Aldi hanya bisa pasrah melihat Byan di gendong sang kakak dan dimasukannya ke dalam mobil. Andai guru tidak melarangnya untuk bolos hari ini, Aldi pasti akan mengikuti Byan. Aldi merasa apa yang dilakukan Brian ini tidaklah benar. Aldi takut Brian akan melakukan hal yang salah pada kakak iparnya.
Semua siswa dan siswi di sekolah itu terheran-heran melihat Byan, seorang murid baru yang dikelilingi oleh orang-orang hebat. Ya, Aldi juga merupakan orang hebat karena dia mampu membuat para gadis di sekolah itu jatuh cinta pada pandangan pertama. Sedangkan Brian, siapa yang tidak mengetahui laki-laki tampan dengan perawakan yang luar biasa keren apalagi dengan statusnya sebagai pewaris dari perusahan kosmetik terkenal di kota itu.
"Wah, dia anak baru itu kan? Kok bisa sih dia kenal sama orang-orang hebat kayak gitu. Jangan-jangan dia jadi wanita simpanan." Seorang siswi bergidik ngeri membayangkan Byanyang mungkin saja digilir sana sini untuk mendapatkan popularitas dan perhatian dari orang kaya yang ada di sana.
"Tapi sih kalau gue ya di suruh nemenin om-om modelan Kak Brian, gue mah mau-mau aja. Gak dibayar pun gak papa. Yang penting gue bisa deket sama dia." Kembali siswi lain menyahut.
"E gila Lo, jangan karena dia tampan Lo mau-mau aja di gerepe. Tapi kalau itu gue, gue juga mau sih," ucapnya dengan antusias. Teman-teman gadis itu menyoraki dia karena ucapannya yang plin-plan.
Sementara di dalam mobil, Byan sedang harap-harap cemas menunggu apa yang akan dilakukan oleh suaminya. Jujur saja, Byan itu sebenarnya sudah menyukai laki-laki ini karena dia sangat tampan. Namun untuk cinta, Byan tidak yakin, Byan tidak tahu apa itu cinta karena Byan sama sekali belum pernah merasakan yang namanya pacaran. Lagi-lagi ini karena kedua orang tuanya. Pernah sekali ada seorang laki-laki yang suka kepadanya, namun ketika dia mengantar Byan pulang sekolah, laki-laki itu malah di usir ayahnya Byan dengan tidak beradab. Entah apa yang terjadi pada laki-laki itu. Yang terakhir Byan lihat adalah ayahnya yang kala itu melempari laki-laki yang suka padanya menggunakan sandal yang dia pakai. Keterlaluan bukan. Apakah menjaga seorang anak gadis harus seperti itu?
"Om!" Byan bersuara untuk menghilangkan kegugupannya.
Tidak ada sahutan dari balik kemudi. Brian fokus menyetir tanpa memperdulikan Byan yang memanggil dirinya.
"Om! Om kenapa sih nyuekin Byan, Byan itu bukan nasi basi yang sudah tidak bisa dilirik lagi. Om tahu, Om itu sangat menakutkan. Tapi ya Om, biarpun Om bengis sama Byan, Om masih tetap tampan."
Kitttt!
Tiba-tiba Brian menghentikan mobilnya. Byan mendesis. Untung saja Brian menahan tubuhnya supaya tidak terbentur dasbor mobil. Kalau sampai itu terjadi, besok Byan pasti akan sangat malu untuk datang ke sekolah karena jidatnya yang benjol.
Byan refleks mundur ketika Brian melepas seat belt yang dia kenakan lalu mendekat ke arah Byan. Dengan susah payah Byan menahan napas karena jarak dia dan Brian yang sangat dekat. Entah kenapa Byan yang tadi sempat mendapat keberanian kini mulai merasa gugup kembali.
"Jangan banyak mengoceh dan diam saja. Kau itu bukan toa mesjid boncel. Lebih baik aku mendengar toa mesjid daripada harus mendengar ocehan mu yang membuat telingaku sakit."
Brian berbicara di depan wajah Byan. Apa yang dia lakukan sukses membuat Byan mati kutu dan diam di tempatnya. Tidak ada bantahan dari Byan. Dia hanya mengangguk seperti orang bodoh. Bibirnya terkatup, tidak bisa berbicara ataupun sekedar bergumam.
Sebuah senyuman terukir di bibir Brian. Laki-laki itu memperhatikan wajah bodoh istrinya dengan seksama. Melihat Byan yang diam seperti ini membuat Brian ingin tertawa. Ternyata tidak sulit membuat gadis cerewet ini bungkam.
"Lain kali kalau naik mobil langsung pakai seat belt nya. Kau pikir kau sedang naik bajaj apa."
Byan kembali mengangguk. Setelah selesai memakaikan seat belt untuk Byan, dia memakai seat belt untuk dirinya sendiri. Beberapa saat kemudian, mereka akhirnya sampai di tempat yang dituju oleh Brian.
Gadis itu celingukan melihat ke arah luar kaca mobil. "Rumah sakit," gumamnya dalam hati. Kenapa mereka berhenti di sini. Bukankah Brian tadi mengatakan kalau dia akan menghukumnya, apa Brian sedang sakit jadi dia hendak memeriksakan dirinya ke dokter. Begitulah isi pikiran gadis yang masih duduk dengan tenang.
Klek.
Byan menoleh begitu pintu mobilnya terbuka dari luar. Matanya membulat melihat suaminya kini sedang menatapnya dengan tatapan yang tidak biasa. Byan menoleh ke samping untuk memastikan bahwa laki-laki yang ada di hadapannya adalah suaminya. Dan benar saja. Brian sudah tidak ada di balik kemudi. Itu artinya Byan tidak sedang berhalusinasi. Namun kenapa Byan melihat suaminya tersenyum. Bahkan senyuman itu bukan senyum keramahan. Byan melihat kilatan iblis di mata sang suami.
"Om, kenapa kita ke sini? Om sakit?" Byan bertanya.
"Bukan aku yang sakit. Tapi kau. Kita akan pergi ke dokter dan memeriksa kondisi mu."
Pupil mata Byan menciut. Pantas saja Byan merasa tidak enak. Jadi arti senyuman itu adalah senyuman mengejek seolah Brian sedang berkata "Matilah kau sekarang!"
Brian hendak memangku Byan dan ingin membawanya masuk ke rumah sakit namun Byan langsung menahan Brian dengan mendorong bahunya.
"Om jangan bercanda sama Byan. Byan gak mau ketemu sama dokter Om. Byan takut."
Bukannya mendengar rengekan Byan, Brian malah semakin bersemangat untuk membawa istrinya ke dokter.
Sett!
Sejurus kemudian Byan sudah ada di gendongan suaminya. Byan terus meronta dengan wajah memelas. Matanya berkaca-kaca, tangannya memeluk erat leher Brian. Meskipun dia meronta ingin diturunkan, namun dia juga juga sangat takut jatuh.
"Om, tolong jangan bawa Byan ke dokter. Byan janji Byan gak akan nakal lagi. Byan gak akan ribut-ribut lagi. Ampuni Byan Om. Byan tahu Byan salah. Tolong jangan lakukan ini."
Brian sama sekali tidak iba melihat Byan yang terus merengek di gendongannya. Malah dalam hati dia bersorak gembira. Brian beruntung karena dia sempat mendengar percakapan ayahnya dengan ayah Byan yang kala itu sedang berbincang di telepon.
"Oh, pantas saja Byan seperti ketakutan ketika kami mengucapkan kata dokter. Terima kasih karena sudah memberitahu kami. Tapi apa ada hal lain yang Byan takuti selain dokter?"
Kira-kira itulah yang Brian dengar dari ayahnya. Brian bukan menguping, dia hanya tidak sengaja mendengar itu dan ternyata sekarang itu sangat berguna untuknya.
Brian sampai di depan pintu ruangan dokter. Ada nama dr Mahen di sana. Tertulis juga bahwa dokter itu adalah dokter ahli bedah jantung. Entah apa yang ingin Dilakukan oleh Brian. Beberapa orang seperti perawat dan keluarga pasien yang lain terlihat memperhatikan Brian dengan heran. Bagaimana bisa seorang pria dewasa membawa anak gadis dengan seragam SMA sedang meronta-ronta meminta untuk diturunkan.
Brakkkkk!
Brian menendang pintu ruangan dokter itu. Seorang dokter muda dengan kisaran usia yang sama dengan Brian menatap laki-laki itu sembari menggelengkan kepalanya.
"Kamu pikir ini tempat bermain Bi. Jangan mentang-mentang kamu anak pemegang saham, kamu jadi seenaknya."
Brian tidak menggubris. Dia membawa Byan ke dekat hospital bad. Dengan susah payah Brian ingin menurunkan Byan dari gendongannya, namun Byan terus melekat seperti lem. Bahkan posisi mereka saat ini benar-benar sangat intim. Brian bisa merasakan dadanya yang bersentuhan dengan dada Byan. Gadis itu membuat Brian hilang fokus.
"Om, hikssss. Byan sudah janji kalau Byan gak akan nakal. Byan mau pulang Om. Byangak mau ketemu sama dokter. Biak takut di suntik."
"Cih. Lepaskan tanganmu Boncel." Brian menghempaskan tubuh Byan karena dia takut khilaf. Meskipun dia sering mengatakan kalau Byan ini bukan tipenya, namun jika sudah bersentuhan seperti ini, jiwa laki-laki nya tidak menolak.
"Diam atau aku akan menyuruh dokter itu menyuntik mu dengan jarum yang besar."
Byan langsung diam mematung. Namun ketika Brian hendak meninggalkannya, Byan langsung melompat dan memeluk kaki Brian. Gadis itu memeluk kaki suaminya erat. Bahkan ketika Brian berusaha melepaskan Byan dengan mendorong kepalanya, Byan sama sekali bergeming.
"Dasar bocah. Mahen kemari! Suntik dia sekarang juga. Jangan gunakan jarum suntik yang kecil. Pakai yang paling besar saja."
Mahen yang kala itu melihat drama di depan matanya malah ikut-ikutan mengambil peran. Memang ada rasa kasihan dalam hatinya. Namun Mahen juga tidak bisa menolak permintaan Brian. Jika dia melakukan itu, Brian pasti akan membuat hidupnya kesulitan.
"Mau di suntik di bagian mana?" Mahen membawa sebuah jarum suntik dengan gaya seolah-olah dia memang sudah siap menancapkan jarum suntik itu di bagian tubuh Byan.
Byan terbelalak. Jarum suntik nya terlihat sangat besar. Seluruh tubuhnya bergetar. Dan ....
Brukkkkk!
Byan ambruk di atas kaki Brian dengan mengenaskan. Brian melotot.
"Hei Boncel, jangan main-main kamu. Aku tahu kalau kamu hanya bercanda." Brian menggoyangkan kakinya bermaksud untuk membangunkan Byan namun gadis itu masih tidak menunjukan gerakan apapun.
"Astaga dia pingsan beneran Bi." Dokter Mahen segera menghampiri Byan dan berjongkok di dekat gadis itu.
To Be Continued.
Bab ini panjang sekali Bestie. Semoga gak bosan ya bacanya. 🙈🙏♥️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 188 Episodes
Comments
Siti Maisaroh
ceritanya mualaikum seru dan lucu, sampai " aq tertawa sendiri🤣🤣🤣
2023-06-21
0
@shiha putri inayyah 3107
keterlaluan kamu Brian udah tau bian takut sama dokter malah di bawa ke RS ketemu sama dokter... byan jd ketakutan sampai pingsan... kalo byan kenapa² ibu Anjani pasti ngamuk sama kamu...
2023-06-03
0
Ernadina 86
keterlaluan kamu Brian..orang takut malah disengajain..auto pingsan..jangan sampe trauma
2023-05-12
0