Zivanya tiba di kediamannya, ia segera memasukan mobilnya ke garasi. Setelah itu, ia masuk kedalam rumah. Saat sampai di ruang tengah, ia melihat anak bungsunya sedang bermain dengan babby sitter.
“Mommy udah pulang?” Putri kecil Zivanya yang berusia 4 tahun itu menghampirinya.
“Ya, sayang.. Mommy sudah pulang.” Jawab Zivanya. “Bagaimana main Valencia hari ini? Apakah menyenangkan?” tanya Zivanya pada putrinya itu.
“Menyenangkan, Mommy. Aunty Mei mengajari Valen menggambar.” Kata Valencia dengan senyum manis yang mengembang. “Mommy mau lihat gambarnya?” Gadis kecil itu berjalan menuju tempatnya bermain dengan babby sisternya. Ia mengambil sesuatu, lalu kembali lagi pada Zivanya.
“Lihatlah Mommy, Ini Mommy, Kak Nino, Valencia dan Daddy Danu. Bagus tidak?” tanya Valencia.
Deg.. Dada Zivanya kembali bergemuruh setelah mendengar pertanyaan dari putri kecilnya itu. Bagaimana ia akan melewati harinya bersama kedua anaknya setelah Danu pergi. Akankah ia mampu?
“Bagus, sayang.. Valen sangat pandai menggambar.” Zivanya mencoba untuk tegar, ia tidak ingin melukai hati putrinya.
“Loh! Kenapa dengan kaki Mommy? Mommy terluka?” mata sipit Valencia menatap luka dan darah yang sudah mengering di kali Zivanya.
“Mommy tidak apa-apa, Sayang. Mommy terjatuh di jalan tadi,” jawab Zivanya. Ia tidak mungkin memberi tahu putrinya yang masih teramat kecil.
“Apakah sakit? Ayo, Mommy. Biar Valen obati!” Valencia menarik tangan Zivanya dengan tangan mungilnya menuju sofa.
.
.
.
Keesokan harinya, Zivanya mengendarai mobilnya menuju ke apartemen Danu. Ia ingin membicarakan perihal kejadian kemarin pada Danu, ia berharap. Danu berubah pikiran, demi putra dan putrinya, ia rela mengemis cinta dan belas kasih dari Danu.
“Ku harap, Bang Danu berubah pikiran,” ucap Zivanya sambil menyalakan mesin mobilnya.
“Semoga saja!” Zivanya terus berdoa di sepanjang perjalanan menuju apartemen Danu.
Jarak tempuh antara kediaman Zivanya dan Danu cukup jauh. Harus menempuh perjalanan selama 30 menit.
Setelah menempuh perjalanan yang memakan waktu 30 menit itu. Zivanya tiba di depan apartemen Danu, ia segera memarkirkan mobilnya dan segera menuju lift. Ia menekan nomer lantai yang apartemen Danu.
Ting.. Setelah lift terbuka, ia segera memasukan sandi apartemen Danu. “Bang Danu belum mengganti password nya, itu artinya dia masih perduli,” guman Zivsnya.
Ia mengedarkan pandangannya saat telah sampai di dalam apartemen yang bernuansa abu-abu itu. Ia berkeliling di dalam apartemen itu, tapi tidak menemukan keberadaan Danu. Dan pada akhirnya, ia memutuskan menuju kamar.
“Ohh.. Teruskan, Sayang. Kamu memang hebat! Kamu sungguh luar biasa.” Suara Danu yang penuh sensasi terdengar samar di telinga Zivanya.
“Bang Danu! Sama siapa dia di dalam?” batin Zivanya. Zivanya semakin mendekat ke kamar Danu, dan suara itu semakin jelas di telinganya.
“Ahh sayang.. Teruskan,” ucap Danu.
“Ahh.. Dari tadi kamu gak puas-puas,” balas seorang wanita. Des*han wanita itu sungguh mengusik pendengaran Zivanya.
“Fu*k! Ayolah, jangan berhenti. Aku belum selesai!” erang Danu.
Cekrek.. Zivanya yang tidak tahan lagi mendengar suara yang berasal dari dalam kamar itu, segera membukanya.
“Bang Danu!” Zivanya memegangi dadanya yang terasa sesak, air matanya mengalir begitu saja.
Tapi, kedua orang yang tanpa busana di atas ranjang empuk itu tidak menghentikan aktivitas mereka. Mereka tetap memeluk satu sama lain.
“Un-tuk apa kau ke-mari?” Suara Danu tersengal karena wanita yang ada di atasnya terus memompa dengan kencang.
“Jadi ini alasan sebenarnya?” Zivanya menyeka air matanya, lalu berlari keluar dari dalam kamar itu. Perasaan dan hatinya benar-benar hancur, ia terus berlari dan masuk ke dalam lift.
“Hiks.. Teganya kamu, Bang. Ternyata, ini alasan sebenarnya. Kamu memiliki wanita lain,” Zivanya memukul dadanya yang terasa begitu sesak.
Setelah pintu lift terbuka, Zivanya berlari sembari mengusap air matanya. Ia membuka pintu mobilnya dan segera menghempaskan bokongnya.
“Kenapa semuanya begini? Kenapa tuhan?” Zivanya membenturkan kepalanya pada stir kemudi. “Bang Valent, kenapa kamu harus pergi begitu cepat? Kenapa kamu meninggalkan aku dan juga anak-anak kita? Jika kamu tidak pergi, aku tidak mungkin terluka seperti ini!” Zivanya menangis, menangis dengan keras. Ia tidak perduli dengan orang-orang yang memandang aneh pada dirinya dari luar mobil itu.
“Aku benci! Aku benci dengan semua ini! Aku harus membalas penghinaan dan pengkhianatan ini!” teriak Zivanya sambil menyeka air matanya.
“Beri aku kekuatan, Bang Valent. Bantu aku,” ucapnya lirih.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Alya Yuni
Anknya msih kecil dah gtal mau nikah lki dsar prmpuan bodoh pantas orng blng jnda pegoda
2023-01-10
0
Fransiska Siba
hei kalau aku jadi kau Ziva sdh dr dlu sadar diri. kan janda mana dua anaknya fokus ku cuma anak2 bukan cari suami lagi. kalau memang ada yg suka terus ngejar dan kau sreg ya Terima saja tp jgn terlalu dalam mencintai krn ujungnya kau sakiti.
kalau aku jadi kau mendingan besarkan anak dripada memikirkan urusan cari pasangan.
2022-08-30
0
🍀 chichi illa 🍒
sukur nya kmu blm nikah sama Danu klo dah nikah sakit nya berkali lipat😥
2022-08-01
3