Mohon dukungannya untuk karya pertama saya ya..
Selamat Membaca..
\~\~\~\~\~\~
Anita tidak menjawab, senyumnya semakin merekah lalu mengusap dahi nya ke pundak Zahra beberapa kali. Zahra sangat bingung dengan sahabatnya itu hanya bisa mengernyit, lalu bergumam, “aneh”.
Sebenarnya Anita juga sudah mendaftar organisasi yang akan diikuti Zahra beberapa hari yang lalu, tetapi Anita lupa bercerita pada sahabatnya itu.
“zahra, dosen Metode Statistika kita sama nggak sih?” tanya Anita.
“kelasku sama Pak Surya. Kamu?” jawab Zahra.
“sama..ada tugas banyak banget.. pak surya tuh nggak pernah mau ngajarin di kelas, Cuma jelasin intinya begini begitu, kasih satu contoh kasus, udah. Tapi ngasih tugas seabrek mulu.. terus kita belajarnya gimana coba?” ujar Anita kesal.
“kalau pak surya bilang kemarin, ‘kalian itu sudah mahasiswa, masa harus diajarin satu-satu kaya anak SD'. Gitu..” Zahra menirukan gaya bicara Pak Surya sang Dosen metode Statistika.
“ya iya sih.. belajar sendiri baca buku sendiri terus kalau kita salah artikan atau salah implementasiannya gimana coba. Hadeh. Emang kamu nggak pusing? Santai banget kayaknya?”
Anita bertambah gemas melihat Zahra masih dalam mode santai.
“udah lewat pusingnya..hahahaha, sekarang ganti masa bodoh..” jawab Zahra lalu terbahak lagi.
“hiiiissh..kita belajar sama kakak tingkat aja yuk??” ajak Anita pada sahabatnya.
“siapa?” tanya Zahra dan dijawab Anita dengan mengangkat bahu. Lalu mereka berdua tertawa bersama.
***
Beberapa hari kemudian, Zahra dan Anita berjalan bersama menuju posko organisasi T, hari ini mereka akan melakukan wawancara setelah formulir pendaftaran dan juga CV mereka dinyatakan diterima. Organisasi T memang melakukan seleksi ketat pada calon anggotanya, karena mereka mencari orang-orang yang berkompeten dan berkomitmen pada organisasi. Dan juga karena organisasi ini berhubungan langsung dengan banyak orang, civitas akademika maupun masyarakat sekitar kampus.
Zahra dan Anita memasuki posko tersebut, terlihat beberapa orang dari berbagai fakultas dan jurusan yang berkumpul mengantri dipanggil untuk sesi wawancara. Wawancara dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan departemen dalam organisasi tersebut. Anita dan Zahra bergantian mengikuti wawancara tersebut dan menjawab beberapa pertanyaan dengan fasih.
Di bagian akhir wawancara ketika sampai pada bidang Kesekretariatan, Anita tampak begitu gugup. Terlihat sosok yang tidak asing bagi Anita, duduk dengan penuh kharismanya memakai kacamata dengan bingkai warna hitam, sambil membolak balikkan kertas CV milik Anita. Ya, dia Hanif. Laki-laki yang sejak pertama mengacaukan hati Anita. Anita sangat enggan mendekat sebenarnya, takut kalau-kalau jantungnya melompat keluar, dia reflek memegang dada sebelah kiri dan mengusapnya.
“Anita Shoffiyah?” panggil Hanif yang membuyarkan lamunan Anita.
Anita dengan perlahan mendekat dan berusaha menormalkan keadaan dirinya.
“mmm.. menurut CV yang kamu buat ini, kamu sudah berpengalaman di beberapa organisasi sewaktu SMA, tapi dari sekian banyak ini hampir semuanya kamu memegang kendali di bidang keuangan. Betul?” Hanif memulai wawancaranya.
“betul kak”. Jawab Anita pelan sambil agak menunduk.
“Di departemen keuangan tadi pasti kamu sudah banyak ditanya tentang berbagai hal tentunya terkait dengan departemen dan bidang tersebut. Saya tidak akan menanyakannya lagi karena itu bukan bagian saya. Saya hanya ingin bertanya sederhana saja, apakah kamu mengerti tugas dan kewajiban seorang sekretaris? Seandainya kamu diterima disini lalu diberikan amanah untuk itu.” tanya Hanif.
“mengerti, kak. Seorang sekretaris memiliki tugas sebagai pendamping ketua dalam menjalankan organisasi, bertanggung jawab atas….”
“bisa lebih keras bicaranya? Dan tolong lihat saya saat kamu berbicara.” Sahut Hanif memotong jawaban Anita.
Anita kini tengah berguncang hatinya, dia harus menatap lelaki di depannya? Tentu saja Anita tidak bisa. Anita diam sesaat, mencoba beberapa kali menatap ke arah hanif tapi hanya sampai pada kertas yang sedang dipegang lelaki itu.
“Anita? Kenapa diam saja..” ujar Hanif menelisik.
“tugas sekretaris antara lain, mendampingi ketua dalam menjalankan organisasi, bertanggungjawab atas manajemen administrasi dalam organisasi, pengarsipan dokumen, membuat dokumen-dokumen kesekretariatan”. Jawab Anita dengan tegas, namun tetap dalam keadaan menunduk.
“saya tidak tahu bagaimana wawancaramu tadi di bagian lain, tapi wawancara dengan saya, saya mengharuskan lawan bicara saya menatap saya saat berbicara. Saya juga harus memastikan lawan bicara saya apakah benar-benar serius dengan organisasi ini, saya mencari orang yang berkomitmen dalam organisasi ini. Dan kamu berani membantah apa yang saya katakan tadi. Kamu mengerti apa yang saya katakan Anita?” ucap hanif panjang lebar dan tegas, namun tidak mengurangi kharismanya.
“maaf kak. Saya tidak bisa..” gumam Anita. Dia menyesal tidak bisa profesional kali ini.
Hanif hanya menghela napas panjang. “baiklah, saya mengerti. Kamu sudah selesai, silahkan tunggu di luar.” Jawab Hanif.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments