Edelweis baru selesai mandi mengganti bajunya ketika ibu memintanya ke bawah.
Ternyata Aksa.
Matanya terlihat sangat sendu menatapnya dalam.
"Kau mengapa? Bertengkar lagi dengan Sinta?"
Dia menggelengkan kepalanya.
"Lalu mengapa kemari? ini kan malam Minggu? Sinta pasti sedang menunggumu."
"Kau tidak suka bertemu denganku?"
"Bukan begitu. ini kan malam Minggu."
"Aku Sinta sering bertemu malam Minggu bahkan hampir setiap hari justru aku tidak bisa menemuimu semenjak kau sibuk bekerja.Kau baru pulang?"
"Ya, aku baru saja menemani kekasih bosku."
"Memang mengapa bosmu?"
"Sibuk."
"ini untukmu."
"Apa ini?"
Edelweis membuka plastik mengeluarkan sekotak makanan yang berbau sangat harum.
"Martabak cokelat kacang?" sinar matanya berbinar.
"Kau masih suka kan martabak cokelat kacang?"
Dia menganggukkan kepalanya.
"Kau sudah banyak berubah. Rambutmu ditata seperti Lady Diana."
"maaf, tuntutan pekerjaan." Edelweis mengunyah martabaknya dengan lahap. Mulutnya berlepotan cokelat membuat Aksa tidak mampu menahan tawanya.
"Pakaianmu. Stylish trendy. Kualitasnya juga sangat baik."
"maaf, tuntutan pekerjaan, aku kan sekretaris harus bisa mengimbangi gaya berpakaian kedua bosku. Merek lokal kualitas ekspor."
"Bagaimana dengan salon langganan? Belum wajahmu selalu dimake up? Sukurnya make up natural. kalau tidak mungkin kau sudah jadi badut ancol." Mereka tergelak.
"Aku kan salah jalan. Tersesat. Seandainya aku jurnalis, tidak perlu ***** bengek tersebut justru kesukaanku berpakaian casual sportif mungkin bisa lebih terfasilitasi. Tidak perlu berdandan tetapi karena aku sekretaris?"
"Mengapa kau bisa berubah menjadi sekretaris? Pasti kedua bosmu punya maksud tidak baik kepadamu."
"Irish, sekretaris mereka mengundurkan diri karena mengikuti suaminya keluar negeri."
"Oh, begitu...."
"Sepatu tinggi highheels?"
"maaf, lagi-lagi tuntutan pekerjaan."
"Makan siang di tempat-tempat bergengsi?"
"Meeting luar kantor. Biaya kantor."
"Kupikir kau sudah menjadi wanita kelas atas sekarang?"
"Entahlah....Aku tidak ingin membicarakan ini. Ada apa kau kemari?"
"Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin bertemu kau saja. Memang tidak boleh?"
"Tumben, malam Minggu ke sini."
"Aku kan sudah bilang, sejak kau bekerja sangat sulit bertemu atau mengobrol denganmu. Kau sering terlelap ketika menelpon atau video call."
"Maafkan aku....."
"Tidak apa-apa.... Sinta meminta aku memastikan hubungan kami."
"Kau kan sudah bekerja. Apalagi?"
"Perusahaanku kan tidak memberikan asuransi kesehatan seperti kantormu. Apa aku ikut BPJS saja?"
"itu kau tahu jalan keluarnya? Kau tidak usah terlalu khawatir selama ada dokter kandungan, bidan, dukun beranak semua aman...."
"Aku belum siap. Bagaimana kalau penghasilanku tidak cukup untuk kami berdua? kalau Sinta hamil melahirkan?"
"Kau kurangi membeli makanan di luar. Acara coffee shopmu bersama teman-teman beralih menjadi kamu rebahan."
Aksa tertawa tergelak.
Masak makananmu sendiri. Aku saja sebelum mendapat kupon voucher makan siang dari kantor tidak pernah absen membawa bekal dari rumah. Memang kau pikir mengapa?"
"Kau sangat menyukai masakan ibumu?"
"Iya itu juga benar tetapi yang paling benar supaya hemat lah...." Keduanya tergelak.
"Kita sudah lama tidak nonton berdua menghabiskan malam berdua. genting rumahku kemarin patah sepertinya patah hati merindukanmu."
Mereka kembali tergelak.
"Baiklah..Kita akan menonton. Aku yang traktir kau tidak boleh menolak."
"Kau sekarang sudah kaya?" Aksa tertawa lebar.
"Hikmahnya aku menjadi sekretaris ceo adalah salah satunya gaji yang kudapatkan juga jauh lebih besar. Dua digit."
"Wow!"
"Kau tidak perlu seperti itu! Aku risi!"
Aksa menertawai Edelweis.
"Sekretaris ceo tetapi masih gede ambek."
Edelweis memukul bahu Aksa.
"Tidak lucu. Ayo kita berangkat sekarang!"
"Kau tidak dandan?"
"untuk apa? Memangnya mau bekerja?"
"Kau kan jalan sama aku. Memang aku tidak istimewa untukmu?" Aksa menggoda Edelweis.
"kalau kau bertingkah menyebalkan sekali lagi. Kita batal nonton."
"Eugghhh....Jangan dong...."
"Ayo, makanya kita jalan sekarang." kaus oblong lusuh polos warna hijau lumut kesukaan Edelweis dipadu dengan celana panjang bahan denim berwarna hitam. sandal jepit swallow warna hijau kesukaannya.
Mereka tiba di bioskop ternyata bioskop baru dimulai satu jam lagi.
"Ayo kita jalan-jalan dahulu. Kita makan dahulu, yuk...."
Mereka memilih makanan yang menyediakan makanan khas tradisional.
"Kau masih belum kenyang, makan martabak?"
"itu kan cemilan."
Mereka memesan dua piring nasi, satu porsi buntut bakar dengan kuah, sepiring karedok, bakwan sayur, pergedel kerupuk. Dua gelas teh tawar hangat.
"Enak gak jadi sekretaris?"
"Enak, pas gajian...."
Mereka berdua tertawa tergelak.
"Kurasa kedua bosmu bisa pingsan kalau melihat keseharianmu."
"Yeah...." mata Edelweis berbinar jenaka, "Mereka sudah melihatnya ketika hari pertama aku bekerja sebagai jurnalis."
" mereka menyuruhmu make over?"
"Demi kepentingan image perusahaan."
"Bagaimana dengan pekerjaannya?"
"Lebih mudah daripada membantu ibu."
Mereka kembali tergelak.
"Mereka tidak komplen diurusimu?"
Edelweis menggelengkan kepalanya.
"Aku bahkan membantu keduanya berbohong pada kekasih-kekasih mereka."
"Kau sudah jadi kriminal sekarang."
Mereka kembali tergelak.
"Bahkan aku yang memberikan mereka ide tidak lama mereka menaikkan gajiku."
Mereka berdua kembali tergelak.
"Apa yang kau lakukan?"
"Membuat video-video untuk mereka. sehingga ketika kekasih-kekasih mereka menanyakan apa aktivitas mereka, aku tinggal kirim videonya tentu dengan mensetting hari tanggal. Bekerja sama dengan orang IT kantor."
Aksa tergelak mendengarnya.
"Bagaimana kalau mereka sampai tahu?"
"Tidak akan kecuali kau membocorkannya. kalau sampai bocor akan kucari kau walaupun di liang kelinci."
"Memang mau kau apakan aku?"
"satai?"
"Bagaimana kalau kerupuk kelinci?"
"Repot bikinnya."
Mereka kembali tergelak.
"Kau harus bersumpah tidak akan mengatakannya pada siapa pun."
"Kapan aku jadi ember bocor?"
"Baiklah, aku percaya kepadamu."
"Cantikkah kekasih-kekasih bos-bosmu?"
"Memang kau pikir mata mereka juling?"
Keduanya kembali tertawa.
"Kau punya foto-foto mereka?"
Edelweis memperlihatkan galerinya.
"Wow! Cantik sangat ....."
"Kau belum liat aslinya. Kulit seputih sehalus porslen."
"Benarkah?"
Edelweis mengangguk kecil sambil menghirup teh tawar hangatnya.
"Tubuh mereka juga tinggi seksi."
"Yeah, aku bisa melihatnya. mengapa bos-bosmu masih melihat wanita-wanita lain?"
"di atas langit ada langit." Edelweis mencoba berfilosofi.
"Gayamu!" Aksa tidak bisa menahan tawa melihat ekspresi Edelweis.
"Salah dimananya?"
"Gak ada. Cuma melihat gayamu. Aku mendadak sakit perut."
Malam itu mereka melihat bintang dari atas genting rumah Aksa.
"genting rumahmu sudah diperbaiki kan?"
"kalau belum, kita akan sukses meluncur ke bawah."
"Aku ingin ke rumah pohon." Edelweis beringsut menuju rumah pohon yang sejajar dengan genting rumah aksa memang sudah dibuat semacam jembatan sehingga mereka tinggal menyebrang dari genting rumah Aksa ke rumah pohon.
Sesampai di rumah pohon. Edelweis menarik selimut tertidur nyenyak sampai pagi.
Aksa memandangi wajah Edelweis yang tertidur seperti bayi.
Dia tidak pernah menyangka akan merasa kehilangan gadis itu beberapa waktu terakhir.
Sejak SMP mereka selalu bersama tidak terpisahkan.
tetapi baru kali ini hatinya menganga lubang karena merasa kehilangan Edelweis.
Dia membelai rambut Edelweis.
Aku ingin kau merasa cemburu kepada Sinta keberatan aku menikahinya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments