Seminggu kemudian, keadaan Zivanya sudah lebih membaik dari beberapa hari sebelumnya. Ia menyibukkan dirinya mengurus butik peninggalan mendiang suaminya. Ia berharap, dapat melupakan semua yang telah terjadi. Tapi, hari itu. Ia kembali terluka, Danu dan wanita selingkuhan nya datang ke butik Zivanya.
“Hay..!” sapa Danu, tangan kirinya merangkul kekasihnya. Mereka sengaja memamerkan kemesraan mereka di harapan Zivanya.
“Hay.. Ada yang bisa saya bantu?” tanya Zivanya, kebetulan ia baru saja keluar dari ruangan kerjanya.
“Vanya, tolong tunjukan gaun pengantin terbaik yang ada di butik ini!”
Deg.. Sakit! Ya! Sakit yang di rasakan Zivanya, tapi ia sudah berjanji pada dirinya sendiri. Bahwa, ia tidak akan lagi mengeluarkan air mata yang akan terbuang sia-sia. Apa lagi, untuk seorang pria pecundang seperti Danu.
“Mbak, tolong urus ke dua orang ini ya! Tunjukan gaun pengantin terbaik yang di miliki butik kita.” Kata Zivanya kepada karyawannya.
Setelah berbicara seperti itu kepada karyawannya, Zivanya hendak melangkahkan kakinya pergi meninggalkan tempat itu.
“Mau kemana, Kamu? Tidak sopan sekali kepada pelanggan!” Danu mencekal pergelangan tangan Zivanya.
“Kurang sopanku di mana? Aku sudah baik-baik meyambut pasangan romantis seperti kalian, dan aku juga sudah memerintah karyawanku untuk melayani kalian, bukan?” kata Zivanya.
“Cih.. Berani sekarang kamu sama aku!” Geram Danu.
Ternyata, inilah sikap dan sosok asli seorang Danu. Sosok yang sombong dan juga kasar, sikap baik yang ia tunjukan selama ini ternyata hanyalah topeng.
“Memangnya kamu siapa? Kok, aku harus takut sama kamu?” bukannya takut Zivanya malah berbicara dengan nada tinggi pada Danu dan kekasihnya.
“Udah, sayang.. Gak perlu ribut kaya gini, dia gak mau melayani kita. Mungkin, karena dia cemburu dan iri sama kemesraan kita,” ucap kekasih Danu dengan senyum mengejeknya.
“Cemburu, cemburu apa? Gak kamu lihat berbedaan di antara kita. Meski aku seorang janda dengan dua anak, tapi di bandingkan kamu, body, wajah dan juga penampilan jauh lebih OKE aku.” Sindiran yang di katakan Zivaya, membuat kekasih Danu naik pitam.
“Kurang ajar ya, Kamu! Dasar janda penggoda!” kekasih Danu yang bernama Kinanti itu, hendak melayangkan tamparan pada wajah Zivanya. Tapi, dengan sigap Zivanya menangkap pergelangan tangan Kinanti. Hingga, telapak tangan itu tidak sampai pada wajahnya.
“Berani kamu menyakiti, Saya. Maka jangan salahkan Saya. Jika, Saya membalasnya berkali-kali lipat!” perkataan yang di lontarkan Zivanya penuh dengan penekanan.
Diam-diam, Danu memperhatikan Zivanya. Ia tidak menyangka, bahwa Zivanya bisa tidak perduli pada kemesraan yang ia tunjukan bersama Kinanti.
“Dan kamu!” tunjuk Zivanya pada Danu. “Jika tidak benar-benar ingin membeli pakaian yang ada di butik ini. Segera bawa kekasih liarmu ini pergi!” sorot mata Zivanya menujukan bahwa ia benar-benar tidak menyukai Danu dan juga kekasihnya.
“Kamu akan menyesal nanti!” Danu menunjuk wajah Zivanya yang ada di haradapannya. Setelah itu, ia menarik Kinanti pergi dari butik itu.
Setelah Danu dan Kinanti pergi, pada Karyawan mendekati Zivanya yang sedang mengusap wajahnya dengan kasar.
“Mbak Vanya gak papa?” tanya salah satu karyawan.
“Gak papa, saya baik-baik aja.” Jawab Zivanya.
“Pria gak tau diri! Setelah puas manfaatin orang, ehh pergi gitu aja. Pakek acara pamer kemesraan lagi, di kira keren kali. Padahal mah, tampilan pacarnya bikin jijik,” Tari, karyawan Zivanya yang paling berani, cerewet serta bar-bar. Ia mengomel pada Danu, yang mamang sejak awal tidak ia sukai.
“Sudah lah, Tar. Lagian dia juga udah pergi,” kata Zivanya. Ia beruntung, memiliki karyawan-karyawan yang baik dan perduli seperti Tari dan juga yang lainnya.
“Awas ya, Mbak. Kalo entar si Danu itu kesini lagi, mbak gak usah baik-baikin. Langsung usir aja,” kata Tari dengan ketus.
“Bener, Mbak. Kalau mbak gak bisa ngusir dia. Biar nanti, Nita bantuin usir!” sahut Nita, karyawan Zivanya yang lain.
Zivanya hanya geleng-geleng melihat ke antusiasan para Karyawannya terhadap keadaannya.
“Makasih ya, kalian udah mau perduli sama Mbak,” kata Zivanya. Ia tersenyum bahagia pada Karyawannya.
Berkumpul bersama karyawannya, membuat bebam yang ada di hatinya sedikit berkurang. Sudah hampir seminggu ini, ia banyak menghabiskan waktunya di butik. Sedangkan perusahaan Kosmetik yang ia miliki, kini ia percayakan pada salah satu sahabat mendiang Valentino, yaitu mendiang suaminya.
Valentino Ajisaka, mendiang suami Zivanya, tidak hanya meninggalkan butik dan perusahan kosmetik untuk Zivanya dan anak-anaknya. Tapi juga, meninggalkan banyak kekayaan untuk mereka, salah satu nya lagi adalah sebuah kawasan perumahan yang di jadikan sebagai kontrakan.
Aslinya, meski Zivanya tidak bekerja. Kebutuhannya dan juga kedua anaknya sudah lebih dari cukup. Tapi, Zivanya bukan lah wanita yang betah berdiam diri, ia ingin , usaha yang di tinggalkan suaminya tidak tutup dan malah menjadi semakin berkembang. Terbukti sudah, dengan kemampuannya yang jenius, dalam kurun waktu 3 tahun. Usaha yang di tinggalkan mendiang Valentino menjadi berkembang pesat.
Zivanya melihat jam yang melingkar di yang nya, ternyata sudah menunjukkan pukul setengah 11 siang. Itu artinya, sudah waktunya untuk menjemput putranya yang ada di sekolah.
“Nita, Tari, mbak pamit dulu, ya. Mau nyusul Nino di sekolah,” pamit Zivanya pada Tari dan juga Nita.
“Iya, mbak. Hati-hati di jalan!”
.
.
.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Erik Herawati
zivanya kaya buat apa mikirin cowok begitu gak kepel dong
2022-11-09
0
🍀 chichi illa 🍒
bner banget tu
2022-08-01
0
🌹🪴eiv🪴🌹
udah crapter 3 aja sampe lupa mau menyapa author dan pemirsah lainnya
🤭🤭🤭
aku disini 🤗🤗💜💜💜
2022-07-23
1