3 detik kemudian Anita segera menundukkan pandangannnya. Lagi, Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Benar, dia berdebar lagi.
Dia..lagi. Anita berbicara dalam hati. Anita mengerjapkan matanya berulang kali seraya menarik nafas dalam, sangat dalam. Ia berusaha menormalkan detak jantungnya. Lalu menganggukkan kepalanya untuk menyapa.
"mas..mari saya duluan.." Anita menyapanya duluan sekaligus berpamitan, tapi belum sempat berjalan.
"Eh..tunggu..kamu? Mmm, yang hampir kutrabak bukan?" tanya lelaki tersebut.
"hehe, iya mas.." jawab anita singkat.
"maaf sekali lagi untuk yang dulu ya, saya terburu-buru dan hanya melihat langkah Kakiku sampai-sampai hampir menabrakmu.. Saya Hanif.." dia memperkenalkan diri tanpa menjulurkan tangannya.
"saya Anita.." Anita hanya mengangguk sedikit. Anita sama sekali tidak berani menatapnya kali ini, jantungnya tidak bisa diajak bekerja sama, bahkan kali ini lebih cepat ketika dia menyebutkan namanya.
Oh tidak.. Jantungku tenanglah. Anita membatin.
"Sepertinya kita di jurusan yang sama kan? Harusnya sering berpapasan bukan?" Hanif bertanya memastikan. Tapi pertanyaan kedua hanya dia sendiri yang mengerti apa maksutnya.
"saya jurusan matematika, mas. Mahasiswa baru." jawab Anita sambil tersenyum simpul dan hanya sekilas melirik ke arah Hanif.
"mm, mas saya duluan ya, takut kemaleman sampai rumah nanti. Assalamu'alaikum." Anita segera berpamitan. Dia ingin segera melarikan diri kali ini meskipun rasa Sebenarnya Anita ingin mengenal lebih dekat sosok Hanif.
"eh, iya silahkan. Wa'alaikumsalam warohmatullah" jawab Hanif.
Anita sudah berlalu pergi dengan kekacauan hatinya. Jantungnya masih belum bisa dia kendalikan. Berkali kali dia menarik nafas dalam lalu dihembuskan, tarik nafas lagi dan hembuskan lagi tapi usaha nya sia sia. Sepertinya malam ini dia tidak akan bisa tidur.
Sementara di tempat sebelumnya, masih di pelataran masjid. Hanif masih diam disana duduk di atas motornya, wajahnya terdapat pantulan cahaya dari handphone. Entah apa yang dilakukannya tapi cukup lama Hanif terdiam. Tiba-tiba dia mendongakkan kepalanya yang sedari tadi menunduk menatap layar handphone.
"apa aku pernah bertemu dengannya sebelumnya? Kenapa rasanya wajahnya Sama sekali tidak asing bagiku.." Hanif bergumam sendiri tapi tanganya tetap memainkan layar handphone, scroll ke atas ke bawah.
Rupanya Anita berhasil mengganggu pikiran Hanif kala itu.
Ting ting ting..
Beberapa pesan masuk sekaligus di handphone Hanif, dia mengusap layar handphone dan membaca pesan yang masuk. Sekejap kemudian Hanif menyalakan motornya dan menarik gas dengan tergesa-gesa. Soal Anita, Hanif tak lagi memikirkannya.
***
Esok Anita memiliki jadwal kuliah cukup padat dari pagi sampai sore, Anita memutuskan meminta ijin kepada orang tuanya untuk menginap di kos Zahra. Mendung menggelayut di kampus dan sekitarnya. Angin berembus sepoi menenerbangkan beberapa daun kuning sehingga terlepas dari rantingnya. Anita berjalan menuju parkir motor, bersama Dian, Vita dan 2 teman lainnnya kemudian mereka ber’say goodbye’ berpisah menuju kos masing-masing. Anita sudah memberi tahu Zahra bahwa dia akan menginap semalam nanti, dia juga sudah membawa pakaian ganti untuk esok hari. Tidak sampai lima menit Anita sudah sampai di kos Zahra, mengetuk pintu dan mengucap salam lalu berjalan ke arah kamar Zahra.
“Assalamu’alaikum Zah..” Anita mengucap salam lalu diikuti ketukan di pintu.
“masuk aja, Nit..” jawab Zahra dari dalam kamar. Sekejap kemudian Anita nyelonong memasuki kamar.
“kamu lagi apa?” Anita ber basa basi padahal sambil lalu meninggalkan Zahra dan berlari menuju kamar mandi yang ada di dalam kamar.
Zahra yang melihat tingkah Anita hanya mengernyitkan dahi dan tersenyum sambil menggelengkan kepala nya. Anita memang pendiam di depan orang lain, tapi saat bersama Zahra dia menjadi sangat aktif dan tidak tahu malu.
“mendung gelap banget di luar tau.. kamu seharian ini ngapain? Nggak ada kuliah kan?” Anita yang mulai nyerocos begitu keluar dari kamar mandi.
“ngerjain tugas doang sama baca-baca dikit. Kamu udah makan? Tuh ada nasi sama lauk aku tadi beli di depan. Habisin aja kalau kamu belum makan..” ucapnya sambil melongok menunjuk meja dengan dagunya.
“hehe..pengertian banget sih…” Anita bersemangat karena memang dia sudah sangat lapar. Setelah mengambil makanan, dia kembali duduk di sebelah Zahra.
“formulir apaan itu? Serius amat ngisinya ?” tanyanya.
“formulir pendaftaran organisasi T kampus.” jawabnya sambil menggoyangkan pena di tangannya.
“serius kamu daftar organisasi itu?” tanya Anita semakin bersemangat.
“kamu nggak lihat aku lagi isiin formulirnya? Serius lah..” Zahra mencoba fokus pada tulisannya lagi.
“waaahhhh..hahaha..” Anita yang tak percaya hanya mengeluarkan ekspresi tertawa. Bukan karena tak percaya karena Zahra mendaftar di sebuah organisasi, tapi Anita terkejut karena mereka akan sering menghabiskan waktu bersama. Sebagai sahabat.
“kamu kenapa sih? Gitu amat?” tanya Zahra penasaran.
^^
Halo readers, jangan lupa berikan dukungan untuk author ya dengan like, koment dan juga vote nya.
Biar author tambah semangat lagi bikin ceritanya..
ikuti kelanjutan cerita Mencintaimu dalam Diam ya..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments