"Aku harus kabur, aku gak mau jadi istri pedofil, aku harus cari cara supaya bisa keluar dari sini."
Byan menggigiti kuku-kuku tangannya. Dia mondar mandir seperti setrikaan di laundry. Dia tidak bisa hanya duduk diam manggut-manggut seperti orang bodoh. Byan terus mencari cara untuk melarikan diri. Dan saat dia melihat seprei yang terpasang di ranjangnya, tiba-tiba saja sebuah ide brilian muncul. Byan mengobrak abrik isi lemari. Bibirnya tertarik ke atas saat dia menemukan beberapa seprai di lemarinya.
"Maafkan Byan Ayah, tapi Byan tidak mau kalau harus menikah dengan orang setua itu. Byan takut, bagaimana kalau malam pertama Byan ... Ikh amit-amit," celotehnya sambil bergidik ngeri.
Byan membuat simpul pada setiap ujung seprai yang dia ambil tadi. Perlahan dia berjalan menuju jendela kaca kamarnya.
"Astaghfirullah ... Kenapa kamar ini tinggi sekali, seandainya aku adalah Rapunzel, pasti akan sangat mudah turun dari sini."
Sekarang dia mulai celingukan mencari tempat untuk mengikatkan sepreinya. "Akh, itu dia."
Byan mengikatkan seprrinya pada kaki ranjang yang dia miliki, setelah dia memastikan kalau ikatannya kuat, Byan melempar bagian terpanjang dari seprei itu ke luar jendela kamarnya.
"Bismillah ... Maafkan Byan Ya Allah, tapi Byan tidak mau menikah dengan laki-laki setua itu. Tolong selamatkan Byan. Aamiin."
Byan terus berceloteh sembari turun dengan perlahan.
Sementara di bawah, seorang laki-laki tampan yang memiliki perawakan tinggi dengan setelan rapi menautkan kedua alisnya saat dia melihat seseorang yang mengenakan seragam SMA meluncur turun dari lantai dua bangunan yang ada di depannya.
Laki-laki itu sedang menelpon. Namun karena dia melihat simpul tali yang ada di seprei yang orang itu gunakan akan terlepas, dia langsung melempar ponselnya dan berlari menuju tempat dimana orang itu akan terjatuh.
Dan di dalam kamar, Bagas sedang berusaha mencari sosok Byan yang sejak tadi tidak muncul setelah orang-orang di ruang tamu menunggu cukup lama. Matanya terbelalak saat melihat sebuah seprei terikat ke kaki ranjang Byan dan terbentang keluar dari jendela kamar.
"Kak Byan!" teriak Bagas kepada Byan.
Byan mendongak dan ... "Akh ... " Byan berteriak dengan sangat keras karena simpul tali yang dia buat terlepas begitu saja.
"Inalilahi wainailaihi rojiun," ucap Bagas spontan.
Brukkkkk!
"Inalilahi wainailaihi rojiun, Ya Allah, apa Byan sudah meninggal? Apa Bian langsung masuk ke surga, kenapa ini tidak sakit," batinnya berbicara dengan mata yang terpejam.
Bagas bergegas untuk turun ke bawah melihat keadaan Byan. Begitupun dengan orang-orang yang ada di ruang tamu. Mereka semua langsung keluar karena mendengar teriakan Bagas dan Byan.
Perlahan Byan membuka matanya. Pelan, sangat pelan karena dia takut apa yang dia pikirkan benar-benar terjadi. Byan mengerejapkan matanya saat netra nya bertemu dengan netra seseorang yang terlihat sangat tampan. Mata tajamnya membuat Byan diam tidak bisa berkutik.
"Apa kau seorang malaikat?" gumam Byan menyentuh wajah tampan itu lembut. "Sepertinya aku memang masuk surga ucapnya lagi.
"Byan!" teriak Adrian menghampiri putrinya.
"Ayah, kenapa di sini ada suara Ayah, apa aku akan kembali ke dunia nyata? Aku tidak mau, aku mau di sini saja. Biarkan aku melihat malaikat ini lebih lama."
"Byan kamu tidak apa-apa Nak?" tanya Adrian membantu Byan turun dari gendongan laki-laki yang sejak tadi diam mendengar ocehan tidak jelas dari mulut Byan.
"Ayah!" panggil Byan. Dia menoleh ke arah ayahnya lalu menoleh ke arah Malaikat tampannya.
"Byan masih hidup Ayah?" tanya Byan polos.
Peletak!
Adrian menjitak kening Byan dengan jemarinya. "Kau ingin kabur hah? Dari lantai setinggi itu? Bagaimana kalau Nak Brian tidak ada di sini. Kau pasti sudah masuk rumah sakit Byan."
Byan memanyunkan bibirnya sembari mengusap keningnya yang panas. "Ayah, Byan tidak mau menikah dengan laki-laki yang sudah tua. Byan memang tidak secantik princess Diana, tapi masa Byan harus menikah dengan Kakek-kakek. Byan tidak mau Ayah."
Brian melotot. Apakah yang Byan sebut kakek-kakek adalah dirinya? Sungguh? Brian memperhatikan Byan dari atas sampai bawah, selain pendek dan memiliki wajah tidak jelek, tidak ada apapun yang bisa di banggakan dari Byan.
"Mungkin Byan salah paham Adrian. Dia pasti menyangka kalau aku yang akan menikah dengannya," ujar Pak Nugroho mendekati Byan dan Adrian.
Byan terlihat sangat bingung. Maksudnya salah paham bagaimana? Jadi kalau orang tua yang baru saja berbicara kepada ayahnya bukan laki-laki yang ingin menikahi Byan, siapa yang akan menikahinya.
"Maafkan anak saya Pak, sepertinya dia kurang asupan makanan hari ini. Jadi otaknya agak terganggu."
"Ayah!" rengek Byan tidak terima.
Pak Nugroho hanya tersenyum. Dia menarik lengan Brian lalu membiarkan Brian berdiri tepat di depan mata Byan.
"Ini adalah anak tertua saya, namanya Brian." Pak Nugroho tersenyum ke arah Byan. Gadis itu membekap mulutnya tidak percaya. Jadi, jadi yang akan menjadi suaminya adalah Brian? laki-laki yang tadi menolongnya? Laki-laki tampan yang dia kira sebagai seorang malaikat?
Byan menoleh ke arah Adrian. Ayahnya itu mengangguk membuat Byan tidak bisa berkata-kata lagi.
****
"Sah!"
"Sah!" ...
Byan menitikkan air matanya. Sebenarnya dia masih belum ingin menikah meskipun suaminya tampan seperti ini. Namun keadaan nya memaksanya untuk menerima ini semua. Ibunya masih ada di rumah sakit karena kemarin Kirani baru selesai melakukan operasi jantung.
Air mata Byan semakin mengalir saat Brian mengecup keningnya sekilas. Dia menarik tangan Brian lalu ikut mengecup punggung tangan Brian. Hatinya berdegup sangat kencang. Ini adalah kali pertamanya Byan bersentuhan dengan seorang laki-laki. Sebelumnya karena ayahnya selalu melarang Byan untuk keluar rumah, Byan tidak pernah punya kesempatan untuk dekat dengan laki-laki atau berpacaran layaknya anak SMA pada umumnya.
"Sekarang kalian sudah sah menjadi sepasang suami istri," ucap Pak penghulu. Byan dan Brian belum bisa mendapatkan surat nikah karena Byan masih belum cukup umur. Jadi untuk sementara waktu, kalian tidak akan memiliki surat nikah itu."
Semua orang yang ada di ruang tamu di rumah Adrian mengangguk mengiyakan, termasuk pak RT dan RW yang kala itu hadir sebagai saksi.
"Terima kasih karena sudah mau menjadi saksi Pak," ucap Adrian menyalami Pak RT dan Pak RW.
Semua orang sudah pergi, kecuali Keluarga Adrian. Pak Nugroho mendekati Byan lalu menepuk bahu gadis itu lembut.
"Kamu sudah jadi istri Brian. Jadi kamu harus ikut Brian ke Jakarta."
Byan langsung mendongak menatap ayah mertuanya. "Sekolah Byan bagaimana, Om?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 188 Episodes
Comments
@shiha putri inayyah 3107
ngakak banget kelakuan nya byan....😂😂😂
2023-06-03
0
Lis Alvano Rudhi Ca'ing
briyan Adrian byan pusing aku baca ny scra nm ny hampir mirip
2023-05-30
0
Ernadina 86
emang umurnya Bian berapa?bukannya kelas 12 tuh biasanya umurnya 17th bisa jg 18th..udah bisa buat KTP
2023-05-12
0