“Rae.. kumohon angkatlah.” Herjuno mendesah frustasi. Sepanjang perjalanan ini dia terus berusaha menghubungi Aurorae , tapi tidak sekalipun dijawab. Entah sudah berapa belas kali dia coba menelepon. Dia semakin gelisah. Tinggal beberapa menit lagi dia akan sampai di kediamannya. Tadinya dia berharap bisa bicara dengan kekasihnya sebelum benar-benar sampai dirumah . Sebelum menghadapi pertengkaran dengan Megumi yang sudah pasti menunggunya. Tapi nihil , seperti Megumi, nampaknya Aurorae juga sama terlukanya.
Herjuno mendesah kasar. Mobilnya telah masuk ke dalam pagar rumahnya yang tidak tertutup. Dia punguti tas kerja dan jas dari bangku sebelah, memutuskan keluar dengan enggan.
“ Papa sudah pulang? “ Haidar , putra satu-satunya berlari riang menghampirinya.
“ Aku menunggu Papa sejak tadi. “ ucapnya lagi setelah berhasil memeluk kaki Papanya.
“ Oh ya? Apa Haidar merindukan Papa?” Herjuno berjongkok sejajar dengan tinggi putranya yang baru berusia 4 tahun itu.
“ Tidak , aku hanya ingin diambilkan es krim di atas.” Haidar terkekeh saat Herjuno menggelitik pinggangnya.
“ Haidar menunggu Papa hanya untuk diambilkan eskrim? Kemana Bi Lilis dan Mama?”.
“Bi Lilis sudah sejak siang pulang kerumahnya , katanya tidak kembali lagi karena Abang Zhafran sakit. Mama ada dikamar, tadi hanya keluar untuk memandikan aku , setelah itu masuk lagi. “ Haidar mengerucutkan bibirnya.
“Baiklah , ayo Papa yang ambilkan.” Ucap Herjuno langsung menggendong putranya.
**
“Apa kau tidur? “ tanya Herjuno mendapati istrinya tidur memunggungi pintu kamar mereka.
Herjuno mendesah kasar karena pertanyaannya tidak mendapat tanggapan, padahal ia tahu istrinya itu tidak benar-benar tidur.
“Setidaknya jangan mengabaikan Haidar. Dia masih terlalu kecil untuk bisa menjaga dirinya sendiri.”
Cih. Megumi mencebik.
“Berhentilah berpura-pura menjadi suami dan Ayah yang baik. “ jawab Megumi akhirnya , masih memunggungi Herjuno.
“Aku memang bukan suami yang baik, marahlah kalai kau ingin marah. Tapi jangan abaikan Haidar. Perhatikan dia , pastikan dia selalu dalam pandanganmu.” Herjuno meradang.
“Aku mengabaikan Haidar? Apa kau tidak malu mengatakannya? Empat tahun aku menjadi Mamanya , aku yang selalu menjaganya sepanjang hari. Kenapa tiba-tiba mempertanyakan caraku mengasuhnya? Hanya karena kebusukanmu dan ****** itu terbongkar, jangan lantas mencari-cari juga kesalahanku untuk menutupi kelakuan busukmu. “ Megumi berteriak sembari menatap nyalang suaminya. Tak lupa tangan yang teracung di depan wajah Herjuno.
Herjuno meraih jari telunjuk Megumi dihadapannya. Meremasnya kuat.
“Pelankan suaramu.” Herjuno menatap tak kalah nyalang.
“ Kenapa? Kau takut Haidar mengetahui pria macam apa Papanya ini? “ Megumi tak gentar.
Herjuno melepas cekalan tangannya. Percuma saja berdebat , Megumi tidak dalam keadaan bisa menguasai emosinya.
“ Apa maumu? Jika ingin bicara , mari bicara baik-baik. Jika tidak , maka abaikan saja aku. Aku tidak ingin bertengkar, terlebih di hadapan Haidar.”
“ Kau benar-benar egois Juno. Setelah menyakitiku seperti ini, aku tidak boleh marah padamu? Apa wanita itu menghasutmu lagi siang tadi setelah aku menemuimu? Apa dia mengadu bahwa aku memakinya hah?” Lagi-lagi Megumi kehilangan kendali.
Herjuno mendesah lagi. Kemudian duduk di ranjang bersebelahan dengan Megumi. Dia raih tangan istrinya , dia genggam lembut. Megumi membiarkan saja.
“ Me.. dengar. Marahlah. Aku memang bersalah. Tapi kumohon , jangan saat Haidar mungkin saja mendengar suaramu. Kalau kau ingin melampiaskan kemarahanmu padaku , mari kita cari tempat di luar rumah. Bisa di hotel atau dimanapun. Agar kau bisa marah sepuasmu. Kau menyayangi Haidar bukan? Akupun sama. Ayo kita kendalikan diri kita agar tidak sampai menyakitinya. Hem?.” Herjuno berucap sangat lembut. Hingga Megumi sesaat meluluh. Dia hanya terisak pelan sambil membalas genggaman tangan suaminya.
“ Dan lagi kumohon, berhentilah hanya menyalahkan Aurorae. Aku juga bersalah, sangat bersalah. Akulah yang paling menyakitimu. Hari ini dia tidak ke kantor, bagaimana mungkin dia menghasutku.” Katanya lagi.
Mendengar Herjuno membela wanita itu, Megumi kembali meradang. Dia hempas kasar tangan suaminya.
“ Berhentilah membelanya , Herjuno Ardhi ! Entah apa yang sudah dilakukan wanita ****** itu hingga kau tidak pernah bosan membelanya. Aku ini istrimu , Istrimu kalau kau lupa!” Megumi berteriak tak terkendali. Didorongnya Herjuno sekuat tenaganya. Dilemparnya bantal guling yang berada dijangkauan tangannya.
“ Mama.. kenapa Mama menangis? “ ketukan pintu kamar dari luar disambung dengan suara putranya yang bertanya sambil ikut menangis juga.
“ Kau puas? Haidar menangis dengarlah. Kau ini benar-benar. “ kesal Herjuno membentak dengan suara tertahan.
“ Haidar Haidar Haidar sejak tadi kau menjadikan Haidar senjata untuk menyalahkanku. “ Megumi tak peduli lagi.
“ Diam. Kau membiarkan pagar dan pintu utama terbuka. Haidar bermain seorang diri tanpa ada orang dewasa yang mengawasi. Sedangkan kau , sibuk dengan perasaanmu sendiri. Aku hanya memperingatkan mu , jangan sampai karena dirimu , Haidar terluka. “
Herjuno mencengkeram rahang istrinya. Pelan , bahkan tidak menimbulkan bekas , tidak sakit juga. Tapi diperlakukan seperti itu membuat hati Megumi semakin terluka.
Herjuno segera melangkah membuka pintu, langkahnya keluar kamar sambil menutup pelan pintu kamarnya. Didepan kamar sudah ada Haidar yang menangis terisak. Herjuno menghembuskan nafasnya pelan. Dia berjongkok mensejajarkan diri nya dengan tinggi badan putranya.
“ Haidar kenapa menangis disini? “ usapnya pelan di kedua lengan Haidar.
“ Papa , kenapa Mama menangis?”
“ Mama menangis? Tidak , mama sedang tidur didalam , kenapa Haidar bilang Mama menangis? “ bohongnya. Saat ini memang sudah tidak terdengar lagi suara isak Megumi didalam sana.
“ Haidar tadi dengar ada yang menangis didalam kamar Papa. Itu suara Mama.” Jawabnya masih dengan terisak.
“ Bukan. Haidar salah dengar. Mama sedang tidur. Ayo kita tunggu Mama di taman belakang. Kalau kita berisik, nanti Mama terbangun. “ Herjuno menggendong putranya kearah taman.
“ Papa.. Haidar ingin puding.”
“ Baiklah.. Papa ambilkan , Haidar tunggu di taman oke?” Haidar mengangguk dan berlari riang menuju taman belakang rumahnya.
Herjuno menatap punggung putranya dengan iba. Entah apa yang dipikirkan nya sekarang.
**
Herjuno tergesa-gesa memasuki gedung kantornya. Langkahnya yang terburu-buru menarik perhatian semua orang yang pagi ini ada di lobby. Menatap heran ke arah Herjuno , pasalnya masih tiga puluh menit lagi sampai jam masuk kantor di mulai.
Setiba di lantai empat , dia bergegas keluar dari lift dan berbelok ke arah kiri. Ada beberapa divisi yang di tempatkan di lantai empat ini, ke arah kiri lift adalah divisi Marketing, dimana Herjuno menjabat sebagai Marketing Manager dan Aurorae sebagai salah satu staff nya. Tidak banyak ruangan disana. Hanya ada kubikel-kubikel yang tertata rapi , untuk kurang lebih empat puluh staff divisi Marketing. Dan diujung sebelah kanan ada satu ruangan untuk Manager , ruangan Herjuno.
“ Apa Aurorae belum datang? “ Tanya nya pada Farhan , salah satu staffnya setelah pandangannya berkeliling tapi tidak menemukan wanita yang dicarinya.
“ Sepertinya belum Pak. “ jawab Farhan dengan tatapan menyelidik yang tidak disadari Herjuno. Farhan memang sudah mengetahui ada hubungan spesial antara Managernya dengan Aurorae , wanita yang menarik perhatiannya. Selain Farhan, beberapa staff lain juga menyadari ada hubungan yang tidak biasa diantara dua orang itu.
“ Minta dia ke ruangan saya saat sudah datang.” Titah Herjuno sambil berbalik, lalu menuju ke ruangannya.
Farhan hanya mengangguk pelan.
**
Aurorae melangkah perlahan memasuki gedung perusahaan tempatnya bekerja. Untuk pertama kali dalam hidupnya, dia berharap dipecat dari pekerjaannya. Sebab mengajukan resign tidak mungkin, kontrak yang dia tanda tangani delapan belas bulan lalu , mewajibkannya membayar penalti yang tidak sedikit jika dia mengundurkan diri. Sepuluh kali lipat dari gaji yang dia terima setiap bulannya. Dan masih ada enam bulan lagi sampai masa kontraknya habis.
“ Bertahanlah Rae.. sebentar lagi. Hanya enam bulan. “ hatinya menyemangati diri sendiri.
Semakin dekat dia dengan kubikelnya , semakin dia memperlambat langkahnya. Jantungnya berdebar sangat kencang. Sesungguhnya dia berharap tidak perlu bertemu Herjuno hari ini. Dia takut akan melemah , keputusan yang sudah mantap di pikirkannya sejak semalam dia takut akan mengingkarinya sendiri.
“ Huft.. “ Aurorae menghembuskan nafasnya pelan sembari menjatuhkan bokong di kursi kerjanya. Hari ini dia bertekad akan menjauhi Herjuno.
“ Rae.. kau baru datang? “ Farhan bertanya pelan sembari berdiri di balik kubikelnya yang hanya berjarak satu meja dari meja Aurorae.
“ Hem...” Aurorae menoleh , lalu mengangguk pelan.
“ Pak Juno tadi pagi sekali sudah mencarimu. Masuklah , dia berpesan agar kau segera menemuinya saat sudah datang.” Farhan menyampaikan pesan yang pagi tadi ia dengar. Mengedikkan dagunya ke arah ruangan Herjuno.
“ Sungguh? Apa dia sudah datang sepagi ini? Ah.. “ Aurorae memelototi Farhan sambil mendesah frustasi. Dangan jari memijat pelan pelipisnya.
Farhan mengangguk , menatap heran.
“ Ada masalah apa?”
“Ah , tidak.. “ Aurorae beranjak dari duduknya. Dengan langkap pelan dia berjalan menuju ruangan managernya. Seperti enggan.
Farhan yang memperhatikan pergerakan wanita itu menatap tak percaya. Biasanya Aurorae akan bersemangat sekali, memasuki ruangan managernya dengan riang.
“ Apa mereka bertengkar? Putus saja kumohon. “ gumam Farhan didalam hatinya.
**
Tok tok tok.
Herjuno mendongakkan kepalanya. Menatap sebentar ke arah pintu.
“Masuklah.” Jawabnya pelan sambil lalu kembali fokus pada berkas-berkas di hadapannya.
“Apa Bapak mencariku?” Aurorae menundukkan wajahnya.
Herjuno lekas mendongakkan lagi kepalanya setelah mendengar suara yg sejak kemarin dia rindukan.
Dia segera berdiri, berjalan cepat mendekati kekasihnya.
“Sayang... aku merindukanmu”. Kedua tangannya sudah siap meraih tubuh Aurorae ke dalam pelukannya.
Tapi sebelum sempat tangan itu benar-benar meraihnya , Aurorae mundur perlahan.
“ Tolong jangan menyentuhku.” Ucapnya dengan bibir bergetar.
Herjuno berhenti. Menatap tidak percaya wanita didepannya.
“ Sayang.. ada apa?”
Aurorae memberanikan diri mengangkat wajahnya. Ditatapnya lekat laki-laki dihadapannya.
“ Mari kita berhenti. Kita akhiri semuanya cukup sampai disini. “
**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Kustri
bagus aurorae, akhiri saja... cari yg single, kau pasti bs
2023-10-14
0