Yusuf menoleh dan melihat Laila ragu untuk masuk ke kamar karena ada dirinya, Yusuf tersenyum dan kotak p3k sudah berada disebelahnya. Laila kebingungan untuk apa kotak p3k itu diletakkan di sana.
” Apa umi Laila tidak mau masuk?" Yusuf tersenyum dan Laila akhirnya masuk walaupun dia kini berdiri di sebelah pintu yang merapat ke tembok.” Kemari lah, duduk di sebelahku" pinta Yusuf dan kedua mata Laila membuat.
” Mau apa Abi memintaku untuk naik ke sana?" Laila bertanya tanpa menatap suaminya.
” Iya kemari, baru kamu akan tahu apa yang ingin aku lakukan” senyuman Yusuf terus mengembang karena melihat tangan Laila bergetar, mungkinkah Laila takut padanya?.” Ayo duduk Umi” pinta Yusuf kembali dan akhirnya Laila duduk di tepi ranjang. Yusuf bergeser dan menarik kotak p3k.
” Abi mau apa?” Laila bingung saat dan berpikiran aneh-aneh saat Yusuf mendekat lalu memandangnya begitu dalam.
” Apa aku boleh menyentuh wajah mu itu umi?" Yusuf ragu untuk menyentuh istrinya sendiri. Dia ingin merawat luka di wajah istrinya karena Rizky mengatakan bahwa Laila takut dengan darah dan selalu menangis saat berkaca pada cermin lalu melihat luka di wajahnya. Rizky adalah salah satu santri yang sudah tinggal di pesantren yang di urus Yusuf dari berumur 7 tahun dan sekarang usianya sudah 18 tahun. Laila adalah adik satu-satunya alias bungsu.
” Apa abi berkenan dan tidak merasa jijik?" Laila menatap Yusuf lekat dan perbannya terus meneteskan air karena dia sudah membasuh wajahnya dan lupa dengan lukanya.
” Kenapa harus jijik? aku sangat ingin mengobati lukamu umi” Yusuf tersenyum dan Laila akhirnya mengangguk. Yusuf melepaskan perban basah itu perlahan-lahan lalu membersihkan nanah bercampur darah dan Yusuf melirik tangan Laila yang mencengkram kuat seprai karena menahan sakit di pipinya. Yusuf membersihkan lalu mengobati luka istrinya dengan mengucapkan doa-doa dengan suara pelan dan Laila memperhatikan wajahnya. Yusuf mengobati dan membersihkan luka di wajah istrinya sambil terus menatap Laila sesekali. Apakah dia benar-benar bisa membahagiakan Laila gadis 16 tahun yang biasanya sedang mengalami masa-masa muda dan dengan cinta monyet. Laila sangat lugu dan polos, tak heran istrinya itu mudah di perdaya oleh paman Laila dan Yusuf masih sangat marah dan memperjuangkan keadilan untuk Laila agar paman Laila dihukum seadil-adilnya. Setelah luka Laila di bersihkan dan di tutup kembali dengan perban Laila meminta Yusuf diam dan dia yang membereskan kapas bernoda serta obat-obatan ke kotak p3k kembali.
Setelah selesai keduanya berbaring bersama-sama, karena Laila sangat takut dan Yusuf pun sangat mengerti. Bahwa gadis belia seperti Laila belum tahu banyak tentang cara-cara memperlakukan seorang suami dan melayaninya. Tidak harus sekarang, Yusuf akan menunggu jalani ketikan Laila sudah siap. Yusuf melirik Laila yang meletakkan bantal guling di antara keduanya sebagai pembatas. Yusuf hanya tersenyum dan terdengar dia membaca doa dan beberapa surat pendek karena dia akan tidur, Laila yang mendengar mengikuti suaminya dan Yusuf terus tersenyum.
*****
Keesokan paginya, pukul 3 dini hari Yusuf sudah bangun lalu mengusap-usap rambut tebal nya dan melirik Laila yang masih tertidur lelap. Yusuf bangun lalu meraih ponselnya dia memasang alarm jam 4 subuh laku dia letakkan di tempat berbaring nya tadi. Laila tidak memiliki ponsel dan hanya memakai ponsel ayahnya ketika sangat butuh ataupun untuk menghubungi teman-temannya. Yusuf pergi untuk mandi dan setelah itu dia pergi ke masjid.
Laila bangun ketika mendengar suara alarm lalu Laila menatap ruang kosong yang tadinya ada Yusuf disana.
” Abi dimana?” Laila melirik kanan-kiri dan melihat ponsel Yusuf terus berbunyi. Laila meraih ponsel tersebut lalu membaca nama alarm yang di buat oleh suaminya.
Sudah waktunya bangun umi. Itulah yang di tulis Yusuf sebelum pergi.
Hidung Laila merekah membacanya, gadis mana yang tidak berbunga-bunga diperlakukan seperti itu apalagi untuk Laila yang baru pertama kali merasakannya. Merasakan diperhatikan oleh seorang laki-laki dan laki-laki beruntung tersebut adalah Yusuf. Tubuh Laila berguling-guling dengan pipi merah merona Laila meringis saat pipinya tertekan terlalu kuat.
” Auw sakit” Laila meringis dan memegang pipinya, lalu dia turun seraya meletakkan ponsel dan bersiap untuk mandi karena adzan subuh sebentar lagi.
Setelah mandi Laila menunaikan ibadah shalat subuh dan dia juga mengaji dan menyelesaikan lima lembar lalu dia lipat untuk memberi tanda sampai mana dia mengaji. Laila ingin memasak nasi goreng pagi ini untuk suaminya. Nasi yang semalam masih tersisa banyak dan sayang jika dibuang. Naina memasak tanpa menggunakannya cadarnya, cahaya matahari sudah mulai terlihat semakin terang dan Laila melirik mesjid yang terlihat dari jendela dapur rumah tersebut. Laila kembali asik dengan kesibukannya dia tidak mau suaminya telat sarapan pagi ini, pagi pertamanya sebagai seorang isteri.
Tiba-tiba Laila bersenandung kecil, menyanyikan lagu yang selalu dia nyanyikan di rumah. Yusuf sudah akan mengucapkan salam, dia sudah berdiri didepan pintu rumah yang terbuka lebar.
Tabuh berbunyi gemparkan alam sunyi....
Berkumandang....
Suara adzan.
Mengayun....
memecah sunyi...
Selang-seling sahutan ayam.....
Tapi Yusuf berhenti saat mendengar istrinya bernyanyi dengan cerianya pagi ini. Tak henti-hentinya Yusuf mengucapkan rasa syukur karena Laila sudah mulai melupakan kejadian itu.
Tapi insan kalaupun ada hanya
Mata yang celik dipejam lagi....
Hatinya penuh benci...
Berdengkurlah kembali...
Begitulah peristiwa di subuh hari...
Suara insan di alam mimpi....
Nyanyian istrinya semakin kencang dan Yusuf panik lalu masuk seraya mengucapkan salam..
” Assalamualaikum” suaranya begitu merdu dan Laila berhenti bernyanyi.
” Waalaikumsalam” sahut Laila.
Dari rumah Maryam dia bisa melihat jelas ketika Yusuf berdiri entah sedang apa. Maryam benar-benar tidak paham dengan keputusan suaminya memilih Laila, gadis remaja yang pastinya masih labil, cengeng apalagi Laila anak bungsu.
” Apa ibu meminta aku untuk datang?” suara Salamah terdengar dan Maryam menoleh.
” Iya aku meminta kamu untuk datang, katakan padaku Salamah apa kamu yakin Laila akan mau mengandung dalam waktu dekat ini?” Maryam bertanya seraya terus menatap rumah kecil yang awalnya adalah sebuah rumah yang dijadikan perpustakaan kecil dan kini rumah itu menjadi tempat tinggal Laila.
” Aku rasa Aa menikahi Laila bukan semata untuk mendapatkan keturunan, tapi memang Aa memilih karena Laila juga butuh pendamping dan pelindung setelah kejadian buruk menimpanya” lirih Salamah dan ikut memperhatikan rumah kecil dengan cat berwarna putih itu.
Maryam menoleh lalu menatap Salamah lekat, bibirnya tersenyum lebar dan Salamah juga ikut tersenyum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Sofie Ilyas Ilyas
Thor q baca ulang lgi,,,, g bisa pisah sma abi yusuf dan umi laila❤️❤️
2022-02-19
0
copai
lajuuut..
2022-01-05
0
☠ᵏᵋᶜᶟRoss"kita" 𝕱𝖘🏚ᵉᶜ✿
jgn senyum2 ibu aku curiga niiih
2021-12-30
0