Chika mengajak Sasya duduk di kursi panjang di sudut taman. Mereka asyik melihat pemandangan taman kota yang asri. Orang- orang asyik berlalu lalang. "Sya... " tiba-tiba Chika menunjuk ke salah satu tempat. " Coba kamu lihat deh." Chika tersenyum. "Lucunya... Ihh,Gemes... "
Sasya tersenyum. Dipandangi nya apa yang ditunjuk oleh sepupunya. Dua gadis kecil memakai gaun biru muda. Masing-masing berkuncir dua pad tatanan rambut kriwil nya. Wajah mereka berdua nyaris sama. Hanya tahi lalat di atas bibir pada yang lebih aktif dari yang lain, yang membedakannya.
Tiba-tiba Sasya merengkuh Chika dengan lembut. Tak terasa air matanya menitik tanpa dia sadari.
" Sya... " Chika tersentak kaget dengan sikap sepupunya yang tiba-tiba. Sama sekali dia tak bisa meraba maksud pelukan tersebut dan lagi dia menangis. Tapi kenapa? Padahal jelas- jelas dia hanya menunjukkan dua gadis kecil kembar nan cantik dan lucu. Dimana letak kesedihannya coba. Chika hanya bisa berkecamuk dalam hatinya.
Sasya tak membalas ucapan sepupunya. Dia malah mempererat pelukannya. Setelah beberapa waktu barulah Sasya melepas pelukannya. Seperti seseorang yang menemukan kesadarannya kembali.
Chika hanya bisa bertanya-tanya dalam hatinya. Karena dia tahu dengan bertanya pun dia yakin Sasya tak akan menjawabnya. Dia mengenal Sasya sangat dekat. Terkadang dia merasa seperti lebih mengenal Sasya ketimbang dirinya sendiri.
Sasya yang sudah merasa menemukan kesadarannya kembali segera merapikan poninya yang menutupi matanya akibat tiupan angin yang cukup kencang saat itu. Dia menjadi terlihat sedikit salah tingkah.
" Oh ya Chik, gimana skul kamu?" Sasya tampak mengalihkan arah pembicaraan mereka. Itu pertanda bahwa Sasya menghindari pertanyaan sepupunya karena tingkah anehnya barusan. Dan Chika sangat paham akan hal itu. Meskipun ada sejuta tanya dalam hatinya, tapi dia tahu sepupu sekaligus sahabatnya itu tak bisa di ganggu gugat.
Chika tersenyum samar. " Semua baik- baik saja Sya." Chika memandang lurus ke arah gadis bermata sipit itu. " Kalau kamu? "
" Sama, "balas Sasya datar. " Tak ada hal yang istimewa. Semua berjalan sesuai alurnya. " Sasya terlihat begitu tidak bersemangat.
" Aku sudah bilang sama mama papa kalau aku minta pindah ke sekolah kamu, Sya. "
Perkataan Chika membuat Sasya membelalakkan matanya. Ada kebahagiaan tersirat di wajahnya. " Benarkah?"
Chika menganggukkan kepalanya. " Tapi mereka tidak menyetujuinya, " wajah Chika tampak muram.
" Sayang sekali ya Chik, "tampak gurat kekecewaan terlihat di wajahmu Sasya. " Its okay. mungkin suatu saat mereka berubah fikiran. Don't worry girl.., " Sasya mencoba menghibur sepupu sekaligus dirinya sendiri.
Akhirnya mereka melanjutkan obrolan. Banyak sekali yang mereka bicarakan. Bersenda gurau bersama dalam ceria. Saat matahari mulai tenggelam, mereka memutuskan untuk pulang.
Chika dan orang tuanya berpamitan pulang. Sasya berpikir mereka akan menginap tapi ternyata salah. Kekecewaan kembali menyelimuti hati dua sejoli itu.
Malam yang dingin membuat tubuh Sasya menggigil. Badannya panas. Kepalanya dirasa berputar- putar. Sasya seakan merasa kepalanya kian berat.
" Tok... tok... tok... " Sasya merasa beruntung ada orang datang ke kamarnya. Karena memang sepertinya dia membutuhkan pertolongan.
Bunda Nayla, mamanya Sasya masuk ke kamar Sasya. Beliau kaget melihat keadaan Sasya yang jauh dari kata baik. " Kamu kenapa sayang? "tanya Bunda Nayla sambil menempelkan punggung tangan ke dahi anak gadisnya itu. " Demam kamu tinggi sayang. Bunda telpon Dokter Yeni dulu ya sayang. "
Tanpa menunggu respon persetujuan dari Sasya, Bunda Nayla segera mengambil handphone nya dan segera menghubungi dokter Yeni, dokter andalan keluarga Setyawan yang telah setia melayani keluarga Setyawan dari turun temurun.
Bunda Nayla kembali ke kamar Sasya membawa air hangat dalam waskom beserta handuk kecil. Bunda segera mengompres dahi Sasya berharap bisa mengurangi demamnya walau sedikit.
Sedangkan di seberang sana Chika merasakan kepalanya pusing, badannya demam. Chika merasa aneh dengan tubuhnya. Karena beberapa waktu lalu dia masih bisa merasakan kondisi tubuhnya fit tapi kenapa mendadak dia terserang demam.
Chika segera mengambil tablet paracetamol persediaan nya di laci. Membukanya satu lalu meminumnya dibantu dengan segelas air yang memang selalu tersedia di atas nakas sebelah ranjangnya.Kemudian diambilnya lagi satu tablet obat tidur. Berharap dia bisa cepat terlelap dan saat bangun rasa sakitnya sirna.Setelahnya dia kembali merebahkan tubuhnya di pembaringan.
Chika tak kunjung terlelap dengan kondisi tubuhnya seperti itu. Kini demamnya disertai menggigil. Chika meraih handphone di atas nakas berniat menghubungi mama Maya, mama tercintanya untuk meminta pertolongan. Namun dia mengurungkan niatnya. Seketika dia teringat dengan sepupunya. Jika tebakannya benar, pasti terjadi sesuatu pada Sasya.
Chika segera mengklik beberapa kali dan tak lama dia tersambung dengan orang di seberang sana.
" Halo," jawab seseorang di seberang sana tapi jelas itu bukan suara Sasya. Chika mengenalnya. Chika yakin itu suara bunda Nayla.
" Halo Tante Nayla, " balas Chika. " Kog Tante yang pegang handphone Sasya? Emangnya Sasya kemana Tante? " lanjut Chika penasaran. Tidak biasanya Sasya membiarkan handphone nya dipegang orang lain meskipun bundanya sekalipun. Chika jadi tambah yakin pasti memang terjadi sesuatu pada sepupu tersayang nya.
" Sasya nya lagi demam tinggi sayang, jadi tante yang angkat telponnya. " Bunda Nayla menjelaskan. "Apa Chika ada perlu sama Sasya? "
Deg! Tubuh Chika melemas.Namun dia berusaha sekuat tenaga memaksakan suaranya keluar untuk membalas pertanyaan tantenya. " Ttti.. tidak kog Tant," Chika sedikit tergagap. "Chika cuma mau ngobrol sama Sasya tadinya. Kalau begitu lain kali Chika telpon lagi saat Sasya sudah baikan. Salam buat Sasya ya Tant. Semoga Sasya cepet sembuh, amin... "
" Amin... makasih ya sayang." setelah terdengar balasan dari tante Nayla, Chika langsung memutuskan sambungan.
Untuk kesekian kalinya ini terjadi lagi. Benar kan dugaanku. Tapi bagaimana ini bisa terjadi. Apa mungkin kejadian yang tak hanya sekali dua kali ini hanya merupakan kebetulan. Atau memang sebenarnya rasa sakitmu adalah rasa sakitku? Tapi bagaimana mungkin?
Batin Chika berkecamuk mencoba mencari kebenaran yang terjadi. Namun, tak kunjung di dapatkannya. Semua terasa tak masuk akal. Hingga akhirnya dia terlelap juga akibat dari pengaruh obat tidur yang tadi di minumnya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
💞Amie🍂🍃
kebetulan kok berkali- kali
2022-11-28
0