Annisa sampai di tempat kerja lebih pagi dari biasanya. Teman kerjanya belum ada yang nongol. Rumah makan belum terbuka. Annisa duduk santai di kursi pak Bobi. Dua puluh menit kemudian, pak Bobi muncul diantar anaknya. Pak Bobi turun dari sepeda motor dan segera melakukan pekerjaannya, sedangkan anaknya langsung pulang. Tidak lama setelah pintu di buka, teman kerja Annisa datang satu persatu.
eak eak, eak eak, eak eak, terdengar ringtone bayi tertawa di ponsel jadul Annisa. ponselnya berdering sudah berulang kali. Dengan sedikit malas ia mengangkat hpnya.
"Assalamualaikum!"
"Alaikumsalam!"
"Maaf, dengan siapa?" tanya Annisa
"Simpan nomorku, sewaktu-waktu saya akan nelpon kamu!" perintah Furqan tanpa menyebutkan namanya.
"Tapi anda siapa ? Saya tidak akan simpan nomor orang yang tidak dikenal!"
"Saya bos barumu, karena setiap hari Rabu kamu akan mengantar paket makanan ke kantorku!"
"Apa? setiap hari Rabu!"
"Sudah ada kesepakatan dengan bosmu, Bu Farah! Jika kamu bersikeras menolak, g akan ada lagi yang mau makan di tempat kalian!" ancam Furqan.
Tut Tut Tut. Annisa mematikan ponselnya sepihak
Setelah menelpon Annisa, Furqan menelpon asistennya dan memberi tugas untuknya.
"Aldi! segera cari ponsel keluaran terbaru dan segera paketkan, alamatnya akan saya kirimkan!"
Belum sempat menjawab, Bosnya sudah menutup teleponnya. Terdengar bunyi notifikasi pesan masuk, Aldi membuka pesan dan tertera alamat yang akan di tuju lengkap dengan nama seorang gadis.
Setelah dua tahun, akhirnya engkau mulai membuka hatimu untuk seorang wanita! gumam Aldi dalam hatinya.
Sementara Annisa, mendengar penuturan Furqan akan tugasnya dari Bu Farah, Annisa syok dan berniat akan menemui Bu Farah.
Ya Allah, kenapa aku harus bertemu dengan orang seperti ini. Hanya karena dia seorang jutawan, seenaknya saja dia memperlakukan orang lain.
Masih pagi Annisa sudah dibuat kesal. Annisa masuk ke dalam dengan muka ditekuk karena kesalnya. tiga puluh menit kemudian, Bu Farah datang dan langsung keruangannya. Tak menunggu lama, Annisa menemui Bu Farah. Annisa mengetuk pintu ruangan Bu Farah
tok! tok!
"Masuk!"
Annisa masuk dan langsung duduk di kursi yang ada di depan meja Bu Farah. Annisa agak ragu, tapi dia beranikan diri untuk berbicara dengan bosnya.
"Maaf Bu, ada yang mau saya tanyakan!"
"Apa yang ingin kamu tanyakan, Nisa?"
"Begini Bu, apa benar setiap Rabu saya yang akan mengantar paket ke perusahaan "Putra Jaya"?"
"Benar Nisa, itu permintaan pelanggan kita. Kamu ditugaskan selama enam bulan ke depan. Dan orangnya sudah membayar tiga kali lipat di muka. Sudah ada tandatangan hitam diatas putih. Kalau kita membatalkan atau mengganti kamu, akan berakibat fatal buat rumah makan ini!"
"Apa, Bu? enam bulan? Bu, apa tidak sebaiknya kalau Hendra atau Egi saja?"
"Apa kamu keberatan Nisa?" Tanya Bu Farah dengan sedikit menekan suaranya.
"Tidak Bu!" Annisa menjawab sambil menunduk karena tidak berani menatap Bu Farah.
"Kalau sudah tidak ada pertanyaan, keluarlah dan kembali bekerja!"
Annisa mengingat kembali apa yang di katakan Bu Farah. Keberatan ataupun tidak, akhirnya sama saja. Annisa menetralkan pikiran dan hatinya agar tenang.
Aku akan menemuimu nanti. Bukan hanya dirimu yang bisa menekanku tanpa sebab, akupun bisa dengan membuat otakmu bekerja dengan baik dan tidak keluar dari relnya. Kalau aku tidak bisa protes sama Bu Farah, maka padamulah aku akan ceramah!
Waktu menunjukkan jam 09.00
"Permisi!" ucap seorang kurir
"Iya, ada apa?" tanya Siska
"Paket mbak, atas nama Annisa Dermawan!"
"Nis...ada pekat ni, buat kamu!" teriak Siska pada Annisa
Annisa menemui Siska. "Paket apa? aku g pernah pesan apa-apa!"
"Tapi, paketnya atas nama Annisa Dermawan, bekerja di rumah makan "SAHABAT"!" ujar sang kurir
"Itu memang namaku, pak! tapi saya g pernah memesan apapun. Saya g akan terima, g ada uang untuk membayarnya!"
"Mbak terima saja, g usah di bayar, karena barangnya sudah lunas. Saya hanya mengantarkan saja. Tolong diterima mbak, soalnya saya harus mengantar paket yang lain!"
Dengan terpaksa Annisa menerima paketnya. Annisa menandatangani bukti penerimaan. setelah kurir pergi, Annisa membolak balikkan paketnya karena penasaran.
Isinya apaan sih? dan siapa yang melakukannya? masih banyak pertanyaan dalam benaknya tapi tidak tahu harus bertanya pada siapa. Annisa menghela napas panjang. Masih dalam kebingungan, Fitri memanggilnya.
"Nis...Bu Farah menyuruh kita kumpul diruangannya! cepetan, sebelum beliau memberimu undang-undang dasar!"
"Ha ha ha ha, kamu bisa aja! Kalau ibu ratu mendengarmu, aku akan menggunakan jurus langkah seribu alias lari!" Mereka tertawa dan melangkah masuk menuju ruangan Bu Farah. Yang lain masuk lebih dulu.
"Kalian tahu, mengapa ibu panggil?!"
"Nggak tau, Bu!" jawab semuanya.
"Hari ini, kalian gajian!" Ucap Bu Farah
"Bukannya dua hari lagi, Bu?" tanya Fitri
"Besok hari Minggu. Lusa adalah hari pernikahan adik pemilik rumah makan ini. Kita semua diundang. Semua harus hadir!" Jelas Bu Farah.
"ooooooooo!" jawab mereka bersamaan
Kalau bicara soal gajian, seperti anak kecil mendapatkan permen. Walaupun tak sebesar gaji orang lain diluar sana, tapi yang namanya hasil keringat sendiri, tetaplah menyenangkan dan ada perasaan gimana gitu. Apalagi ada bonus dari bos🤭🤭🤭🤭
Setelah menerima gaji Kania, Fitri, Siska, Hendra, Egi dan Annisa keluar dari ruangan Bu Farah.
"Belanja baju baru dulu ah!" celetuk Siska
"Woeee...belum waktunya pulang non, dah mau belanja!" Kania menegur Siska.
"Maksud aku, nanti kalau dah pulang! Ada butik dekat rumahku dan buka sampai jam 23.00. Kita kan akan ke pestanya anaknya bos, jadi bajunya harus yang baru dan bagus, siapa tau ada pemuda kaya tertarik dan mengajakku ke pelaminan, he he he!"
"Apa? ngajak kamu ke pelaminan? sekalipun ada, itu orang bakalan nyesal, kalau kamu jadi anak mantu, bisa-bisa mertuamu kena serangan jantung karena punya mantu mulut cabe, ha ha ha!" Ejekan Kania membuat yang lain ikut tertawa dan Siska kesal di buatnya.
"Kaniaaaa.... jahat amat sih jadi teman, aku sumpahin mertuamu nanti yang end!" Siska membalas Kania.
"G perlu saling menjatuhkan! yang ada kalian berdua sama saja, sebelas dua belas. Yang satu cerewet, yang satu pelit!" Hendra mengejek Kania dan Siska.
"Awas kamu Hend, berani ya mengejek kita berdua!" Hendra hanya tertawa mendengar ancaman Kania.
Saling mengejek memang menjadi bumbu pertemanan mereka, tapi mereka tetap solid dalam bekerja dan saling membantu satu sama lainnya.
Di tempat lain
Aldi melaporkan tugasnya pada Furqan
"Bang, paketnya sudah diterima langsung oleh yang bersangkutan!"
"Bagaimana kau tahu kalau gadis itu yang menerimanya?"
"Sesuai dengan namanya, bahkan gadis itu sempat menolak untuk menerimanya karena g punya uang untuk membayarnya. Tapi untuk lebih jelasnya, Abang lihat foto ini, apakah benar dia orangnya?"
Aldi memberikan ponselnya dan Furqan menunjukkan ketidaksukaannya pada Aldi karena berani menyimpan foto Annisa.
"Siapa yang menyuruhmu mengambil fotonya?"
"kurir!" jawab Aldi santai.
Furqan melempar Aldi dengan buku
"Hapus foto itu dari hpmu dan temui kurir itu, hapus fotonya, pastikan kamu sendiri yang menghapusnya, sekarang!"
"Baiklah, engkau tidak ingin gadis pujaanmu dilihat oleh pria lain, sepertinya ada yang bucin saat ini, ha ha ha!" Aldi menertawai Furqan dan segera keluar sebelum dilempar dua kali.
Setelah Aldi keluar, Maya masuk membawa setumpuk berkas yang harus di periksa dan di tandatangani Furqan
"Pak...ada berkas yang harus ditandatangani, dan ini berkas dari perusahaan "Agung Pratama"!"
Furqan menandatangani beberapa berkas yang di berikan sekretarisnya, kemudian Furqan memeriksa berkas dari perusahaan "Agung Pratama".
"Maya, atur jadwal meeting dengan perusahaan "Agung Pratama", dan kosongkan jadwal hari Senin, saya ada acara penting!"
"Baik, pak!"
Furqan keluar kantor menuju restoran mewah milik sahabatnya. Sampai direstoran, ia menemui Fendi pemilik restoran. Fendi memiliki istri dari kalangan sederhana bahkan lebih sederhana dari Annisa. Sebelumnya, Fendi sering gonta ganti wanita di cafe bersama Furqan, tapi gadis sederhana itu mengubahnya menjadi seorang yang lebih menghargai hidupnya dengan melakukan hal-hal benar.
"Hai bro, apa kabar?" Sapa Furqan
"Seperti yang kau lihat, tumben kau kemari!"
"Ya, cari udara segar dan sengaja ingin bertemu denganmu!"
"Ayo keruanganku!" Fendi mengajak Furqan keruangannya dan menyuruh seorang waiters untuk membawakan cemilan keruangannya.
"Kapan kamu menyusul?"
"Entahlah, masih dalam proses, kali ini aku harus mendapatkannya!"
"Siapa orangnya?"
"Nanti saja kita bahas, belum waktunya!"
Banyak hal yang mereka bicarakan, dan Fendi mengingatkan Furqan agar hadir di pesta adik iparnya
"Oh ya Fur, jangan lupa besok ya!"
"Aku pasti hadir, sudah aku kosongkan jadwal di kantor besok demi sahabatku!"
Sore hari, Furqan pamit pulang menuju ke kediamannya.
Di rumah makan "Sahabat" semua pekerjaan selesai, mereka semua pulang kerumah masing-masing.
Annisa sampai di rumah dan membuka kunci pintu rumahnya. Setelah pintu dikunci dari dalam, Annisa masuk ke kamarnya dan meletakkan tasnya di atas tempat tidur. Setelah ganti baju, Annisa membuka tasnya dan mengeluarkan amplop gaji serta bungkusan paket kecil yang entah apa isinya.
Alhamdulillah, aku bisa menabung lagi, terima kasih ya Allah atas Rezki Mu!
"Maaf, aku tidak bisa menerimamu, aku akan kembalikan setelah aku tahu siapa yang mengirim kamu! Annisa berbicara pada paket yang ada ditangannya.
Mata yang indah tak mau membiarkan pemiliknya tidur larut malam. Tangan menuntunnya menarik selimut tuanya. Kemudian, semua anggota tubuhnya bekerja sama untuk membawa dirinya menuju mimpi yang indah di malam Minggu.
Hujan turun, semakin membuat Annisa meringkuk dalam selimutnya.
Minggu pagi, Annisa memesan ojek online. Lima menit kemudian ojeknya datang. Jalanan masih sepi meskipun sinar matahari mulai memberikan energinya untuk bumi.
"Pak, singgah di minimarket depan ya!"
"Iya mbak!"
Annisa hanya membeli diapers dan susu. Kemudian mereka melanjutkan perjalanan menuju panti jompo yang sering Annisa kunjungi tiap hari Minggu. Sampai di depan panti, Annisa turun dan membayar ojek. Ketika Annisa masuk, ia di sambut dengan gembira oleh penghuni panti.
"Assalamualaikum, Bu!"
"Waalaikumsalam!" jawab Bu Siti kepala panti.
Annisa meletakkan belanjaannya di atas meja makan dan langsung ke dapur menemui Bu Siti yang sedang membuat minuman dan menyiapkan cemilan.
"Kamu, nak! ayo, bantu Ibu menyelesaikan ini, karena ibu harus menemui tamu di belakang!"
"Tia dan Lila kemana, Bu?"
"Mereka membersihkan halaman belakang, karena akan di buat bangunan baru!"
"Kalau sudah selesai bawa ke belakang ya!"
"Iya Bu!" jawab Annisa sambil menyelesaikan pekerjaannya.
Annisa membawa minuman dan cemilan ke belakang panti. Ada seorang sedang berbicara dengan Bu Siti, duduk membelakangi pintu belakang panti.
"Bu, ini minumannya!" Annisa meletakkan minuman dan cemilan di atas meja tanpa memperhatikan si pria.
Saat akan kembali masuk, tak sengaja Annisa melihat pria itu.
"Anda....!"
Furqan diam dan tak menjawab Annisa.
"Nisa...kamu mengenal dia?"
"Ti... tidak Bu, eh ke... kenal Bu!" jawab Annisa terbata-bata.
"Hai Nisa...apa kabar?" tanya Furqan
"Baik!"
"Kamu sudah buka paketnya?"
Apa? jadi paket itu dari dia.
Tanpa menjawab pertanyaan Furqan, Annisa menghampiri Bu Siti dan segera pamit pulang.
Nisa, apa salahnya kamu jawab saja pertanyaanku, kenapa harus berlalu seolah tidak melihatku!
Annisa segera meninggalkan panti menuju rumah pamannya. Di rumah pamannya, ia istirahat sejenak dan kemudian pamit pulang kerumahnya.
Annisa segera masuk ke dalam rumahnya dan duduk di ruang tamu.
Mengapa dia bisa ada di panti ? apa yang dia lakukan di sana? apa dia salah satu donatur panti? kenapa aku jadi memikirkan dia ?
Setelah kepergian Annisa, Furqan memberanikan diri bertanya pada ibu Siti.
"Bu, apa dia sering ke sini?"
"Ia, dia ke sini setiap hari Minggu. Dia gadis yatim piatu yang baik dan lembut, Ibu selalu berdoa agar suatu hari nanti ia menemukan laki-laki yang bisa menjadi imam yang baik dan menerima keadaannya!"
Furqan hanya diam saja mendengar penuturan Bu Siti. Hari sudah sore, kemudian Furqan pamit pulang dan mencium punggung tangan Bu Siti.
Dalam perjalanan pulang, Furqan kembali memikirkan Annisa. Ia tak menyangka akan bertemu dengan gadis itu, senyum terukir di bibirnya.
Furqan sampai depan rumahnya. Satpam membukakan pintu pagar. Furqan masuk langsung menuju garasi. Setelah itu dia masuk kerumah dan menuju kamarnya. selesai membersihkan diri, ia segera berpakaian dan turun untuk makan malam.
"Ada angin apa yang membuatmu makan malam di rumah? biasanya juga g pernah tuh makan di rumah, atau ada sesuatu yang ingin kamu bicarakan dengan kami semua? apa ada hubungannya dengan yang kamu rahasiakan?" Susi membom bardir Furqan dengan pertanyaan.
Furqan lebih banyak diam jika berada di rumah. Pertanyaan kakaknya dia anggap tak pernah ia dengar. Yang bertanyapun kebakaran jenggot.
"Fur...kalau di tanya jawab dong! kamu anggap aku ini orang gila ngomong sendiri, ha!" Susi meninggikan suaranya dan menatang tajam pada adiknya.
Fiona yang sudah siapkan dengan makanannya ikut bersuara.
" Kak... bisa g, kalau di saat makan tidak menciptakan perang, suara kakak itu seperti meriam peperangan, bisa-bisa selera makanku hilang kalau kakak meledak-ledak terus!"
"Fio, Susi, apa perlu ibu suruh bibi membuang semua makanan ini? kalau mau makan ya makan, jangan ribut terus, g baik nak!
Cepat makan, jangan ribut lagi, ibu pusing dengar kalian ribut terus!" Bu Fani menasehati anak-anaknya.
Susi dan Fiona saling menatap tajam satu sama lain, Furqan santai saja menyantap makanannya. Furqan lebih dulu menyelesaikan makan malamnya dan langsung ke lantai atas menuju kamar untuk istirahat.
Bu Fani, Susi dan Fiona hanya bisa geleng-geleng kepala dengan sikap sang Si CEO.
"Mbok, bereskan meja makan!" perintah Bu Fani pada Bi Inah pembantunya. Bi Inah pun menyelesaikan pekerjaannya dan kembali ke kamarnya.
"Jangan ada yang keluar malam ini, lebih baik kalian istirahat!" perintah Bu Fani pada anak- anaknya.
Tak ada yang membantah, dan mereka ke kamar masing-masing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments