Kelvan tidak dapat bekerja dengan fokus, terpikirkan tentang Nea yang akan menerima pengumuman hasil nilainya hari ini. Dia sangat ingin pergi ke sekolah putrinya namun Nea pasti tidak akan suka jika dia datang.
Berpikir begitu resah, Kelvan menerima telepon dari Livia. Mereka sempat bertukar nomor saat hari pertama bertemu untuk mengkomunikasikan tentang Nea jika diperlukan. Tetapi setelah panggilan diterima, suara yang didengar adalah milik putrinya sendiri.
"Ayah! Aku terpaksa menghubungi lewat nomor pengajarku."
"Ada apa dengan ponselmu?"
"Aku tidak sengaja menjatuhkannya ke dalam selokan."
"Memangnya kalian ada di mana sekarang?"
"Kami berada tidak jauh dari sekolah."
"A—apa ayah boleh ke sana?"
"Tentu saja! Ayah harus membantuku mengambilkan ponsel."
"Baiklah. Tunggu di sana, ayah akan datang."
Tidak sulit bagi Kelvan untuk menemukan dua orang yang celingak-celinguk di tepi jalan, karena melewati jalan yang sama dengannya. Dia pun turun dan menghampiri dua orang perempuan itu.
"Apa yang terjadi?" tanya Kelvan, meskipun sudah tahu jawabannya, tetapi dia masih membutuhkan penjelasan akan ponsel yang bisa-bisanya berakhir di dalam selokan.
"Saat aku bermain ponsel, kami sedang berjalan melewati tutup selokan dan tidak sengaja membuatnya jatuh ke dalam sana," ucap Nea.
"Ponsel itu sudah terjatuh, tidak perlu memungutnya kembali. Jadi, biarkan saja. Ayah akan menggantinya dengan yang baru nanti."
"Tidak bisa, Ayah. Banyak data penting di sana, termasuk nomor teman-temanku."
Kelvan mengusap kepala Nea seraya berkata, "Demi menjaga hubungan sosial putriku, memang lebih baik bagi kita untuk menyelamatkan ponselmu. Ayah akan menghubungi nomor darurat sekarang."
"Itu akan memakan waktu yang cukup lama." Livia tiba-tiba berkata. "Anda dapat membantu saya mencarikan alat untuk membuka tutup selokan."
"La-lalu? Anda bermaksud untuk terjun ke dalam selokan secara langsung?" Kelvan tercengang.
"Anda sungguh tidak perlu sampai melakukan itu." Nea ikut bersuara.
Livia menggelengkan kepala. "Kalau saja saya yang berjalan di posisi Nea tadi, mungkin hal ini tidak akan terjadi."
"Itu sama sekali bukan kesalahan Anda. Nea yang seharusnya tidak bermain ponsel saat berjalan."
"Tapi saya begitu teledor, tidak memperingatinya untuk berhati-hati memainkan ponsel ketika berjalan."
"Percuma, karena Nea juga tidak akan mendengarkan."
"Stop!"—Nea melipatkan tangan di dada—"Lebih baik kita mengeluarkan ponselnya dari dalam selokan. Karena itu adalah kesalahanku, maka aku akan mencari alatnya, Ayah membuka tutup selokan, sedangkan Bu Livia yang masuk ke dalam selokan."
Kelvan dan Livia sama-sama terbengong melihat Nea yang pergi begitu saja. Anak itu tampak marah dan mengundang penyesalan pada dua orang dewasa yang kini mengembuskan napas serempak.
Kelvan mengungkit penutup selokan dengan linggis, mengangkat beton persegi panjang agar dapat disandarkan pada pagar jalan. Livia tidak berbohong kalau dia terkesima pada Kelvan yang terlihat kuat saat itu.
"Sekarang giliran Anda," ucap Kelvan setelah berusaha setengah mati.
Kelvan tentu tidak bisa memperlihatkan betapa melelahkannya mengangkat beton seorang diri.
"Tapi ... apa Anda benar-benar sudah yakin?" Kelvan menatap selokan yang sesungguhnya hanya terdapat hal-hal buruk.
Livia menganggukkan kepala, menyerahkan satu dokumen pada Kelvan sebelum kemudian terjun ke dalam selokan. Nea sendiri tidak ingin berdiri terlalu dekat, tidak tahan pada hal yang berbau tidak sedap. Maka dari itu, keberadaannya sungguh sangat jauh, hampir mendekati 10 meter.
Kelvan yang dititipkan dokumen tipis itu pun tanpa sengaja memperhatikannya, melebarkan mata saat mengetahui kalau itu adalah rapor yang menunjukkan hasil ujian Nea.
"I—ini ...."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Mey Aulia Azmi
Gengsi lah ya
2022-05-29
2
🍀Noes 🌹
nilai berapa nilai....malah lupa nilai gara2 HP jatoh ke sekolan wkwk
2022-05-26
3