Pertemuan Tak Terduga

Hidangan makan malam yang mewah dan lezat itu seakan terlantar. Tak ada yang tersentuh sedikitpun. Entah mengapa rasanya nafsu makan Sasya yak kunjung mencuat. Padahal tadi dia merasa perutnya sangat lapar. Hingga dia memesan beberapa menu makanan lengkap beserta dessertnya.

Sasya mengedarkan pandangan keluar. Kebetulan Sasya duduk persis di sebelah jendela sehingga dia bisa leluasa melihat pemandangan di luar cafe tempatnya memesan makanan. Pandangan Sasya terhenti saat mendapati seorang anak kecil terlihat menangis sesenggukan di sudut taman cafe.

Seketika hati gadis berambut hitam lurus sebahu itu tergetak tanpa komando. Kedua kaki jenjang nya melangkah menuju pintu keluar cafe.

" Maaf Nona, silahkan Anda membayar bill terlebih dahulu, " seorang waitress tampak mencegat langkah kaki gadis berkulit putih seputih susu tersebut.

Sasya tersenyum lembut. Tak ada sedikitpun perasaan marah karena dianggap berniat kabur tanpa membayar. "Saya akan kembali lagi Mbak, saya hanya ingin menjemput adik saya diluar. "

Nampaknya waitress berambut ikal itu tak sepenuhnya mempercayai ucapan Sasya. "Mbak lihat saja makanan saya belum sama sekali saya makan. Itu karena saya menunggu adik saya, " tambah Sasya beralasan. Tapi nampaknya Sasya tahu pelayan cantik itu belum bisa sepenuhnya percaya padanya. "Baiklah jika memang Anda meragukan saya, Anda boleh ikut saya keluar. "

Sasya tak lagi mempedulikan respon dari pelayan cafe tersebut. Entah mengapa dia ingin segera menjumpai gadis kecil yang dilihatnya tadi dari jendela.

" Sayang... " sapa Sasya sambil berjongkok tepat di sebelah gadis kecil yang menunduk dalam sesenggukan tangisnya itu. Dibelainya rambut poni yang menjuntai menutupi sebagian area wajah mungilnya yang menggemaskan.

Gadis kecil itu mendongakkan kepala. Menatap Sasya dengan mata sembabnya. Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari bibir mungil nan merah semerah delima.

" Kamu sendirian sayang?" lanjut Sasya. Dia tahu pelayan cantik itu sedang menunggu dan mengawasinya. " Kenapa menangis? " Sasya tambah mengelus kepala gadis yang masih tak mau membuka mulutnya.

" Ikut kakak ke dalam yuk. Kakak udah pesen banyak makanan tapi kakak sedih karena tidak ada yang menemani makan, " rayu Sasya dengan wajah terlihat sedih.

Lagi-lagi tak ada tanggapan dari yang dirayu. Sasya jadi frustasi sendiri. Apalagi pelayan yang tengah berdiri beberapa langkah darinya terlihat sudah tak ramah lagi.

" Mau ya sayang, please..." Sasya mengatupkan kedua tangannya di depan dadanya. Betapa senang hatinya saat mendapatkan anggukan beberapa saat setelahnya. Sasya meraih tangan dengan jari- jari mungil nan halus itu.Digandengnya dengan penuh kelembutan dan kasih sayang

memasuki cafe diikuti pelayan cantik yang sudah seperti bodyguard saja.

Sasya membantu gadis kecil itu duduk di kursi. Segera dia menawarkan makanan yang mungkin diminati gadis yang menurut Sasya seperti seorang peri kecil dengan kecantikan naturalnya.

Mereka makan bersama dengan lahapnya. Keceriaan mulai tersulut di wajah peri kecil Sasya lewat senda gurauan yang Sasya ciptakan. Ya begitulah Sasya memanggil gadis kecil itu. Sasya bahkan tak ingin menanyakan nama gadis kecil yang tengah makan bersamanya.

" Boleh kakak memanggilmu peri kecil, sayang?" tanya Sasya saat peri kecilnya melahap sendok terakhirnya.

Peri kecilnya mengangguk dan tersenyum. "Dan aku akan memanggil kakak dengan.... " peri kecil terdiam agak lama. Dia mencoba mencari panggilan yang paling tepat untuk malaikat cantik yang begitu baik dan lembut padanya. Bahkan mampu menghapus kesedihan yang sedari tadi membelenggunya. "Kakak cantik. "

Senyum peri kecil merekah. Sasya mengacungkan kedua jempolnya.

"Silvy! " teriak seorang yang tanpa Sasya sadari sudah ada di depan peri kecilya. Mata hitamnya melotot. Wajahnya tampak merah padam. Sasya bisa merasakan kemarahan tengah menguasai pria tampan bertubuh kekar di hadapannya.

Peri kecil yang ternyata bernama asli Silvy itu menatap dengan penuh ketakutan. Seketika bulir-bulir bening menerobos mata indahnya.

Sasya terperanjat. " Maaf! Bisakah Anda bersikap lebih lembut padanya. " Sasya menatap wajah tampan di hadapannya dengan tatapan tajam. "Apa Anda tidak sadar sikap Anda membuat dia begitu ketakutan."

Tentu saja tatapan tajam Sasya justru membuat api kemarahan pria tampan di depannya semakin berkobar. " Kau! "Pria tampan bergaya rambut Mandarin itu mengacungkan ibu jari persis di depan mata Sasya. " Tidak perlu mengguruiku! "tambah nya dengan suara lantang hingga membuat beberapa pelanggan cafe yang mendengar mengarahkan pandangan ke arah Sasya.

Seketika Sasya merasa kikuk karena merasa semua mata tertuju padanya. Terlihat pria tampan itu menarik tangan Silvy dengan kasar. Dengan cepat Sasya menyambar tangan mungil Silvy dan membuat tangan mungil itu terlepas dari genggaman tangan pria itu.

Pria itu menyadari Silvy sudah tidak lagi dalam genggaman nya. Amarahnya sudah benar-benar naik ke ubun- ubun. Tangganya mengepal dan bergetar. " Silvy! " teriaknya lebih meninggi.

Wajah Silvy terlihat semakin ketakutan. " Ii...iii... ya Kak Raymond. " Silvy segera berlari menghampiri kakaknya yang entah beberapa hari ini menurutnya berubah 180 derajat. Kakak yang biasanya penyayang dan selalu lembut tiba- tiba berubah menjadi kasar dan pemarah.

Sasya hanya melongo melihat Silvy menghampiri pria kasar itu dan pergi meninggalkan nya begitu saja. Sasya menghela nafas panjang. Dia kembali duduk di kursinya. Semoga kamu baik- baik saja peri kecil. Gumamnya lirih.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

💞Amie🍂🍃

💞Amie🍂🍃

sasya suka idaman banget deh

2022-11-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!