sangat tampan. Saking tampannya, Byan sediri merasa kalau dirinya seperti terjerembab ke sebuah lubang neraka yang memberinya sebuah keyakinan untuk menjadikan neraka itu sebagi surga.
Byan menggelengkan kepalanya saat pikiran-pikiran mimi peri menghampiri otak sucinya. Byan tidak bisa seperti ini terus. Dia harus melakukan sesuatu agar Brian bisa melepaskannya.
Sebuah senyuman terukir di bibir gadis cantik bernama Byan Anandita Putri. Dan Apa yang dia lakukan sukses membuat Brian keheranan. Kenapa Brian merasa ada yang aneh dengan ekspresi yang Byan tunjukan. Seharusnya Byan ketakutan sekarang. Namun kenapa Byan malah tersenyum manis seperti itu.
"Maafkan Byan Om." Byan bergumam tanpa suara, dan detik berikutnya.
Bughhhhh!
"Akhhhh!"
Suara Brian melengking seperti serigala yang sedang mengaum. Laki-laki itu ambruk di samping Byan sembari memegangi area terlarang miliknya.
"Ups ... maafkan Byan Om, Byan terpaksa melakukan itu. Sepertinya ti tit Om cidera. Mau Byan bantu obati enggak?"
"Sialan kamu Byan, berani-beraninya kamu menendang aset berharga milikku. Kau sudah keterlaluan."
"Karena Om diam, Byan anggap Om tidak membutuhkan bantuan Byan. Byan mau mandi dulu. Selamat menikmati Om. Lain kali jangan jail sama Byan, nanti Byan aduin ke Ibu baru tahu rasa."
Byan melenggang pergi meninggalkan Brian yang sedang melengguh kesakitan. Baru kali ini Brian di perlakukan dengan tidak hormat. Brian pikir Byan akan terpojok dan takut. Nyatanya nyali kecambah itu lebih bagus dari apa yang Brian pikirkan.
"Arghhhhhhhhh ...." Brian mencengkram seprai dengan kuat. "Byannnnnnn!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 188 Episodes
Comments
@shiha putri inayyah 3107
banyak banget julukan yang di kasih Brian buat bian... mulai dari bocah ingusan,,, boncel,,, sekarang kecambah ingusan...😂😂😂
2023-06-03
0
Azzahro shofiya Ramadhani
takluk kan smua penghuni gunung es itu Biyan...smangat😁😁
2023-04-24
1
Maria Yuhuuu
anak mbok Jum .. 😅
2023-04-10
1