Hari ini Annisa kembali masuk kerja. Dia tampil sederhana tapi cantik dengan baju yang selaras dengan jilbabnya. Warna Dusty pink sangat pas dengan kulit kuning langsatnya. Sedangkan bagian bawahnya menggunakan warna hitam. Perpaduan yang sempurna untuk seorang Annisa. Sepertinya hari ini akan ada yang bola matanya akan bergeser dari tempat karena melihat kesederhanaan seorang gadis yang dibalut dengan kecantikan.
Annisa bergegas keluar rumah dan mengunci pintu rumahnya. Dia mendengar seperti ada seseorang yang memanggil namanya.
"Nisa... mau berangkat kerja?" Bu Mina memanggil dan bertanya padanya.
Bibi Mina adalah tetangga Annisa. Mereka jarang ketemu karena bibi Mina bekerja di luar kota. Hanya sekali dalam seminggu bibi Mina pulang.
"Bibi...iya Bi!"
"Sepertinya ada yang berubah pada dirimu pagi ini!"
"Apa, Bi!"
"Bibi melihat aura kecantikanmu yang tersembunyi keluar Nisa. Kamu cantik sayang!"
"Ah, Bibi bisa aja. Nisa g merasa lo Bi. Bi, aku g bisa lama-lama ngobrol dengan Bibi, nanti terlambat!"
"G apa-apa, Bibi ngerti kok".
"Nisa berangkat ya Bi, Assalamualaikum!"
"Waalaikumsalam!"Jawab Bibi Mina
Sesampainya di rumah makan, Annisa meletakkan tasnya di tempat penyimpanan dan bergabung bersama teman-temannya.
"Wiiiihhh, cantik kali kau. Kalau begini terus, lama-lama diri ini akan jatuh cinta padamu wahai gadis!". Kata Hendra yang terpana saat melihat Annisa.
Semua tertawa dan mengakui kalau hari ini Annisa memang cantik. Setelah itu, mereka kembali ke pekerjaan masing-masing. Ada yang membersihkan meja, menyiapkan bahan makanan, dan ada yang menata ruangan agar terlihat lebih rapi dan bersih.
"Annisa...!" Bu Farah memanggil Annisa yang sedang membersihkan meja.
"Iya Bu!"
"Ikut keruangan saya!"
Annisa merasa khawatir dengan panggilan bosnya. Dirinya merasa tidak melakukan kesalahan hari ini.
Bu Farah mempersilahkan Annisa duduk. Annisa pun duduk di kursi depan meja Bu Farah.
"Annisa... sebentar sebelum waktu makan siang, kamu antar satu paket makanan ke alamat ini, tidak boleh terlambat! Ini tugas baru untukmu dan tidak boleh digantikan sama yang lain. Hubungi nomor ini jika kamu sudah sampai di sana!" perintah Bu Farah serta memberikan alamat kantor Furqan kepada Annisa.
"Baik, Bu! Kalau begitu saya keluar dulu, Bu!"
"Silahkan!"
Annisa keluar dari ruangan Bu Farah. Annisa duduk di salah satu kursi dekat pintu masuk. Perlahan dia memperhatikan alamat yang diberikan Bu Farah. Di alamat itu tertera nomor telepon dan nama perusahaan. Perusahaan "PUTRA JAYA". Berdasarkan alamatnya, perusahaan tersebut berada di area Gatot Subroto, kawasan elit perkantoran di Jakarta.
Aneh, kenapa harus aku yang mengantarkannya? Kan ada Hendra atau Egi?!
Annisa melihat jam tangannya. Sudah waktunya untuk mengantarkan orderan perusahaan. Annisa segera ke dapur mengambil paket makanan yang sudah disiapkan untuk di bawanya.
"Kania, Fit, aku berangkat dulu ya!"
"Lho, kamu mau ke mana?" tanya Kania
"Antar ini!" jawab Annisa sambil mengangkat paket makanan yang dipegangnya.
"Kan ada Hendra atau Egi, kenapa harus kamu sih?" protes Fitri
"Kata Bu Farah harus aku yang antar, g boleh digantikan oleh siapapun. Aneh kan!"
"Udah, aku berangkat dulu, nanti terlambat sampai ditujuan. Assalamualaikum!"
"Alaikumsalam!". Jawab Fitri dan Kania
Perusahaan "PUTRA JAYA"
Annisa sampai tepat di depan perusahaan. Saat mau masuk ke area perusahaan, satpam mencegahnya.
"Tunggu, nona! mau bertemu siapa dan apa yang kamu bawa?"
"Annisa bingung mau menjawab apa. Karena dia juga g tahu untuk siapa paket yang diantarnya. Seketika dia mengingat kartu alamat yang diberikan Bu Farah dan memperlihatkannya pada satpam.
"Saya disuruh untuk mengantarkan makanan ke kantor ini! Kata bos saya, saya harus menghubungi nomor ini jika sudah sampai di kantor ini. Oh ya pak, bisa hubungi nomor ini!"
Pak satpam mengeluarkan handpondnya dan menelpon nomor yang ada di alamat tersebut. Telepon tersambung. Furqan tahu kalau itu nomor satpam kantornya. Furqan mengangkat teleponnya
"Iya pak Toni, ada apa?"
Pak Toni kaget karena dia mengenali suara itu.
Lah, kok suaranya pak bos! Pak Toni tidak berani memulai percakapan dan memilih diam sebelum Furqan bicara.
"Halo pak Toni, ada apa? kenapa meneleponku?"
Sedikit gagap pak Toni menjawab bosnya.
"Anu, anu pak! ada yang mengantar paket makanan, dan dia menyuruh saya menelpon Bapak!"
"Suruh dia langsung keruangan saya!" perintah Furqan pada pak Toni
"Baik, pak!" jawab pak Toni lalu mematikan ponselnya.
"Silahkan langsung keruangan bos, dilantai 7!" Pak Toni menyuruh Annisa.
Annisa dengan langkah cepat masuk ke dalam dan menuju Lift. Baru saja tangannya akan menekan tomb lift, Vania menahannya.
"E e e e, ngapain kamu? mau bertemu siapa? jangan seenaknya di kantor ini!"
"Maaf mbak, saya g ada waktu. Kalau Mbak menahan saya, saya bisa terlambat mengantarkan paket ini. Kalau Mbak g percaya, telepon nomor ini supaya jelas!" pinta Annisa
Untungnya Annisa memakai masker, sehingga tidak akan ada yang melihat wajahnya secara keseluruhan. Sebelum perdebatan berlanjut, telepon di meja Vania berdering. Vania bergegas mengangkat telepon. Siapa lagi kalau bukan si big bos. Vania menatap Annisa dengan sedikit kesal. Dia disemprot si bos karena menahan Annisa.
"Cepat sana bawa, sebelum bos kelaparan!" perintah Vania pada Annisa dengan menampakkan kekesalannya.
Annisa langsung menuju lantai 7. Setelah sampai, Annisa mencari ruangan bos dari perusahaan "PUTRA JAYA"
Annisa menemukannya. Diapun mengetuk pintu ruangan CEO tersebut. Terdengar suara dari dalam yang menyuruhnya masuk.
"Masuk!" Maya menyuruh Annisa masuk. Maya sudah tahu tujuan Annisa, itulah sebabnya dia tidak banyak bertanya. Meja kerja Maya berada dalam satu ruangan dengan sang si CEO, tapi tetap terpisah dengan ruang pribadi bosnya.
Maya menekan tombol intercom untuk menghubungi bosnya.
"Pak, orang yang di tunggu sudah ada di ruangan saya!"
"Suruh dia masuk!" perintah Furqan pada sekretarisnya.
"Silahkan masuk, bos menunggu anda!". perintah Maya pada Annisa
Annisa mengetuk pintu ruangan pribadi Furqan.
Furqan sengaja membelajangi pintu agar Annisa tidak melihat wajahnya. Furqan menyadari kalau Annisa akan segera pergi kalau tahu itu dirinya.
"Masuklah!" Ajak Furqan
Annisa masuk dan berdiri di depan pintu.
"Pak, ini pesanannya!"
"Simpan di atas meja saya!" ujar Furqan tanpa membalikkan badan.
"Baik, pak!" Annisa melangkah dan meletakkan paket di atas meja. Tanpa disadarinya Furqan senyam senyum karena Annisa belum mengenalinya.
"Saya permisi, pak!" Annisa hendak keluar.
"Siapa yang menyuruhmu keluar dari ruangan saya?" tanya Furqan. Lalu dia membalikkan badan. Alhasil itu membuat Annisa kaget dan tidak menyangka akan berada satu ruangan dengan orang yang dihindarinya.
"Whatttt, kok anda?. Maaf pak, saya harus segera kembali, kalau saya kelamaan di sini, saya bisa dipecat! tidak baik seorang laki-laki dan perempuan berduaan dalam satu ruangan begini, kita bukan mahram!" Annisa mencari alasan agar segera bisa keluar.
Ya Allah, bagaimana ini? kenapa aku bisa terjebak di sini? apa yang dia inginkan dengan menahanku?
"Sudah selesai penjelasannya? kalau sudah, dengarkan saya!"
"Jangan panggil saya bapak, karena usiaku hanya 4 tahun diatasmu. Kamu tidak usah khawatir, tidak akan ada yang memecatmu dan saya tidak akan melecehkanmu, kalau kamu mau bekerja sama denganku! Satu lagi, buka maskermu!"
Annisa melepaskan maskernya. Mata Furqan seakan ingin bergeser dari tempatnya. Seandainya Furqan tidak berusaha menenangkan jiwanya yang bergejolak, dirinya pasti akan langsung mengutarakan isi hatinya dan memeluk makhluk ciptaan Tuhan yang ada di depannya.
Engkau membuatku semakin tidak ingin melepaskanmu, Annisa. Sederhana, cantik dan shalehah, semua ada pada dirimu wahai bidadariku
"Kak, saya ini hanya seorang pelayan, mau bekerja sama apa denganku?"
"Berikan ponselmu!"
"Untuk apa, kak?"
"Berikan saja. jangan banyak bertanya, atau aku akan melakukan sesuatu padamu!" Furqan mengeluarkan sedikit ancaman namun dihatinya tertawa lepas karena bahagia.
Annisa mengeluarkan hp dari dalam tasnya. Ponsel jadul yang setia menemaninya selama ini, dan memberikannya pada Furqan.
Furqan menerimanya dan membolak balikan ponsel Annisa. Dirinya heran dan bertanya-tanya dalam hati
Annisa menggunakan ini? Apa Annisa tidak bisa membeli ponsel android?
Tidak ingin membuat Annisa malu, Furqan segera memindahkan nomor ponsel Annisa ke ponselnya.
"Nomormu sudah ada padaku, jangan coba-coba menggantinya. Dan jangan lagi menghindariku, aku bisa menemukanmu kemanapun dirimu bersembunyi!"
Setelah mendapatkan nomornya, Furqan mengembalikan ponsel Annisa. Annisa heran, mengapa seorang bos besar, seorang CEO, mau berhubungan dengan dirinya, hanya seorang pelayan rumah makan yang hidupnya bergantung pada pekerjaan tersebut.
"Kamu boleh pergi sekarang!"
Annisa pun melangkah keluar ruangan dengan perasaan campur aduk. Kesal, heran, kaget dan bertanya-bertanya membuatnya berlalu seolah-olah hanya dia yang berada di ruangan itu. Maya pun heran melihat Annisa keluar seperti orang kebingungan.
Annisa sudah berada di luar kantor. Ia berdiri dan diam seperti tak bernyawa. Tukang ojek yang mengantarnya heran, karena Annisa seakan tidak melihat dirinya meskipun jarak mereka hanya 3 meter saja.
"Mbak....mbak....mbak Nisa!" tukang ojek memanggil Annisa berulang kali
"I .. iya pak!" jawab Annisa yang kaget karena di panggil berulang kali
"Kita mau ke mana lagi?"
"Langsung balik ke rumah makan aja pak!" perintah Annisa.
Mereka berdua berlalu meninggalkan kantor dan beberapa menit kemudian sampai di rumah makan. Annisa turun dan langsung masuk.
Annisa yang sudah di dalam duduk sendirian di tempat yang dikhususkan untuk pelayan. Ia kembali memutar memorinya tentang apa yang terjadi hari ini. Bagi wanita lain akan merasa bahagia bahkan akan lebih berusaha agar hal baik yang mendekatinya bisa terwujud. Mengapa tidak, siapa yang tidak menginginkan seorang lelaki tampan, dan kaya raya seperti Furqan. Tapi, tidak baginya. Annisa bertanya-tanya pada dirinya, apakah yang dialaminya hari ini akan berakhir baik atau bahkan lebih buruk ke depannya.
Pertanda apa ini ya Allah? Jauhkan hamba dari tipu daya manusia. Jika apa yang aku alami hari ini adalah ujianMu, berikan hamba kesabaran, keikhlasan dan kekuatan. Hanya kepadaMu hamba berserah diri, ya Allah!
Fitri, Kania, Siska masuk keruangan yang sama dengan Annisa. Mereka bertiga heran melihat Annisa duduk melamun seperti memikirkan sesuatu. Mereka ingin bertanya, tapi karena sudah masuk waktu Dzuhur, mereka sepakat untuk bertanya setelah selesai shalat. Fitri pun menyentuh pundak Annisa dan mengajaknya shalat berjamaah.
"Nis, sudah waktu shalat Dzuhur. Apa kamu g shalat?"
Sentuhan Fitri menyadarkan Annisa dari lamunannya.
"Astagfirullah! Ya Allah, hampir saja aku melewatkan waktu-Nya. Makasih ya Fit, dah mengingatkanku!"
"Sama-sama!. Ayo, kita berwudhu dulu!" ajak Fitri.
Selesai berwudhu mereka berempat shalat berjamaah dan Siska sebagai imamnya. walaupun mereka hanya pelayan, tapi soal agama tidak diragukan. Setelah selesai shalat dan berdoa, Fitri, Kania dan Siska menanyakan sesuatu pada Annisa.
"Nis, kamu kenapa sih? kami perhatikan, seperti ada yang kamu pikirkan?!" tanya Siska
"Nggak ada apa-apa! Aku hanya kangen kedua orang tuaku!" Jawab Annisa berbohong
"Nis...jika ada masalah cerita pada kami yah, sebelum kami bertiga jadi detektif dadakan untuk mencari tau masalahmu!" Fitri bercanda untuk membuat Annisa g larut dengan pikirannya.
Annisa tidak ingin ada yang tahu apa yang dipikirkannya. Dengan senyum manisnya, Ia meyakinkan ketiga sahabatnya bahwa dia tidak memiliki masalah.
"Kalau ngobrol terus, istirahatnya kapan? nanti waktu istirahat kita habis. Udah, semua diam dan istirahat!" ajak Annisa guna menyembunyikan kegundahan hatinya
"Oke, Bu!" jawab ketiga sahabatnya bersamaan
Waktu istirahat selesai. Mereka bertiga kembali bekerja. Beberapa jam kemudian, semua mahkluk hidup di rumah makan "SAHABAT" sibuk membersihkan peralatan, karena sebentar lagi mereka akan pulang ke istana masing-masing.
Mereka menyelesaikan pekerjaan dengan cepat. Bu Farah yang duduk memantau mereka tersenyum melihat anak buahnya bekerja sangat profesional.
"Besok, kita bukan jam 10 pagi! tapi datangnya seperti biasa. Jangan ada yang terlambat!" Bu Farah mengingatkan anak buahnya.
"Baik, Bu!" jawab Kania, Fitri, Annisa, Siska, Egi dan Hendra bersamaan
Bu Farah beserta pasukannya keluar dari rumah makan menuju parkiran. Merekapun naik kendaraan masing-masing termasuk Annisa karena Fitri akan mengantarnya. Mereka berlalu meninggalkan area rumah makan meninggalkan pak Bobi yang sibuk dengan pekerjaannya.
"Pak Bobi, kami duluan ya!" Annisa pamit pada pak Bobi.
"Iya, Nis!" jawab pak Bobi
Pak Bobi yang diberi tugas membuka dan menutup rumah makan pun telah selesai dengan pekerjaannya. Pak Bobi pun pulang dijemput putranya.
Sesampainya di rumah Annisa, Annisa turun dan berterima kasih pada sahabatnya.
"Makasih ya, Fit!"
"udah, sana masuk! Aku balik dulu!"
"Assalamualaikum!"
"Alaikumsalam!" jawab Annisa
Annisa masuk ke dalam rumahnya dan langsung ke kamar. Setelah ganti baju Annisa menuju tempat tidur. Baru aja memejamkan matanya, ponselnya berdering. Annisa mengabaikan nomor yang tidak dikenalnya dan menonaktifkan ponselnya. Matanya tak bisa diajak kompromi karena terlalu ngantuk. Iapun tidur dan bangun saat tengah malam untuk bermunajat kepada sang pencipta dan kembali tidur setelah selesai shalat tahajjud.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments