Laila meletakkan piring berisi nasi goreng baru matang dan sudah pasti piring yang dia pegang panas juga. Laila menutupi pipinya dengan tangan kirinya, Yusuf diam dan menunggu istrinya selesai menyiapkan semuanya setelah itu dia akan mengajak Laila jalan-jalan ke kebun. Udara pagi ini sangat bagus dan Yusuf berharap Laila betah tinggal di lingkungan pesantren.
” Umi tidak mau duduk?” Yusuf menatap Laila yang berdiri lumayan jauh darinya.
” Abi sarapan aja, aku mau ke kamar" kata Laila, niatnya ingin sarapan bersama suaminya tapi malah terlanjur gugup melihat suaminya memakai Koko berwarna putih, kain sarung dan tanpa mengunakan peci membuat Laila tidak sanggup melihatnya. Suaminya yang pernah dia pikirkan terlalu tua untuknya terlihat seperti seorang pria berumur 20 tahunan.
” Aku malah ingin disuapi sama umi Laila" kata Yusuf agar Laila tidak memiliki alasan untuk menolaknya, dia tahu Laila malu-malu tapi sampai kapan saat dia berada Laila akan menghindar. Yusuf menjadi teringat berapa usianya. Laila terus menutupi pipinya dan Yusuf tersenyum." Ayo umi, aku sudah tidak sabar ingin mencoba nasi goreng yang terlihat lezat dan beraroma wangi ini" kata Yusuf dan Laila akhirnya melangkah lalu duduk di kursi disebelah suaminya.
” Bukannya Abi mau aku suapi? tapi kenapa malah Abi yang mau menyuapi aku?” lirih Laila bertanya saat Yusuf hendak menyuapinya.
” Biarkan aku melakukannya" pinta Yusuf dan Laila terdiam sejenak." Ayo Bismillahirrahmanirrahim” Yusuf tersenyum dan Laila membuka mulutnya, satu suapan masuk lalu Yusuf menyuapi dirinya sendiri. Yusuf tiba-tiba mengelus kepala istrinya lembut, Yusuf jadi teringat dengan pesan mertuanya. Jika dia mau menjadikan Laila sebagai istrinya, dia bukan hanya harus menjadi seorang suami namun seorang teman, sahabat dan membuat Laila yang memiliki sifat manja dan sama seperti gadis-gadis remaja pada umumnya harus berhadapan dengan pria dewasa seperti Yusuf bukanlah hal mudah.
” Aku ingin mengajak mu jalan-jalan setelah sarapan, bersiap" imbuh Yusuf dan Laila mengangguk.
Setelah sarapan Yusuf menunggu Laila dan dia menunggu di luar, para santri menyapanya dan Yusuf membalas seraya mendoakan semua santri yang sudah seperti anak-anaknya menjadi manusia yang lebih baik, dan jangan yang lebih buruk dari nya.
” Abi" panggil Laila dan Yusuf menoleh lalu dia bangkit dan berdiri lalu masuk ke rumah untuk melihat Laila.
” Umi sudah siap?" tanya Yusuf dan Laila mengangguk, gamis berwarna dusty pink dan hijab serta cadar berwarna hitam yang di pakai Laila.” Ayo" ajak Yusuf seraya meraih tangan Laila untuk lekas keluar dari rumah. Laila baru pertama kali melihat suasana pesantren tersebut padahal kakaknya ada di sana dan memang selama ini Laila tidak pernah ikut menjenguk sampai masuk ke dalam area pesantren.
Yusuf mengajak Laila berjalan bersama dan Laila memperhatikan gadis-gadis memakai seragam SMA dan bergerombol untuk berangkat bersama-sama. Yusuf melirik Laila dan Laila terus melangkah memperhatikan gadis sebayanya.
Bug... Laila yang tidak melihat jalan menabrak punggung Yusuf karena Yusuf berhenti ketika Maryam dan Salamah mendekatinya dan Laila.
” Laila" panggil Yusup dan Laila bergeser keluar dari balik punggung lebarnya.
” Selamat pagi ibu Maryam dan teteh Salamah” sapa Laila begitu ramah dan dua wanita itu saling melirik dan tidak suka dengan sapaan Laila, Yusuf melirik Laila dan Laila mengangkat bahu tidak tahu apa kesalahannya. Yusuf menahan senyumnya melihat Laila seperti itu.
” Laila, menyapa itu assalamualaikum bukan selamat pagi" ketus Salamah dan Laila menggigit bibir bawahnya kelu, berusaha ramah tapi salah jurusan.
” Maafin aku teh, aku tidak biasa berada dilingkungan pesantren aku grogi” tutur Laila apa adanya.
” Salamah” ucap Maryam lembut, memberikan kode dengan memanggil Salamah lembut agar berhenti karena dia melihat mulut Salamah sudah terbuka untuk memarahi mungkin juga membentak Laila, gadis lugu dan tidak tahu apa-apa tentang tata Krama yang harus dilakukan di pesantren.
” Abi dan Laila mau kemana?” Maryam bertanya.
” Aku ingin mengajak Laila jalan-jalan supaya Laila bisa dengan cepat beradaptasi dengan lingkungan pesantren” Yusuf menjawab dan Laila mendongak menatapnya, tingginya sama sekali tidak sampai di bahu pria itu. Bukannya dia masih dalam masa pertumbuhan? sudah pasti tubuhnya akan bertambah tinggi dan mungkin akan sampai telinga Yusuf. Bukannya menyimak teguran Salamah, pikiran Laila malah tidak karuan memikirkan tinggi badan.
” Bawa juga Laila ke kebun, aku butuh tomat dan cabai, Abi" pinta Maryam dan Yusuf mengangguk. Yusuf tidak berani meninggalkan Maryam lebih dulu dan menunggu istrinya yang lebih dulu meninggalkan nya dan Laila.
” Assalamualaikum” ucap Maryam.
”Waalaikumsalam” Yusuf tersenyum dan menatap kepergian Maryam dengan Salamah. Yusuf menundukkan pandangannya, melirik Laila yang terus-menerus memperhatikan para santri yang akan pergi ke sekolah. Indahnya dan dia sempat merasakan bagaimana bangganya memakai seragam SMA, namun pamannya merenggut semuanya sampai sekarang Laila bisa berdiri disebelah Yusuf. Sebelah kanan.
” Laila ayo" ajak Yusuf dan Laila mengangguk.
Laila diajak melihat-lihat semua orang yang sedang melakukan kegiatan, para santri ada yang sekolah ada juga yang tidak walaupun Yusuf menawarkan bantuan untuk para santri yang tidak memiliki biaya untuk sekolah tapi mereka menolak tapi ada beberapa juga yang menerima, Laila berhenti melangkah saat melihat santri laki-laki sedang berlatih bela diri. Dia sangat menyukai sinetron adegan berkelahi seperti di sinetron Raden kian Santang. Yusuf menoleh dan melihat Laila tertinggal jauh, istrinya sedang memperhatikan para santri. Yusuf berdiri di sebelah istrinya dan menemani istrinya melihat mereka yang sedang berlatih sampai puas.
Tidak lama keduanya melangkah kembali, jemari Laila berulang kali menyentuh embun di atas daun yang menarik perhatiannya. Seolah dia baru melihat pertama kali.
” Assalamualaikum Aa” salam seorang wanita paruh baya, yaitu bibi Ipah yang mengurus semua kebutuhan didapur bersama santri perempuan yang lain. Seorang janda dan tidak memiliki anak akhirnya mendapatkan tempat tinggal di pesantren.
” Waalaikumsalam” jawab Yusuf lalu menyenggol lengan istrinya dan Laila menoleh.
” Waalaikumsalam” lirih Laila sambil tersenyum.
” Laila ini bibi Ipah” kata Yusuf dan Laila menyalami tangan bi Ipah.
” Neng Laila semoga betah ya disini, kalau mau bebas datang ke dapur kita masak sama-sama ya neng” bi Ipah senang dan tidak ikut campur apapun alasannya Yusuf menikahi Laila.
” Iya bi insya Allah” kata Laila dan bi Ipah pamit untuk kembali ke dapur dan Laila memperhatikan kepergiannya.
” Rojali!" suara teriakan membuat Laila menoleh. Ah mungkin nama yang sama, gumam Laila.
” Ayo Laila" ajak Yusuf dan Laila sudah tidak sabar untuk melihat perkebunan yang ditanami berbagai macam sayuran. Kangkung, bawang daun, ubi, kol, cabai rawit, tomat dan masih banyak yang lainnya. Yusuf tidak pernah mau menjual tanah yang sudah memberikan banyak manfaat untuk pesantren, semakin banyak santri sudah pasti makanan pun harus di perbanyak. Setidaknya sayuran dan bahan makanan yang ditanam oleh para santri membuat pengeluaran enjadi hemat.
Yusuf berjalan di belakang Laila, Laila kesusahan untuk berjalan karena tanah yang begitu lengket karena semalam sempat turun hujan. Laila berpegangan pada pohon singkong dan Yusuf menepisnya.
” Abi” Laila meringis dan panik saat tangannya terasa ngilu karena tertusuk duri dari ulat berbulu yang tidak sengaja Laila senggol.
” Sini” Yusuf meraih tangan Laila dan meniup serta mengusap tangan Laila yang terasa perih dan Laila terus meringis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Sofie Ilyas Ilyas
Q jg lgi baca cerita abi fashan,,,
2022-02-19
0
Sofie Ilyas Ilyas
Abi yusuf harus ekstra sabar y😊
2022-02-14
0
☠ᵏᵋᶜᶟRoss"kita" 𝕱𝖘🏚ᵉᶜ✿
abiiii...... jadi inget Abi fashan..... ♥️♥️♥️
2021-12-30
0