Bagian 3 - Flashback

Di meja kerjanya , Herjuno termenung. Pikirannya memutar kembali pertemuan dengan istrinya tadi. Dia terlalu terkejut , sehingga banyak sekali perkataan Megumi yang hanya masuk dalam telinganya.

“Aurorae memberitahu Megumi segalanya?”

“Kapan?”

“Dimana mereka bertemu?”

Pertanyaan-pertanyaan itu lalu lalang di kepalanya. Hari ini, Aurorae memang tidak masuk kerja. Dia mengambil libur karena kepentingan keluarga. Kemarin, Herjuno sempat bertanya ada kepentingan apa tapi Aurorae tidak memberitahu detailnya.

“Hanya acara kecil.” Jawabnya kemarin. Sehingga Herjuno tidak bertanya lagi.

Suara dering telepon di mejanya, membuyarkan lamunan Herjuno . Ia mendesah , mengatur nafas sebelum menjawab panggilannya.

“ Pak Herjuno.. bisakah Anda datang ke ruangan saya sebentar?” suara Pak Hega , Kepala HRD di seberang sana.

“Ah... ya. Saya kesana sekarang.” Jawabnya sebelum meletakkan gagang telepon di tempat semula.

Herjuno bergegas keluar dari ruangannya menuju lantai delapan , tempat ruangan HRD berada.

“ Kenapa HRD tiba-tiba memanggilku..” Hal itu mengusik pikirannya. Hatinya tiba-tiba berdebar kencang mengingat pertengkarannya dengan Megumi beberapa saat lalu. Dia mulai menerka-nerka apa Megumi mengadukan dirinya dan Aurorae ke perusahaan? Hidupnya akan berantakan kalau sampai masalah ini melibatkan perusahaan tempatnya bekerja.

“Masuklah.” Sahutan Pak Hega dari dalam ruangannya terdengar setelah Herjuno mengetuk pintu.

“Ada apa Bapak memanggil saya? “ tanya Herjuno setelah sampai di hadapan kepala HRD nya.

“ Ah , ya Pak Juno.. Jadwal Rakernas tahun ini sudah ditentukan. Tanggal enam belas. Hari senin pekan depan. “ Pak Hega menyampaikan maksudnya memanggil Herjuno siang ini.

“ Ah iya , kalau begitu akan saya siapkan Pak. “ Herjuno menarik nafas lega. Ternyata Megumi masih berbaik hati tidak melaporkannya ke perusahaan tempat ia dan Aurorae bekerja.

Pak Hega mengangguk.

“ Berangkatlah hari Sabtu Pak Juno, mengingat perjalanan darat ke cabang sebelas memakan waktu hampir dua belas jam , agar Bapak bisa istirahat di hari Minggu sebelum rapat keesokan harinya. “ terang Pak Hega lagi.

“ Cabang sebelas? Apa Rakernas tahun ini diadakan disana Pak? Bukan di kantor pusat?”. Tanya Herjuno penasaran. Sudah setahun ia tidak ke ibukota , tempat kantor pusatnya berada.

“ Ya , mulai tahun ini Rakernas akan diadakan bergilir di semua kantor cabang.”

“Baik Pak, saya akan bersiap.” Herjuno menundukkan kepalanya pelan sebagai tanda undur diri, dan membalikkan tubuhnya menuju pintu keluar.

“Ohya untuk biaya , bicarakan dengan Bu Wulan bagian keuangan. Dan bawa Aurorae bersama Anda. Hari ini dia tidak datang ke kantor karena kepentingan keluarga, jadi sampaikan secara pribadi padanya sebelum besok saya sampaikan kembali. “

Deg.

Herjuno mematung sebentar. Lalu berbalik lagi menghadap Pak Hega.

“ Baik Pak..” jawabnya sebelum benar-benar keluar dari ruangan itu.

**

Aurorae masih berdiam diri di dalam kamarnya. Isaknya masih tersisa , walau pelan. Hatinya masih sangat sakit. Bagaimana tidak , lelaki yang dicintainya , yang selama ini dia percaya ternyata menipunya.

Aurorae menyadari sejak lama jika Herjuno menaruh hati padanya. Tapi dia tidak sekalipun menanggapi nya. Apa lagi kalau bukan karena manager nya itu sudah memiliki istri dan seorang anak.

Tapi beberapa bulan yang lalu, Herjuno semakin terang-terangan mendekatinya. Tidak segan memberikan perhatian lebih, menanyakan apa dia sudah makan, menawarkan diri untuk mengantarnya pulang , bahkan menemaninya saat bekerja lembur sendirian.

Aurorae mengingat lagi hari dimana Herjuno menyatakan perasaannya.

*Flashback on*

“ Pak Juno, maaf apa tidak sebaiknya Bapak menjaga jarak dengan saya? Sudah banyak rumor yang beredar bahwa saya menjalin hubungan dengan Bapak. Maafkan saya , bukan saya lancang, tapi sebaiknya kita tidak terlalu sering makan siang bersama seperti ini. “ Aurorae membuka pembicaraan siang itu, di kantin kantornya dengan banyak mata yang memperhatikan pergerakan nya. Membuatnya risih.

Herjuno memang hampir setiap hari mengajak Aurorae makan siang bersama , memaksa lebih tepatnya. Dengan berbagai macam alasan , seperti membahas pekerjaan dan lain-lain. Alasan yang selalu terdengar masuk akal sehingga Aurorae tidak bisa menolaknya. Lagipula siapa dia , hanya seorang staff. Dia takut dianggap terlalu percaya diri jika menolak, walau dia sendiri menyadari ada sikap tak biasa dari atasannya ini.

“ Apa kau merasa tidak nyaman?” selidik Herjuno.

“ Ah tidak , bukan seperti itu Pak. Hanya saja , jika kita tidak menjaga jarak , orang akan berfikir Bapak sedang mendekati saya , atau lebih parah lagi mereka berfikir kita sedang menjalin hubungan di belakang istri Bapak.“ Jelas Aurorae dengan menundukkan kepalanya. Hatinya berdebar kencang , sudah siap menerima jika nanti Herjuno tersinggung atas ucapannya.

“Aku memang sedang mendekatimu.” Herjuno tidak sedetikpun memutuskan tatapannya dari wajah gadis didepannya ini.

Aurorae mendongak cepat. Matanya berkedip beberapa kali. Raut wajahnya menunjukkan dengan jelas bahwa ia tidak mengerti maksud dari ucapan atasannya.

Herjuno tersenyum gemas.

“Rae... “ panggilnya lembut.

“Wah apa ini? Rae? Apa Pak Juno baru saja memanggilku Rae? Kenapa jantungku berdebar tidak terkendali. Sadarlah Rae , dia ini atasanmu. Sudah beristri pula.” Aurorae sibuk dengan hati dan pikirannya sendiri.

Hingga Herjuno memanggilnya sekali lagi.

“Rae.. maafkan aku. Aku mungkin membuatmu dalam kesulitan. Tapi jujur saja , aku memang sedang mendekatimu belakangan ini. Aku tidak ingin berbohong lagi, dan aku juga lelah harus mencari-cari alasan hanya agar bisa menghabiskan waktu bersamamu. Apa kau mau membuka sedikit hatimu untuk lebih mengenalku?” ucap Herjuno akhirnya. Mengungkapkan isi hati dan pikirannya.

*Flashback off*

“ Cih. Tidak ingin berbohong katamu? Kau tidak Cuma berbohong, tapi kau menipuku.” Gumam Aurorae pelan saat ingatan hari itu berputar lagi di kepalanya.

Dengan isak tangis yang semakin kencang, Aurorae kembali membenamkan wajahnya ke dalam bantal. Kembali mengingat hari itu , hari dimana lukanya berawal.

*Flashback on*

“ Pak Juno maafkan saya ,saya tidak akan memulai hubungan dengan suami orang lain. Tidak untuk pendekatan , apalagi berpacaran.” Tegas Aurorae meski tidak dipungkiri , hatinya sudah jatuh dalam pesona Herjuno Ardhi. Siapa yang bisa menolak pesonanya. Wajah tampan , bentuk tubuh proporsional, dan menduduki jabatan yang cukup tinggi di usia yang masih muda. Dua puluh tujuh tahun.

“ Ah.. aku sudah dalam proses perceraian dengan istriku. Kami sudah lama berpisah , dan setelah sekian lama akhirnya kami sepakat untuk sekarang prosesnya masuk di pengadilan.” Kilah Herjuno saat itu.

“ Bercerai?”

“ Hem... tidak banyak yang tahu, tapi hubunganku dengan istriku sudah lama memburuk.” Tambahnya.

Aurorae gelisah , sejujurnya akal sehatnya memintanya untuk menolak, bagaimanapun perceraiannya baru proses , Aurorae tidak ingin terlibat dengan laki-laki yang masih terikat pernikahan meski hanya secara hukum. Dia ingin sekali meminta Herjuno menjauhinya sebelum perceraian nya benar-benar diputuskan, tapi bibirnya bingung bagaimana mengatakannya.

Melihat kebingungan di wajah Aurorae , Herjuno memberanikan diri berbicara lagi.

“ Rae.. aku tidak menyuruh mu menjadi kekasihku saat ini, hanya saja.. maukah kau membuka hatimu untuk sedikit lebih mengenalku? Jangan menghindariku kumohon. Tentang bagaimana selanjutnya , biarkan itu waktu yang menentukan. Hem? “. Lagi, Herjuno memperjelas keinginannya.

Aurorae hanya mengangguk mengiyakan. Begitulah awal dari lukanya , awal yang tidak dia sadari akan menjerumuskan luka nya semakin dalam.

*Flashback off*

Semakin dia mengingat tentang Herjuno, semakin isaknya tidak bisa berhenti. Awalnya hanya isakan pelan , sampai lalu menangis tersedu-sedu.

Hingga ketukan pintu kamarnya terdengar.

“Rae.. apa kau menangis? Buka pintunya.” Mendengar suara Ayahnya di luar sana semakin membuat Aurorae menangis.

“ Ada apa hem? Kenapa menangis kencang sekali seperti anak kecil begitu?” Tanya Ayahnya lembut setelah tadi Aurorae membuka pintu dan Ayahnya sudah duduk disampingnya.

Diusapnya lembut rambut anak gadis kesayangannya.

“Apa yang membuatmu bersedih , Rae?” tanya Ayahnya lagi.

Aurorae hanya menggeleng pelan sambil terus menangis.

“Rae ingin dipeluk Ayah..” bukan jawaban yang Ayahnya inginkan , tapi tetap saja ia meraih tubuh putrinya ke dalam pelukannya.

“ Menangislah sepuasnya. Tapi setelah itu , lupakan semua , hem?”

***

Episodes
1 Bagian 1 - Apa Kau Berselingkuh?
2 Bagian 2 - Sebuah Tamparan
3 Bagian 3 - Flashback
4 Bagian 4 - Mari Kita Akhiri
5 Bagian 5 - Izinkan Aku Menikah Lagi
6 Bagian 6 - Kedatangan Farhan
7 Bagian 7 - Menikahlah Denganku
8 Bagian 8 - Resign
9 Bagian 9 - Bertemu Lagi
10 Bagian 10 - Izinkan Aku
11 Bagian 11 - Pernikahan
12 Bagian 12 - Malam Pertama
13 Bagian 13 - Rumah Baru
14 Bagian 14 - Cluster Delisha
15 Bagian 15 - Izin Menginap
16 Bagian 16 - Pulang ke Rumah
17 Bagian 17 - Mari Bercerai
18 Bagian 18 - Akan Merebut Kembali
19 Bagian 19 - Bertemu Dea
20 Bagian 20 - Megumi Terluka
21 Bagian 21 - Maafkanlah
22 Bagian 22 - Meminta maaf
23 Bagian 23 - Mari Berpisah
24 Bagian 24 - Penjelasan Aurorae
25 Bagian 25 - Setelah Tujuh Bulan
26 Bagian 26 - Tidak Bisa Berpaling
27 Bagian 27 - Murahan Sekali
28 Bagian 28 - Mulut Manis
29 Bagian 29 - Satu Ranjang Lagi
30 Bagian 30 - Jangan Katakan Apapun
31 Bagian 31 - Jangan Membuat Keributan
32 Bagian 32 - Semakin Menjauh
33 Bagian 33 - Menjenguk Rama
34 Bagian 34 - Akan Melahirkan
35 Bagian 35 - Si Kembar
36 Bagian 36 - Kenapa Lagi
37 Bagian 37 - Pulanglah
38 Bagian 38 - Kesepakatan Bertiga
39 Bagian 39 - Lebih Terang-terangan
40 Bagian 40 - Tutup Mulutmu
41 Bagian 41 - Aku Muak
42 Bagian 42 - Kunjungan Dokter
43 Bagian 43 - Kembali Bekerja
44 Bagian 44 - Isi Tas
45 Bagian 45 - Menatap Iba
46 Bagian 46 - Tidak Mau Rugi
47 Bagian 47 - Kurir Surat
48 Bagian 48 - Jangan Berbicara Dengan Saya
49 Bagian 49 - Sekali Tepuk, Dua Nyamuk
50 Bagian 50 - Selingkuhan Istriku
51 Bagian 51 - Menunggu Waktu
52 Bagian 52 - Lagi-lagi
53 Bagian 53 - Jangan Tidak Tahu Malu
54 Bagian 54 - Lihatlah Rae
55 Bagian 55 - Menjadi Tontonan
56 Bagian 56 - Anak Orang Lain
57 Bagian 57 - Ayah Kandung Haidar
58 Bagian 58 - Habiskan Makananmu
59 Bagian 59 - Mana Boleh
60 Bagian 60 - Delapan Tahun Kemudian
61 Bagian 61 - Rindu Ayah
62 Bagian 62 - Kabar Megumi
63 Bagian 63 - Ayah dan Ibu Bercerai
64 Bagian 64 - Apa Benar?
65 Bagian 65 - Kembali
66 Bagian 66 - Sembilan Tahun Kemudian
67 Bagian 67 - Apa Kabar?
68 Bagian 68 - Makan Siang Bersama Haidar
69 Bagian 69 - Perjalanan Hidup Haidar
70 Bagian 70 - Jangan Merasa Bersalah
71 Bagian 71 - Olahraga Bersama
72 Bagian 72 - Tentang Herjuno
73 Bagian 73 - Jangan Minta Maaf
74 Bagian 74 - Di Mataku, Kau Yang Paling Sempurna
75 Bagian 75 - Perdebatan Ryan dan Ryana
76 Bagian 76 - Piknik
77 Bagian 77 - Meminta Restu
78 Bagian 78 - Berubah Pikiran?
79 Bagian 79 - Restu Si Kembar
80 Episode 80 - THE END , Atap Yang Kembali Utuh
81 EXTRA PART - RYAN DAN RYANA
Episodes

Updated 81 Episodes

1
Bagian 1 - Apa Kau Berselingkuh?
2
Bagian 2 - Sebuah Tamparan
3
Bagian 3 - Flashback
4
Bagian 4 - Mari Kita Akhiri
5
Bagian 5 - Izinkan Aku Menikah Lagi
6
Bagian 6 - Kedatangan Farhan
7
Bagian 7 - Menikahlah Denganku
8
Bagian 8 - Resign
9
Bagian 9 - Bertemu Lagi
10
Bagian 10 - Izinkan Aku
11
Bagian 11 - Pernikahan
12
Bagian 12 - Malam Pertama
13
Bagian 13 - Rumah Baru
14
Bagian 14 - Cluster Delisha
15
Bagian 15 - Izin Menginap
16
Bagian 16 - Pulang ke Rumah
17
Bagian 17 - Mari Bercerai
18
Bagian 18 - Akan Merebut Kembali
19
Bagian 19 - Bertemu Dea
20
Bagian 20 - Megumi Terluka
21
Bagian 21 - Maafkanlah
22
Bagian 22 - Meminta maaf
23
Bagian 23 - Mari Berpisah
24
Bagian 24 - Penjelasan Aurorae
25
Bagian 25 - Setelah Tujuh Bulan
26
Bagian 26 - Tidak Bisa Berpaling
27
Bagian 27 - Murahan Sekali
28
Bagian 28 - Mulut Manis
29
Bagian 29 - Satu Ranjang Lagi
30
Bagian 30 - Jangan Katakan Apapun
31
Bagian 31 - Jangan Membuat Keributan
32
Bagian 32 - Semakin Menjauh
33
Bagian 33 - Menjenguk Rama
34
Bagian 34 - Akan Melahirkan
35
Bagian 35 - Si Kembar
36
Bagian 36 - Kenapa Lagi
37
Bagian 37 - Pulanglah
38
Bagian 38 - Kesepakatan Bertiga
39
Bagian 39 - Lebih Terang-terangan
40
Bagian 40 - Tutup Mulutmu
41
Bagian 41 - Aku Muak
42
Bagian 42 - Kunjungan Dokter
43
Bagian 43 - Kembali Bekerja
44
Bagian 44 - Isi Tas
45
Bagian 45 - Menatap Iba
46
Bagian 46 - Tidak Mau Rugi
47
Bagian 47 - Kurir Surat
48
Bagian 48 - Jangan Berbicara Dengan Saya
49
Bagian 49 - Sekali Tepuk, Dua Nyamuk
50
Bagian 50 - Selingkuhan Istriku
51
Bagian 51 - Menunggu Waktu
52
Bagian 52 - Lagi-lagi
53
Bagian 53 - Jangan Tidak Tahu Malu
54
Bagian 54 - Lihatlah Rae
55
Bagian 55 - Menjadi Tontonan
56
Bagian 56 - Anak Orang Lain
57
Bagian 57 - Ayah Kandung Haidar
58
Bagian 58 - Habiskan Makananmu
59
Bagian 59 - Mana Boleh
60
Bagian 60 - Delapan Tahun Kemudian
61
Bagian 61 - Rindu Ayah
62
Bagian 62 - Kabar Megumi
63
Bagian 63 - Ayah dan Ibu Bercerai
64
Bagian 64 - Apa Benar?
65
Bagian 65 - Kembali
66
Bagian 66 - Sembilan Tahun Kemudian
67
Bagian 67 - Apa Kabar?
68
Bagian 68 - Makan Siang Bersama Haidar
69
Bagian 69 - Perjalanan Hidup Haidar
70
Bagian 70 - Jangan Merasa Bersalah
71
Bagian 71 - Olahraga Bersama
72
Bagian 72 - Tentang Herjuno
73
Bagian 73 - Jangan Minta Maaf
74
Bagian 74 - Di Mataku, Kau Yang Paling Sempurna
75
Bagian 75 - Perdebatan Ryan dan Ryana
76
Bagian 76 - Piknik
77
Bagian 77 - Meminta Restu
78
Bagian 78 - Berubah Pikiran?
79
Bagian 79 - Restu Si Kembar
80
Episode 80 - THE END , Atap Yang Kembali Utuh
81
EXTRA PART - RYAN DAN RYANA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!