Bab 4: Embun pagi

Laila meletakkan piring berisi nasi goreng baru matang dan sudah pasti piring yang dia pegang panas juga. Laila menutupi pipinya dengan tangan kirinya, Yusuf diam dan menunggu istrinya selesai menyiapkan semuanya setelah itu dia akan mengajak Laila jalan-jalan ke kebun. Udara pagi ini sangat bagus dan Yusuf berharap Laila betah tinggal di lingkungan pesantren.

” Umi tidak mau duduk?” Yusuf menatap Laila yang berdiri lumayan jauh darinya.

” Abi sarapan aja, aku mau ke kamar" kata Laila, niatnya ingin sarapan bersama suaminya tapi malah terlanjur gugup melihat suaminya memakai Koko berwarna putih, kain sarung dan tanpa mengunakan peci membuat Laila tidak sanggup melihatnya. Suaminya yang pernah dia pikirkan terlalu tua untuknya terlihat seperti seorang pria berumur 20 tahunan.

” Aku malah ingin disuapi sama umi Laila" kata Yusuf agar Laila tidak memiliki alasan untuk menolaknya, dia tahu Laila malu-malu tapi sampai kapan saat dia berada Laila akan menghindar. Yusuf menjadi teringat berapa usianya. Laila terus menutupi pipinya dan Yusuf tersenyum." Ayo umi, aku sudah tidak sabar ingin mencoba nasi goreng yang terlihat lezat dan beraroma wangi ini" kata Yusuf dan Laila akhirnya melangkah lalu duduk di kursi disebelah suaminya.

” Bukannya Abi mau aku suapi? tapi kenapa malah Abi yang mau menyuapi aku?” lirih Laila bertanya saat Yusuf hendak menyuapinya.

” Biarkan aku melakukannya" pinta Yusuf dan Laila terdiam sejenak." Ayo Bismillahirrahmanirrahim” Yusuf tersenyum dan Laila membuka mulutnya, satu suapan masuk lalu Yusuf menyuapi dirinya sendiri. Yusuf tiba-tiba mengelus kepala istrinya lembut, Yusuf jadi teringat dengan pesan mertuanya. Jika dia mau menjadikan Laila sebagai istrinya, dia bukan hanya harus menjadi seorang suami namun seorang teman, sahabat dan membuat Laila yang memiliki sifat manja dan sama seperti gadis-gadis remaja pada umumnya harus berhadapan dengan pria dewasa seperti Yusuf bukanlah hal mudah.

” Aku ingin mengajak mu jalan-jalan setelah sarapan, bersiap" imbuh Yusuf dan Laila mengangguk.

Setelah sarapan Yusuf menunggu Laila dan dia menunggu di luar, para santri menyapanya dan Yusuf membalas seraya mendoakan semua santri yang sudah seperti anak-anaknya menjadi manusia yang lebih baik, dan jangan yang lebih buruk dari nya.

” Abi" panggil Laila dan Yusuf menoleh lalu dia bangkit dan berdiri lalu masuk ke rumah untuk melihat Laila.

” Umi sudah siap?" tanya Yusuf dan Laila mengangguk, gamis berwarna dusty pink dan hijab serta cadar berwarna hitam yang di pakai Laila.” Ayo" ajak Yusuf seraya meraih tangan Laila untuk lekas keluar dari rumah. Laila baru pertama kali melihat suasana pesantren tersebut padahal kakaknya ada di sana dan memang selama ini Laila tidak pernah ikut menjenguk sampai masuk ke dalam area pesantren.

Yusuf mengajak Laila berjalan bersama dan Laila memperhatikan gadis-gadis memakai seragam SMA dan bergerombol untuk berangkat bersama-sama. Yusuf melirik Laila dan Laila terus melangkah memperhatikan gadis sebayanya.

Bug... Laila yang tidak melihat jalan menabrak punggung Yusuf karena Yusuf berhenti ketika Maryam dan Salamah mendekatinya dan Laila.

” Laila" panggil Yusup dan Laila bergeser keluar dari balik punggung lebarnya.

” Selamat pagi ibu Maryam dan teteh Salamah” sapa Laila begitu ramah dan dua wanita itu saling melirik dan tidak suka dengan sapaan Laila, Yusuf melirik Laila dan Laila mengangkat bahu tidak tahu apa kesalahannya. Yusuf menahan senyumnya melihat Laila seperti itu.

” Laila, menyapa itu assalamualaikum bukan selamat pagi" ketus Salamah dan Laila menggigit bibir bawahnya kelu, berusaha ramah tapi salah jurusan.

” Maafin aku teh, aku tidak biasa berada dilingkungan pesantren aku grogi” tutur Laila apa adanya.

” Salamah” ucap Maryam lembut, memberikan kode dengan memanggil Salamah lembut agar berhenti karena dia melihat mulut Salamah sudah terbuka untuk memarahi mungkin juga membentak Laila, gadis lugu dan tidak tahu apa-apa tentang tata Krama yang harus dilakukan di pesantren.

” Abi dan Laila mau kemana?” Maryam bertanya.

” Aku ingin mengajak Laila jalan-jalan supaya Laila bisa dengan cepat beradaptasi dengan lingkungan pesantren” Yusuf menjawab dan Laila mendongak menatapnya, tingginya sama sekali tidak sampai di bahu pria itu. Bukannya dia masih dalam masa pertumbuhan? sudah pasti tubuhnya akan bertambah tinggi dan mungkin akan sampai telinga Yusuf. Bukannya menyimak teguran Salamah, pikiran Laila malah tidak karuan memikirkan tinggi badan.

” Bawa juga Laila ke kebun, aku butuh tomat dan cabai, Abi" pinta Maryam dan Yusuf mengangguk. Yusuf tidak berani meninggalkan Maryam lebih dulu dan menunggu istrinya yang lebih dulu meninggalkan nya dan Laila.

” Assalamualaikum” ucap Maryam.

”Waalaikumsalam” Yusuf tersenyum dan menatap kepergian Maryam dengan Salamah. Yusuf menundukkan pandangannya, melirik Laila yang terus-menerus memperhatikan para santri yang akan pergi ke sekolah. Indahnya dan dia sempat merasakan bagaimana bangganya memakai seragam SMA, namun pamannya merenggut semuanya sampai sekarang Laila bisa berdiri disebelah Yusuf. Sebelah kanan.

” Laila ayo" ajak Yusuf dan Laila mengangguk.

Laila diajak melihat-lihat semua orang yang sedang melakukan kegiatan, para santri ada yang sekolah ada juga yang tidak walaupun Yusuf menawarkan bantuan untuk para santri yang tidak memiliki biaya untuk sekolah tapi mereka menolak tapi ada beberapa juga yang menerima, Laila berhenti melangkah saat melihat santri laki-laki sedang berlatih bela diri. Dia sangat menyukai sinetron adegan berkelahi seperti di sinetron Raden kian Santang. Yusuf menoleh dan melihat Laila tertinggal jauh, istrinya sedang memperhatikan para santri. Yusuf berdiri di sebelah istrinya dan menemani istrinya melihat mereka yang sedang berlatih sampai puas.

Tidak lama keduanya melangkah kembali, jemari Laila berulang kali menyentuh embun di atas daun yang menarik perhatiannya. Seolah dia baru melihat pertama kali.

” Assalamualaikum Aa” salam seorang wanita paruh baya, yaitu bibi Ipah yang mengurus semua kebutuhan didapur bersama santri perempuan yang lain. Seorang janda dan tidak memiliki anak akhirnya mendapatkan tempat tinggal di pesantren.

” Waalaikumsalam” jawab Yusuf lalu menyenggol lengan istrinya dan Laila menoleh.

” Waalaikumsalam” lirih Laila sambil tersenyum.

” Laila ini bibi Ipah” kata Yusuf dan Laila menyalami tangan bi Ipah.

” Neng Laila semoga betah ya disini, kalau mau bebas datang ke dapur kita masak sama-sama ya neng” bi Ipah senang dan tidak ikut campur apapun alasannya Yusuf menikahi Laila.

” Iya bi insya Allah” kata Laila dan bi Ipah pamit untuk kembali ke dapur dan Laila memperhatikan kepergiannya.

” Rojali!" suara teriakan membuat Laila menoleh. Ah mungkin nama yang sama, gumam Laila.

” Ayo Laila" ajak Yusuf dan Laila sudah tidak sabar untuk melihat perkebunan yang ditanami berbagai macam sayuran. Kangkung, bawang daun, ubi, kol, cabai rawit, tomat dan masih banyak yang lainnya. Yusuf tidak pernah mau menjual tanah yang sudah memberikan banyak manfaat untuk pesantren, semakin banyak santri sudah pasti makanan pun harus di perbanyak. Setidaknya sayuran dan bahan makanan yang ditanam oleh para santri membuat pengeluaran enjadi hemat.

Yusuf berjalan di belakang Laila, Laila kesusahan untuk berjalan karena tanah yang begitu lengket karena semalam sempat turun hujan. Laila berpegangan pada pohon singkong dan Yusuf menepisnya.

” Abi” Laila meringis dan panik saat tangannya terasa ngilu karena tertusuk duri dari ulat berbulu yang tidak sengaja Laila senggol.

” Sini” Yusuf meraih tangan Laila dan meniup serta mengusap tangan Laila yang terasa perih dan Laila terus meringis.

Terpopuler

Comments

Sofie Ilyas Ilyas

Sofie Ilyas Ilyas

Q jg lgi baca cerita abi fashan,,,

2022-02-19

0

Sofie Ilyas Ilyas

Sofie Ilyas Ilyas

Abi yusuf harus ekstra sabar y😊

2022-02-14

0

☠ᵏᵋᶜᶟRoss"kita" 𝕱𝖘🏚ᵉᶜ✿

☠ᵏᵋᶜᶟRoss"kita" 𝕱𝖘🏚ᵉᶜ✿

abiiii...... jadi inget Abi fashan..... ♥️♥️♥️

2021-12-30

0

lihat semua
Episodes
1 Malam pertama
2 Part 2: Makan bersama
3 Part 3- Peristiwa subuh
4 Bab 4: Embun pagi
5 Bab 5: Harus terbiasa
6 Bab 6: Rojali
7 Bab 7: Menjenguk
8 Bab 8: Cemburu
9 Bab 9: Tepat sasaran
10 Bab 10 kebucinan Iqbal
11 Bab 11: Umi Laila menjauh
12 Bab 12: Berusaha tegar
13 Bab 13: Bertemu suci
14 Bab 14: Umi Laila salah paham
15 Bab 15: Umi Laila sakit
16 Bab 16: Siomay dari abi
17 Bab 17: Bertemu Jahro
18 Bab 18: Senyuman manis
19 Bab 19: Rizky & Iqbal
20 Bab 20: Keputusan
21 Bab 21: Kegalauan Husna
22 Bab 22: Ke pasar
23 Bab 23: Obsesi Iqbal
24 Bab 24: Mouza
25 Bab 25: Bertahan, tinggalkan dia?
26 Bab 26: Tangisan Husna
27 Bab 27: Kepergian Rizky
28 Bab 28: Mimpi buruk
29 Bab 29: Kekhawatiran Laila
30 Bab 30: Cemburu
31 Bab 31: Asila setuju
32 Ketika kesucian wanita diragukan.
33 Bab 33: Berteman kesendirian
34 Bab 34: CERAI?
35 Bab 35: Aku pamit
36 Bab 36: Jualan takjil
37 Bab 37: Keberanian Jahro
38 Bab 38: Keegoisan Maryam
39 Bab 39: Aku bawa kembali
40 Bab 40: Pergi dari pesantren
41 Bab 41: Rizky pulang
42 Bab 42: Sabar dan ikhlas
43 Bab 43: Protes!
44 Bab 44: Kesedihan Maryam
45 Bab 45: Laila celaka
46 Bab 46: Bergadang semalaman
47 Bab 47: Laila sedih
48 Bab 48: Candaan suami istri
49 Bab 49: Laila marah
50 Bab 50: Ustadz Yusuf
51 Bab 51: Laila bahagia
52 Bab 52: Keluarga besar
53 Bab 53: Aku baik-baik saja
54 Bab 54: Yusuf pergi.
55 Bab 55: Rindu
56 Bab 56: Pulang
57 Bab 57: Laila Hamil?
58 Bab 58: Yusuf marah
59 Bab 59: Aku Ikhlaskan
60 Bab 60: Rasa syukur
61 Bab 61: Diam
62 Bab 62: Kesedihan Yusuf
63 Bab 63: Kedatangan Ibnu
64 Bab 64: Tangisan Laila
65 Bab 65: Senang?
66 Bab 66: Zulaikha
67 Bab 67: Permintaan Maryam
68 Bab 68: Perjuangan ibu
69 Bab 69: Si kembar
70 Bab 70: Khalid Khaulah
71 Bab 71: sahabat terbaik
72 Bab 72: Kemenangan Laila
73 Bab 73: Hadiah dari Rizky
74 Bab 74: 20 tahun kemudian
75 Bab 75: Nama yang sama
76 Bab 76: Ketemu Nenek
77 Bab 77: Fatih
78 Bab 78: Niat baik Hanif
79 Bab 79: Aisyah
80 Bab 80: Ikhlas
81 Bab 81: Suapi aku
82 Bab 82: Hanif khawatir
83 Bab 83: Kejujuran Aisyah
84 Bab 84: Pernikahan
85 Bab 85: Kecantikan yang tersembunyi
86 Bab 86: Belum terbiasa.
87 Bab 87: Menikah
88 Bab 88: Bertengkar
89 Bab 89: Laila dan Yusuf
90 Bab 90: Menikah lagi
91 Bab 91: Saung kenangan
92 Bab 92: 10 tahun kemudian
93 Bab 93: Keinginan Yusuf
94 Pengumuman(SEASON 2)
95 Season 2: BAB 1
96 Season 2: Bab 2
97 Season 2: Bab 3
98 Season 2: Bab 4
99 Season 2: Bab 5
100 Season 2: Bab 6
101 Season 2: Bab 7
102 Season 3: Bab 8
103 Season 2: Bab 9
104 Season 2: Bab 10
105 Season 2: Bab 11
106 Season 2: Bab 12
107 Season 2: Bab 13
108 Season 2: Bab 14
109 Season 2: Bab 15
110 Season 2: Bab 16
111 Season 2: bab 17
112 Season 2: Bab 18
113 TERIMA KASIH
Episodes

Updated 113 Episodes

1
Malam pertama
2
Part 2: Makan bersama
3
Part 3- Peristiwa subuh
4
Bab 4: Embun pagi
5
Bab 5: Harus terbiasa
6
Bab 6: Rojali
7
Bab 7: Menjenguk
8
Bab 8: Cemburu
9
Bab 9: Tepat sasaran
10
Bab 10 kebucinan Iqbal
11
Bab 11: Umi Laila menjauh
12
Bab 12: Berusaha tegar
13
Bab 13: Bertemu suci
14
Bab 14: Umi Laila salah paham
15
Bab 15: Umi Laila sakit
16
Bab 16: Siomay dari abi
17
Bab 17: Bertemu Jahro
18
Bab 18: Senyuman manis
19
Bab 19: Rizky & Iqbal
20
Bab 20: Keputusan
21
Bab 21: Kegalauan Husna
22
Bab 22: Ke pasar
23
Bab 23: Obsesi Iqbal
24
Bab 24: Mouza
25
Bab 25: Bertahan, tinggalkan dia?
26
Bab 26: Tangisan Husna
27
Bab 27: Kepergian Rizky
28
Bab 28: Mimpi buruk
29
Bab 29: Kekhawatiran Laila
30
Bab 30: Cemburu
31
Bab 31: Asila setuju
32
Ketika kesucian wanita diragukan.
33
Bab 33: Berteman kesendirian
34
Bab 34: CERAI?
35
Bab 35: Aku pamit
36
Bab 36: Jualan takjil
37
Bab 37: Keberanian Jahro
38
Bab 38: Keegoisan Maryam
39
Bab 39: Aku bawa kembali
40
Bab 40: Pergi dari pesantren
41
Bab 41: Rizky pulang
42
Bab 42: Sabar dan ikhlas
43
Bab 43: Protes!
44
Bab 44: Kesedihan Maryam
45
Bab 45: Laila celaka
46
Bab 46: Bergadang semalaman
47
Bab 47: Laila sedih
48
Bab 48: Candaan suami istri
49
Bab 49: Laila marah
50
Bab 50: Ustadz Yusuf
51
Bab 51: Laila bahagia
52
Bab 52: Keluarga besar
53
Bab 53: Aku baik-baik saja
54
Bab 54: Yusuf pergi.
55
Bab 55: Rindu
56
Bab 56: Pulang
57
Bab 57: Laila Hamil?
58
Bab 58: Yusuf marah
59
Bab 59: Aku Ikhlaskan
60
Bab 60: Rasa syukur
61
Bab 61: Diam
62
Bab 62: Kesedihan Yusuf
63
Bab 63: Kedatangan Ibnu
64
Bab 64: Tangisan Laila
65
Bab 65: Senang?
66
Bab 66: Zulaikha
67
Bab 67: Permintaan Maryam
68
Bab 68: Perjuangan ibu
69
Bab 69: Si kembar
70
Bab 70: Khalid Khaulah
71
Bab 71: sahabat terbaik
72
Bab 72: Kemenangan Laila
73
Bab 73: Hadiah dari Rizky
74
Bab 74: 20 tahun kemudian
75
Bab 75: Nama yang sama
76
Bab 76: Ketemu Nenek
77
Bab 77: Fatih
78
Bab 78: Niat baik Hanif
79
Bab 79: Aisyah
80
Bab 80: Ikhlas
81
Bab 81: Suapi aku
82
Bab 82: Hanif khawatir
83
Bab 83: Kejujuran Aisyah
84
Bab 84: Pernikahan
85
Bab 85: Kecantikan yang tersembunyi
86
Bab 86: Belum terbiasa.
87
Bab 87: Menikah
88
Bab 88: Bertengkar
89
Bab 89: Laila dan Yusuf
90
Bab 90: Menikah lagi
91
Bab 91: Saung kenangan
92
Bab 92: 10 tahun kemudian
93
Bab 93: Keinginan Yusuf
94
Pengumuman(SEASON 2)
95
Season 2: BAB 1
96
Season 2: Bab 2
97
Season 2: Bab 3
98
Season 2: Bab 4
99
Season 2: Bab 5
100
Season 2: Bab 6
101
Season 2: Bab 7
102
Season 3: Bab 8
103
Season 2: Bab 9
104
Season 2: Bab 10
105
Season 2: Bab 11
106
Season 2: Bab 12
107
Season 2: Bab 13
108
Season 2: Bab 14
109
Season 2: Bab 15
110
Season 2: Bab 16
111
Season 2: bab 17
112
Season 2: Bab 18
113
TERIMA KASIH

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!