Bagian 4 - Mari Kita Akhiri

“Rae.. kumohon angkatlah.” Herjuno mendesah frustasi. Sepanjang perjalanan ini dia terus berusaha menghubungi Aurorae , tapi tidak sekalipun dijawab. Entah sudah berapa belas kali dia coba menelepon. Dia semakin gelisah. Tinggal beberapa menit lagi dia akan sampai di kediamannya. Tadinya dia berharap bisa bicara dengan kekasihnya sebelum benar-benar sampai dirumah . Sebelum menghadapi pertengkaran dengan Megumi yang sudah pasti menunggunya. Tapi nihil , seperti Megumi, nampaknya Aurorae juga sama terlukanya.

Herjuno mendesah kasar. Mobilnya telah masuk ke dalam pagar rumahnya yang tidak tertutup. Dia punguti tas kerja dan jas dari bangku sebelah, memutuskan keluar dengan enggan.

“ Papa sudah pulang? “ Haidar , putra satu-satunya berlari riang menghampirinya.

“ Aku menunggu Papa sejak tadi. “ ucapnya lagi setelah berhasil memeluk kaki Papanya.

“ Oh ya? Apa Haidar merindukan Papa?” Herjuno berjongkok sejajar dengan tinggi putranya yang baru berusia 4 tahun itu.

“ Tidak , aku hanya ingin diambilkan es krim di atas.” Haidar terkekeh saat Herjuno menggelitik pinggangnya.

“ Haidar menunggu Papa hanya untuk diambilkan eskrim? Kemana Bi Lilis dan Mama?”.

“Bi Lilis sudah sejak siang pulang kerumahnya , katanya tidak kembali lagi karena Abang Zhafran sakit. Mama ada dikamar, tadi hanya keluar untuk memandikan aku , setelah itu masuk lagi. “ Haidar mengerucutkan bibirnya.

“Baiklah , ayo Papa yang ambilkan.” Ucap Herjuno langsung menggendong putranya.

**

“Apa kau tidur? “ tanya Herjuno mendapati istrinya tidur memunggungi pintu kamar mereka.

Herjuno mendesah kasar karena pertanyaannya tidak mendapat tanggapan, padahal ia tahu istrinya itu tidak benar-benar tidur.

“Setidaknya jangan mengabaikan Haidar. Dia masih terlalu kecil untuk bisa menjaga dirinya sendiri.”

Cih. Megumi mencebik.

“Berhentilah berpura-pura menjadi suami dan Ayah yang baik. “ jawab Megumi akhirnya , masih memunggungi Herjuno.

“Aku memang bukan suami yang baik, marahlah kalai kau ingin marah. Tapi jangan abaikan Haidar. Perhatikan dia , pastikan dia selalu dalam pandanganmu.” Herjuno meradang.

“Aku mengabaikan Haidar? Apa kau tidak malu mengatakannya? Empat tahun aku menjadi Mamanya , aku yang selalu menjaganya sepanjang hari. Kenapa tiba-tiba mempertanyakan caraku mengasuhnya? Hanya karena kebusukanmu dan ****** itu terbongkar, jangan lantas mencari-cari juga kesalahanku untuk menutupi kelakuan busukmu. “ Megumi berteriak sembari menatap nyalang suaminya. Tak lupa tangan yang teracung di depan wajah Herjuno.

Herjuno meraih jari telunjuk Megumi dihadapannya. Meremasnya kuat.

“Pelankan suaramu.” Herjuno menatap tak kalah nyalang.

“ Kenapa? Kau takut Haidar mengetahui pria macam apa Papanya ini? “ Megumi tak gentar.

Herjuno melepas cekalan tangannya. Percuma saja berdebat , Megumi tidak dalam keadaan bisa menguasai emosinya.

“ Apa maumu? Jika ingin bicara , mari bicara baik-baik. Jika tidak , maka abaikan saja aku. Aku tidak ingin bertengkar, terlebih di hadapan Haidar.”

“ Kau benar-benar egois Juno. Setelah menyakitiku seperti ini, aku tidak boleh marah padamu? Apa wanita itu menghasutmu lagi siang tadi setelah aku menemuimu? Apa dia mengadu bahwa aku memakinya hah?” Lagi-lagi Megumi kehilangan kendali.

Herjuno mendesah lagi. Kemudian duduk di ranjang bersebelahan dengan Megumi. Dia raih tangan istrinya , dia genggam lembut. Megumi membiarkan saja.

“ Me.. dengar. Marahlah. Aku memang bersalah. Tapi kumohon , jangan saat Haidar mungkin saja mendengar suaramu. Kalau kau ingin melampiaskan kemarahanmu padaku , mari kita cari tempat di luar rumah. Bisa di hotel atau dimanapun. Agar kau bisa marah sepuasmu. Kau menyayangi Haidar bukan? Akupun sama. Ayo kita kendalikan diri kita agar tidak sampai menyakitinya. Hem?.” Herjuno berucap sangat lembut. Hingga Megumi sesaat meluluh. Dia hanya terisak pelan sambil membalas genggaman tangan suaminya.

“ Dan lagi kumohon, berhentilah hanya menyalahkan Aurorae. Aku juga bersalah, sangat bersalah. Akulah yang paling menyakitimu. Hari ini dia tidak ke kantor, bagaimana mungkin dia menghasutku.” Katanya lagi.

Mendengar Herjuno membela wanita itu, Megumi kembali meradang. Dia hempas kasar tangan suaminya.

“ Berhentilah membelanya , Herjuno Ardhi ! Entah apa yang sudah dilakukan wanita ****** itu hingga kau tidak pernah bosan membelanya. Aku ini istrimu , Istrimu kalau kau lupa!” Megumi berteriak tak terkendali. Didorongnya Herjuno sekuat tenaganya. Dilemparnya bantal guling yang berada dijangkauan tangannya.

“ Mama.. kenapa Mama menangis? “ ketukan pintu kamar dari luar disambung dengan suara putranya yang bertanya sambil ikut menangis juga.

“ Kau puas? Haidar menangis dengarlah. Kau ini benar-benar. “ kesal Herjuno membentak dengan suara tertahan.

“ Haidar Haidar Haidar sejak tadi kau menjadikan Haidar senjata untuk menyalahkanku. “ Megumi tak peduli lagi.

“ Diam. Kau membiarkan pagar dan pintu utama terbuka. Haidar bermain seorang diri tanpa ada orang dewasa yang mengawasi. Sedangkan kau , sibuk dengan perasaanmu sendiri. Aku hanya memperingatkan mu , jangan sampai karena dirimu , Haidar terluka. “

Herjuno mencengkeram rahang istrinya. Pelan , bahkan tidak menimbulkan bekas , tidak sakit juga. Tapi diperlakukan seperti itu membuat hati Megumi semakin terluka.

Herjuno segera melangkah membuka pintu, langkahnya keluar kamar sambil menutup pelan pintu kamarnya. Didepan kamar sudah ada Haidar yang menangis terisak. Herjuno menghembuskan nafasnya pelan. Dia berjongkok mensejajarkan diri nya dengan tinggi badan putranya.

“ Haidar kenapa menangis disini? “ usapnya pelan di kedua lengan Haidar.

“ Papa , kenapa Mama menangis?”

“ Mama menangis? Tidak , mama sedang tidur didalam , kenapa Haidar bilang Mama menangis? “ bohongnya. Saat ini memang sudah tidak terdengar lagi suara isak Megumi didalam sana.

“ Haidar tadi dengar ada yang menangis didalam kamar Papa. Itu suara Mama.” Jawabnya masih dengan terisak.

“ Bukan. Haidar salah dengar. Mama sedang tidur. Ayo kita tunggu Mama di taman belakang. Kalau kita berisik, nanti Mama terbangun. “ Herjuno menggendong putranya kearah taman.

“ Papa.. Haidar ingin puding.”

“ Baiklah.. Papa ambilkan , Haidar tunggu di taman oke?” Haidar mengangguk dan berlari riang menuju taman belakang rumahnya.

Herjuno menatap punggung putranya dengan iba. Entah apa yang dipikirkan nya sekarang.

**

Herjuno tergesa-gesa memasuki gedung kantornya. Langkahnya yang terburu-buru menarik perhatian semua orang yang pagi ini ada di lobby. Menatap heran ke arah Herjuno , pasalnya masih tiga puluh menit lagi sampai jam masuk kantor di mulai.

Setiba di lantai empat , dia bergegas keluar dari lift dan berbelok ke arah kiri. Ada beberapa divisi yang di tempatkan di lantai empat ini, ke arah kiri lift adalah divisi Marketing, dimana Herjuno menjabat sebagai Marketing Manager dan Aurorae sebagai salah satu staff nya. Tidak banyak ruangan disana. Hanya ada kubikel-kubikel yang tertata rapi , untuk kurang lebih empat puluh staff divisi Marketing. Dan diujung sebelah kanan ada satu ruangan untuk Manager , ruangan Herjuno.

“ Apa Aurorae belum datang? “ Tanya nya pada Farhan , salah satu staffnya setelah pandangannya berkeliling tapi tidak menemukan wanita yang dicarinya.

“ Sepertinya belum Pak. “ jawab Farhan dengan tatapan menyelidik yang tidak disadari Herjuno. Farhan memang sudah mengetahui ada hubungan spesial antara Managernya dengan Aurorae , wanita yang menarik perhatiannya. Selain Farhan, beberapa staff lain juga menyadari ada hubungan yang tidak biasa diantara dua orang itu.

“ Minta dia ke ruangan saya saat sudah datang.” Titah Herjuno sambil berbalik, lalu menuju ke ruangannya.

Farhan hanya mengangguk pelan.

**

Aurorae melangkah perlahan memasuki gedung perusahaan tempatnya bekerja. Untuk pertama kali dalam hidupnya, dia berharap dipecat dari pekerjaannya. Sebab mengajukan resign tidak mungkin, kontrak yang dia tanda tangani delapan belas bulan lalu , mewajibkannya membayar penalti yang tidak sedikit jika dia mengundurkan diri. Sepuluh kali lipat dari gaji yang dia terima setiap bulannya. Dan masih ada enam bulan lagi sampai masa kontraknya habis.

“ Bertahanlah Rae.. sebentar lagi. Hanya enam bulan. “ hatinya menyemangati diri sendiri.

Semakin dekat dia dengan kubikelnya , semakin dia memperlambat langkahnya. Jantungnya berdebar sangat kencang. Sesungguhnya dia berharap tidak perlu bertemu Herjuno hari ini. Dia takut akan melemah , keputusan yang sudah mantap di pikirkannya sejak semalam dia takut akan mengingkarinya sendiri.

“ Huft.. “ Aurorae menghembuskan nafasnya pelan sembari menjatuhkan bokong di kursi kerjanya. Hari ini dia bertekad akan menjauhi Herjuno.

“ Rae.. kau baru datang? “ Farhan bertanya pelan sembari berdiri di balik kubikelnya yang hanya berjarak satu meja dari meja Aurorae.

“ Hem...” Aurorae menoleh , lalu mengangguk pelan.

“ Pak Juno tadi pagi sekali sudah mencarimu. Masuklah , dia berpesan agar kau segera menemuinya saat sudah datang.” Farhan menyampaikan pesan yang pagi tadi ia dengar. Mengedikkan dagunya ke arah ruangan Herjuno.

“ Sungguh? Apa dia sudah datang sepagi ini? Ah.. “ Aurorae memelototi Farhan sambil mendesah frustasi. Dangan jari memijat pelan pelipisnya.

Farhan mengangguk , menatap heran.

“ Ada masalah apa?”

“Ah , tidak.. “ Aurorae beranjak dari duduknya. Dengan langkap pelan dia berjalan menuju ruangan managernya. Seperti enggan.

Farhan yang memperhatikan pergerakan wanita itu menatap tak percaya. Biasanya Aurorae akan bersemangat sekali, memasuki ruangan managernya dengan riang.

“ Apa mereka bertengkar? Putus saja kumohon. “ gumam Farhan didalam hatinya.

**

Tok tok tok.

Herjuno mendongakkan kepalanya. Menatap sebentar ke arah pintu.

“Masuklah.” Jawabnya pelan sambil lalu kembali fokus pada berkas-berkas di hadapannya.

“Apa Bapak mencariku?” Aurorae menundukkan wajahnya.

Herjuno lekas mendongakkan lagi kepalanya setelah mendengar suara yg sejak kemarin dia rindukan.

Dia segera berdiri, berjalan cepat mendekati kekasihnya.

“Sayang... aku merindukanmu”. Kedua tangannya sudah siap meraih tubuh Aurorae ke dalam pelukannya.

Tapi sebelum sempat tangan itu benar-benar meraihnya , Aurorae mundur perlahan.

“ Tolong jangan menyentuhku.” Ucapnya dengan bibir bergetar.

Herjuno berhenti. Menatap tidak percaya wanita didepannya.

“ Sayang.. ada apa?”

Aurorae memberanikan diri mengangkat wajahnya. Ditatapnya lekat laki-laki dihadapannya.

“ Mari kita berhenti. Kita akhiri semuanya cukup sampai disini. “

**

Terpopuler

Comments

Kustri

Kustri

bagus aurorae, akhiri saja... cari yg single, kau pasti bs

2023-10-14

0

lihat semua
Episodes
1 Bagian 1 - Apa Kau Berselingkuh?
2 Bagian 2 - Sebuah Tamparan
3 Bagian 3 - Flashback
4 Bagian 4 - Mari Kita Akhiri
5 Bagian 5 - Izinkan Aku Menikah Lagi
6 Bagian 6 - Kedatangan Farhan
7 Bagian 7 - Menikahlah Denganku
8 Bagian 8 - Resign
9 Bagian 9 - Bertemu Lagi
10 Bagian 10 - Izinkan Aku
11 Bagian 11 - Pernikahan
12 Bagian 12 - Malam Pertama
13 Bagian 13 - Rumah Baru
14 Bagian 14 - Cluster Delisha
15 Bagian 15 - Izin Menginap
16 Bagian 16 - Pulang ke Rumah
17 Bagian 17 - Mari Bercerai
18 Bagian 18 - Akan Merebut Kembali
19 Bagian 19 - Bertemu Dea
20 Bagian 20 - Megumi Terluka
21 Bagian 21 - Maafkanlah
22 Bagian 22 - Meminta maaf
23 Bagian 23 - Mari Berpisah
24 Bagian 24 - Penjelasan Aurorae
25 Bagian 25 - Setelah Tujuh Bulan
26 Bagian 26 - Tidak Bisa Berpaling
27 Bagian 27 - Murahan Sekali
28 Bagian 28 - Mulut Manis
29 Bagian 29 - Satu Ranjang Lagi
30 Bagian 30 - Jangan Katakan Apapun
31 Bagian 31 - Jangan Membuat Keributan
32 Bagian 32 - Semakin Menjauh
33 Bagian 33 - Menjenguk Rama
34 Bagian 34 - Akan Melahirkan
35 Bagian 35 - Si Kembar
36 Bagian 36 - Kenapa Lagi
37 Bagian 37 - Pulanglah
38 Bagian 38 - Kesepakatan Bertiga
39 Bagian 39 - Lebih Terang-terangan
40 Bagian 40 - Tutup Mulutmu
41 Bagian 41 - Aku Muak
42 Bagian 42 - Kunjungan Dokter
43 Bagian 43 - Kembali Bekerja
44 Bagian 44 - Isi Tas
45 Bagian 45 - Menatap Iba
46 Bagian 46 - Tidak Mau Rugi
47 Bagian 47 - Kurir Surat
48 Bagian 48 - Jangan Berbicara Dengan Saya
49 Bagian 49 - Sekali Tepuk, Dua Nyamuk
50 Bagian 50 - Selingkuhan Istriku
51 Bagian 51 - Menunggu Waktu
52 Bagian 52 - Lagi-lagi
53 Bagian 53 - Jangan Tidak Tahu Malu
54 Bagian 54 - Lihatlah Rae
55 Bagian 55 - Menjadi Tontonan
56 Bagian 56 - Anak Orang Lain
57 Bagian 57 - Ayah Kandung Haidar
58 Bagian 58 - Habiskan Makananmu
59 Bagian 59 - Mana Boleh
60 Bagian 60 - Delapan Tahun Kemudian
61 Bagian 61 - Rindu Ayah
62 Bagian 62 - Kabar Megumi
63 Bagian 63 - Ayah dan Ibu Bercerai
64 Bagian 64 - Apa Benar?
65 Bagian 65 - Kembali
66 Bagian 66 - Sembilan Tahun Kemudian
67 Bagian 67 - Apa Kabar?
68 Bagian 68 - Makan Siang Bersama Haidar
69 Bagian 69 - Perjalanan Hidup Haidar
70 Bagian 70 - Jangan Merasa Bersalah
71 Bagian 71 - Olahraga Bersama
72 Bagian 72 - Tentang Herjuno
73 Bagian 73 - Jangan Minta Maaf
74 Bagian 74 - Di Mataku, Kau Yang Paling Sempurna
75 Bagian 75 - Perdebatan Ryan dan Ryana
76 Bagian 76 - Piknik
77 Bagian 77 - Meminta Restu
78 Bagian 78 - Berubah Pikiran?
79 Bagian 79 - Restu Si Kembar
80 Episode 80 - THE END , Atap Yang Kembali Utuh
81 EXTRA PART - RYAN DAN RYANA
Episodes

Updated 81 Episodes

1
Bagian 1 - Apa Kau Berselingkuh?
2
Bagian 2 - Sebuah Tamparan
3
Bagian 3 - Flashback
4
Bagian 4 - Mari Kita Akhiri
5
Bagian 5 - Izinkan Aku Menikah Lagi
6
Bagian 6 - Kedatangan Farhan
7
Bagian 7 - Menikahlah Denganku
8
Bagian 8 - Resign
9
Bagian 9 - Bertemu Lagi
10
Bagian 10 - Izinkan Aku
11
Bagian 11 - Pernikahan
12
Bagian 12 - Malam Pertama
13
Bagian 13 - Rumah Baru
14
Bagian 14 - Cluster Delisha
15
Bagian 15 - Izin Menginap
16
Bagian 16 - Pulang ke Rumah
17
Bagian 17 - Mari Bercerai
18
Bagian 18 - Akan Merebut Kembali
19
Bagian 19 - Bertemu Dea
20
Bagian 20 - Megumi Terluka
21
Bagian 21 - Maafkanlah
22
Bagian 22 - Meminta maaf
23
Bagian 23 - Mari Berpisah
24
Bagian 24 - Penjelasan Aurorae
25
Bagian 25 - Setelah Tujuh Bulan
26
Bagian 26 - Tidak Bisa Berpaling
27
Bagian 27 - Murahan Sekali
28
Bagian 28 - Mulut Manis
29
Bagian 29 - Satu Ranjang Lagi
30
Bagian 30 - Jangan Katakan Apapun
31
Bagian 31 - Jangan Membuat Keributan
32
Bagian 32 - Semakin Menjauh
33
Bagian 33 - Menjenguk Rama
34
Bagian 34 - Akan Melahirkan
35
Bagian 35 - Si Kembar
36
Bagian 36 - Kenapa Lagi
37
Bagian 37 - Pulanglah
38
Bagian 38 - Kesepakatan Bertiga
39
Bagian 39 - Lebih Terang-terangan
40
Bagian 40 - Tutup Mulutmu
41
Bagian 41 - Aku Muak
42
Bagian 42 - Kunjungan Dokter
43
Bagian 43 - Kembali Bekerja
44
Bagian 44 - Isi Tas
45
Bagian 45 - Menatap Iba
46
Bagian 46 - Tidak Mau Rugi
47
Bagian 47 - Kurir Surat
48
Bagian 48 - Jangan Berbicara Dengan Saya
49
Bagian 49 - Sekali Tepuk, Dua Nyamuk
50
Bagian 50 - Selingkuhan Istriku
51
Bagian 51 - Menunggu Waktu
52
Bagian 52 - Lagi-lagi
53
Bagian 53 - Jangan Tidak Tahu Malu
54
Bagian 54 - Lihatlah Rae
55
Bagian 55 - Menjadi Tontonan
56
Bagian 56 - Anak Orang Lain
57
Bagian 57 - Ayah Kandung Haidar
58
Bagian 58 - Habiskan Makananmu
59
Bagian 59 - Mana Boleh
60
Bagian 60 - Delapan Tahun Kemudian
61
Bagian 61 - Rindu Ayah
62
Bagian 62 - Kabar Megumi
63
Bagian 63 - Ayah dan Ibu Bercerai
64
Bagian 64 - Apa Benar?
65
Bagian 65 - Kembali
66
Bagian 66 - Sembilan Tahun Kemudian
67
Bagian 67 - Apa Kabar?
68
Bagian 68 - Makan Siang Bersama Haidar
69
Bagian 69 - Perjalanan Hidup Haidar
70
Bagian 70 - Jangan Merasa Bersalah
71
Bagian 71 - Olahraga Bersama
72
Bagian 72 - Tentang Herjuno
73
Bagian 73 - Jangan Minta Maaf
74
Bagian 74 - Di Mataku, Kau Yang Paling Sempurna
75
Bagian 75 - Perdebatan Ryan dan Ryana
76
Bagian 76 - Piknik
77
Bagian 77 - Meminta Restu
78
Bagian 78 - Berubah Pikiran?
79
Bagian 79 - Restu Si Kembar
80
Episode 80 - THE END , Atap Yang Kembali Utuh
81
EXTRA PART - RYAN DAN RYANA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!