Seminggu sudah berlalu dengan segala rentetan kejadian suka maupun duka. Semenjak malam itu Sasya selalu teringat dengan peri kecilnya. Apakah dia baik- baik saja setelahnya. Apa laki-laki kasar itu justru membuatnya tersiksa. Huh! Sasya menghela nafas. Batinnya berkecamuk tak bertepi.
Sasya bahkan beberapa kali mengunjungi cafe tempat dia bertemu dengan peri kecilnya berharap bisa bertemu lagi. Namun tak sesekali pun keinginannya terjadi.
Sasya melangkahkan kakinya dengan malas. Hari ini sama sekali tak ada semangat yang menghinggapinya.
Plak! Tepukan di bahunya membuat dia tersentak kaget. Di segera berbalik ingin membalas. Namun setelah tahu siapa pelakunya, gadis cantik itu mengurungkan niatnya.
"Kamu kenapa sih pagi- pagi nyulut emosi aku! " tukas gadis berambut sebahu itu yang terlihat lebih anggun dengan bando berwarna ungu.
" Kamu itu jangan suka bete di pagi yang cerah gini, Sya..." balas Vega, sahabat terbaiknya yang menurutnya benar-benar tulus menyayanginya. Sahabatnya ini memang terkadang suka bertindak seenaknya sendiri. Sedikit urakan juga sih tapi sungguh dia adalah *t*he best - lah buat Sasya.
" Justru kamu yang uda bikin aku bete di pagi yang cerah ini, Ve." Sasya membalikkan badan melanjutkan langkah malasnya menuju kelas 1A.
Vega tersenyum nakal menyusul sahabatnya yang sudah berhasil dibuatnya ngomel-ngomel sendiri. Begitulah caranya menggoda gadis mancung bermata sipit yang duduk sebangku dengannya itu.
Anak-anak kelas 1A akhirnya mendapat jam istirahatnya setelah melalui 3jam bersama Pak Dismas guru matematika yang menjadi pujaan para siswi SMA XX karena ketampanan dan body atletis nya.
" Mau ke kantin gak, Sya? " tanya Vega menghadap Sasya yang dilihatnya dari tadi hanya mencoret- coret gak jelas buku catatan nya.
" Kamu duluan aja, Ve. Aku lagi males. " balas Sasya datar. Entah kenapa hatinya merasa sangat rindu dengan gadis kecil yang ditemuinya di cafe seminggu yang lalu.
" Kamu kenapa sih, Sya? " tanya Vega yang tahu ada yang tidak beres dengan sahabat yang sudah menemaninya sudah satu semester ini. "Atau lagi gak enak badan? "
Sasya tahu sahabatnya ini sedang mengkhawatirkannya. Sasya tersenyum. Bahkan senyumnya dibuat semanis mungkin. Berharap kekhawatiran nya segera sirna. " Aku gak papa, sayang... "
"Beneran?"
"Heeh..." Sasya menganggukkan kepalanya dengan mantap.
" Ya udah, aku duluan ke kantin ya. Udah kelaperan banget soalnya. Cepetan nyusul ya, " Vega berdiri dari kursinya beranjak menuju kantin tapi sebelumnya tak lupa dia menoel pipi cabi milik Sasya.
" Awww! " Sasya meringis. Dielus nya pipi cabinya yang sedikit memerah. Tapi bukannya marah, Sasya justru tersenyum bahagia. "Kamu memang selalu bisa membuat aku tersenyum, " gumamnya lirih.
🍀🍀🍀
Bel berbunyi tanda berakhirnya waktu istirahat siswa SMA XX. Bu Indri selaku pengajar mapel kimia sekaligus wali kelas 1A memasuki kelas 1A dengan senyum hangatnya.
Masyarakat 1A merasa sangat beruntung memiliki Bu Indri sebagai wali kelas mereka. Sosok keibuannya yang kental, senyumnya yang hangat, berwibawa dan penyayang. Mereka sampai merasa memiliki sosok ibu di sekolah.
" Anak-anak, " sapa Bu Indri penuh kehangatan. " Sebelum kita memulai pelajaran, ibu akan mengenalkan murid baru untuk kalian."
Bertepatan dengan penjelasan Bu Indri, Bu Imelda terlihat memasuki kelas 1A diikuti seseorang yang tampan. Semua siswa terpesona akan ketampanan murid baru itu. Kecuali gadis berbando ungu itu. Dia masih saja asyik mencoret-coret buku catatannya. Rupanya dia tidak menghiraukan penjelasan Bu Indri sedari tadi.
" Oh my God! "Vega menepuk-nepuk lengan gadis di sebelahnya. " Tampan sekali murid baru itu Sya.. "
Vega sampai melongo saking kagumnya. Rasanya baru kali ini dia melihat cowok setampan ini. Gaya rambut msndarinnya seakan melengkapi pesonanya.
Vega melirik sahabatnya yang sama sekali tidak merespon nya. Dibiarkannya saja karena Vega sedang ingin menikmati kekagumannya pada cowok yang berdiri di samping wali kelasnya itu. Andai aja aku punya cowok setampan dia.Batin Vega dalam hati.
" Silakan perkenalkan diri kamu, Nak" tukas Bu Indri lembut.
Cowok berkulit putih itu mengangguk. "Teman-teman semua, perkenalkan nama saya Raymond Pratama. Saya pindahan dari SMA X. Alamat saya di Jalan B."
Deg! Seketika jantung Sasya terasa berhenti mendengar murid baru itu menyebutkan namanya. Sasya mendongakkan kepalanya. Dugaannya ternyata benar. Dia memang orang yang bersama peri kecilnya malam itu.
Bibir Sasya menyunggingkan senyum. Ada kelegaan terlintas di hatinya. Tapi tiba-tiba kelegaan itu seketika berganti dengan kemarahan. Dia teringat kembali dengan perlakuan kasar Raymond yang begitu membuat peri kecilnya ketakutan.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
💞Amie🍂🍃
nyicil dulu ya kak, ditunggu feedbacknya
2022-11-28
0