Satu hari setelahnya badai sudah berhenti dan banyak kerusakan yang diakibatkan setelahnya. tak hanya rumah Alexa saja yang hampir roboh, rumah warga lain bahkan banyak yang roboh dan tinggal puing-puing saja.
Korban meninggal karena kejadian itu sekitar 50 orang, ratusan orang menderita luka ringan dan beberapa mengalami luka berat akibat tertimpa reruntuhan bangunan dan barang berat lainnya.
Saat itu para warga mengembumikan semua jasad yang sudah dikafani di pemakaman umum. Suasana tempat mendung meskipun langit biru cerah.
“hiks....hiks...ayah kenapa ayah pergi begitu cepat ?” ucap seorang gadis terisak di depan makam ayahnya sambil menabur bunga.
“Suami ku... kenapa kau tidak mengajakku pergi sekalian... aku bisa hidup tanpamu.” ucap seorang wanita yang menangis terisak di depan nisan suaminya.
Hal yang sama juga terjadi pada beberapa korban yang keluarganya meninggal dunia. Mereka sedih dalam duka yang mendalam.
Satu per satu warga keluar dari area pemakaman. Di sana tinggal lah Alexa seorang diri yang masih sesenggukan memegangi nisan ibunya.
“Ibu... bangun lah bu... apa Ibu tidak merasa kasihan aku hidup sebatang kara begini...” ucap Alexa yang masih bercucuran air mata dan tak bisa membendungnya. Gadis itu masih belum bisa menerima kepergian ibunya dan mengikhlaskannya.
Seorang lelaki yang juga ikut berbela sungkawa di pemakaman melihat Alexa yang masih berada di sana dari kejauhan menghampirinya.
“Lexa... sudahlah ayo kita pergi dari sini. Kau harus bisa menerima kepergian ibumu agar ibu mu tersenyum di sana melihatmu.” ucap lelaki itu berjongkok kemudian menarik Alexa berdiri.
“Rey... aku tak menyangka dalam sekejap ibuku pergi meninggalkan aku...” ucap Alexa menunduk sedih.
Rey yang merupakan teman dekat Alexa sejak kecil merangkul gadis itu dan mengajaknya segera berjalan keluar dari pemakaman karena jika terus berada di sana maka pasti akan sedih berlarut-larut.
“Lexa... bersabarlah. Semua ini sudah ditakdirkan. Kau harus menerima kenyataan ini.” ucap lelaki itu lagi untuk menenangkan Alexa.
Rey berjalan bersama Alexa keluar dari pemakaman dan mengantar gadis itu pulang ke rumahnya.
Rumah Alexa dan rumah para warga lainnya masih berantakan. Para warga bergotong-royong memperbaiki rumah mereka.
Di rumah Alexa ada beberapa orang yang sedang memasang atap rumahnya.
“Kau masuklah ke dalam dulu. Aku akan membantu yang lain memperbaiki rumah mu.” ucap Rey pada gadis itu setelah tiba di depan rumah.
Alexa masuk ke dalam rumah. Sedangkan Rey segera ikut naik ke atas untuk membantu.
Di dalam rumah, Alexa duduk termenung di kamar tempat ibunya biasa tidur. Dia menatap ke sekeliling kamar dan teringat kembali semua memori tentang ibunya, senyum nya dan Semua ucapan ibunya, semua nasehatnya yang selama ini sering tidak dia dengar.
Ada perasaan menyesal dalam hatinya karena selama ini dia sering membantah nasihat ibunya.
“Ibu... maaf selama ini aku belum membahagiakan dirimu dan sering membuatmu kesal...” ucap Alexa lirih sambil menyentuh bantal yang ada di sana seolah ibunya masih terbaring di sana dan membelainya.
Gadis itu kembali menitikkan air matanya yang sudah surut dan menghapusnya.
“Benar kata Rey... aku tak boleh terus-terusan larut dalam kesedihan...” gumamnya kemudian berdiri dan keluar dari kamar ibunya.
Alexa mendengar suara para warga yang membantu merenovasi rumahnya.
“dak... duk... dok...” suara palu beradu dengan kayu.
“Rey... tolong ambilkan genting nya...” ucap seorang warga pada Rey.
“Baik pak...” balas Rey lalu turun dari atap mengambil beberapa genteng dan laki-laki ganteng lalu memberikannya pada lelaki tadi.
“Benar... bukan saatnya untuk bersedih sekarang. Lebih baik aku membantu mereka.” batin gadis itu setelah mendengar suara keramaian di luar.
Alexa masuk ke dapur dan menyiapkan beberapa minuman untuk para warga yang ada di luar rumahnya.
Beberapa saat kemudian gadis itu keluar dengan membawa nampan berisikan beberapa gelas minuman dan menaruhnya di sebuah meja yang ada di terasnya.
Alexa berdiri di depan rumah dan menatap ke atas, menatap para warga yang masih sibuk merenovasi rumahnya.
“Pak Agan, Rey... dan semuanya turunlah dulu. Aku membuatkan minuman untuk kalian semua.” teriak Alexa dari bawah dengan nyaring.
Rey dan warga lainnya yang ada di atap rumah Alexa kemudian turun satu per satu dari sana dan menuju ke teras.
“Hwaah... segar sekali...” ucap Pak Agan mengambil satu gelas dan meminumnya.
Rey dan warga lainnya pun ikut mengambil minuman yang ada di meja karena mereka memang merasa haus.
Saat yang lain sedang istirahat sebentar, Alexa yang saat itu melihat ada tangga di samping tempatnya berdiri segera menaiki tangga itu dan naik ke atap.
“dok... dok... dok...” Cassia mengambil palu yang dia bawanya dari bawah tadi dan mulai memukulkan nya ke paku.
Rey menaruh kembali jelasin setelah mendengar suara dari atas atap dan segera berlari ke sana.
“Lexa... apa yang kau lakukan di sana ? Turunlah... ! teriak Rey dari bawah sambil menatap ke atas.
“Rey kau istirahat lah dulu bersama yang lainnya biar aku mengerjakan ini sebentar.” jawab Alexa dengan lantang menatap ke arah Rey.
Rey hanya diam saja jangan kembali bergabung bersama warga lainnya untuk beristirahat sebentar karena percuma saja jika dia memaksa Alexa untuk turun, gadis keras kepala itu tak akan mendengar perintahnya.
Rey tersenyum kecil setelah melihat Alexa yang kembali bersemangat dan sudah tidak bersedih lagi.
BERSAMBUNG....
Dear pembaca semua
Tolong dukungannya untuk karya ini dengan menuliskan komentar atau masukan beserta saran untuk memberi semangat pada penulis.
Terima kasih 💋💋
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
dewi api
Kenapa Ibunya Alexa tidak meninggalkan catatan ataupun diare tetanf masa mudanya dulu
2022-08-26
0
baiq fathiyatirrohmi
lanjut Thor 👌👌👌 seeeemangaaaattt 💪💪💪
2022-05-29
0
sandîago
Bagaimana kelanjutannya
2022-05-28
0