Bab 5

🥰🥰Happy Reading🥰🥰

Ini Visual dari Mutiara Pandini yah guys.

Dan Ini Visual Andi Permana yah guys.

Semoga kalian suka yah🙏

Andi begitu terkejut mendapati istri terpaksanya itu sedang tergeletak di kamar mandi. Andipun langsung mengangkat tubuh istrinya ala bridal style, yang sudah setengah telan jang, lalu dibawanya kedalam kamar dan diturunkan perlahan diatas kasur big sizenya.

"Gadis bodoh ini! Bisa-bisanya jatuh pingsan di kamar mandi? Mana sudah setengah buka baju begini lagi." Andi terus mengomel, setelah dirinya mengechek urat nadi istrinya, yang ternyata masih bendenyut dan istrinya hanya pingsan saja.

Andi mengambil minyak kayu putih, etanol, perban, obat antiseptik palaster dan kassa dari lemari kotak P3K. Kemudian Andi mengobati luka memar yang ada ditubuhnya, juga pelipis alisnya yang sedikit berdarah, akibat benturan di kamar mandi.

Setelah mengobati luka memar pada tubuh istrinya itu, Andi menutup tubuh istrinya menggunakan selimut hangatnya. Entah mengapa Andi menolong gadis itu, yang sekarang sudah menjadi istrinya. Andi pikir mungkin, karena demi kemanusiaan.

Andipun mengoleskan minyak kayu putih dihidungnya, agar Mutiara bisa merasakan bau minyak kayu putih yang menyengat itu. Usaha Andi biar istrinya kembali sadar dari pingsannya.

"Gadis ini tidur saja kayak kerbau, apa lagi pingsan, sudah kayak orang mati sepertinya." Andi bergumam pelan dengan keningnya yang berkerut.

Andi tidak ingin berlama-lama duduk di dekat istri terpaksanya itu, diapun pergi meninggalkannya sendiri ke kamar mandi.

Kalau dibilang kejam, yah biarkanlah. Tapi setidaknya dia masih perduli pada Mutia, sudah mau mengobati lukanya, dan mencoba menyadarkannya dengan rangsangan minyak kayu putih di hidungnya.

Sementara Andi sedang mandi, tidak lama kemudian Mutiara tersadar dari pingsannya.

"Aku dimana? Kenapa aku diatas kasur? Bukankah aku sedang mandi tadi? Oh iya, aku tadi terpleset di kamar mandi, saat menginjak cairan sabun yang tumpah." Mutiara bergumam pelan, mendapati dirinya berada di atas kasur.

"Aaaaww.." Mutiara meringis, saat merasakan tubuhnya terasa sakit. Diapun melihat ada tempelan plaster disiku tangannya, dan dia menyentuh keningnya yang terasa berdenyut, ada perban juga yang menempel di dekat pelipis alisnya.

Saat Mutiara hendak bangun dan membuka selimutnya, betapa terkejutnya dirinya ketika dua gundukan miliknya terekspos, hanya tertutup bahan kain yang berbentuk kaca mata itu.

"Haah..? Siapa yang mengangkatku dari kamar mandi sampai di sini? Lalu dia... aaaahh... heeep." Mutiara memekik prustasi, namun seketika membekap mulutnya sendiri, disaat sadar pasti suaminya yang sudah membawanya dari kamar mandi ke atas kasur sekarang ini, pikirnya.

"Sekarang Mas Andi kemana? Kenapa dia meninggalkan aku dalam keadaan seperti ini? Kejam banget sih Mas Andi? Tapi, masih ada sisi baiknya sih Mas Andi mau nolongin aku."

Mutiara bertanya-tanya dalam hatinya, merasa kesal dengan sifat suaminya. Namun Mutiara senang, suaminya masih punya hati untuk menolongnya.

"Jeglek." Bunyi pintu kamar mandi terbuka. Andi seperti biasanya, keluar dari kamar mandi hanya berbalut handuk kecil yang menutupi aset berharganya saja.

"Aisssh... Mas Andi kebiasaan deh, kalau keluar dari kamar mandi itu harusnya sudah berpakaian, jangan hanya memakai handuk kecil seperti itu." Mutiara mengomel, dengan menutup kedua matanya menggunakan tangannya.

"Loe sudah sadar? Bagus lah kalau begitu, kirain engga akan sadar selamanya!" Andi bersikap cuek, dengan omelan istrinya itu. Justru membahas kesadaran istrinya, yang sudah bangun dari pingsannya.

Mutiara merasa geram dengan ucapan suaminya, kemudian diapun menurunkan tangannya dari wajahnya.

"Mas Andi jahat, masa doain istrinya biar engga sadar dari pingsan." Mutiara mengoceh, dan mengerucutkan bibirnya sebal.

"Biarin, lagian kalau loe engga sadar-sadar tinggal dikubur, gampang 'kan?" Andi mengucapkan dengan santai, tanpa rasa iba sedikitpun.

Andi berlalu melewati Mutiara yang begitu kesal, lalu berjalan membuka lemari besarnya, dan mengambil baju santai, celana, juga pakaian dalam untuknya. Andipun memakainya tanpa rasa malu sedikitpun, bahkan dirinya menganggap istrinya seperti patung dihadapannya.

Sontak saja, Mutiara menutup kembali kedua matanya, saat Andi akan mengenakan pakaian dalamnya, yang hanya beberapa meter saja jarak dirinya dengan suaminya itu.

Andi melihat istri terpaksanya itu, hanya geleng-geleng kepala seraya bergumam pelan."Dasar anak kecil, siapa suruh mau menikah dengan Pria dewasa sepertiku? Bahkan usiaku dengannya terpaut 7 tahun."

Ternyata gumaman Andi terdengar oleh telinga Mutiara, seketika saja matanya sudah berkaca-kaca, air matanya lalu meluncur dipipinya, tertutup oleh kedua tangannya.

Gue mau ke Rumah Sakit, loe dirumah saja. Nanti gue minta temenin loe sama Mbo Yuyun, biar luka loe cepat sembuh." Andi berucap tanpa memandang ke arah Mutiara, dia langsung berjalan dan meninggalkannya sendiri.

Hati Mutiara terasa sakit, dadanya begitu sesak, hingga isak tangisnya keluar saat Andi meninggalkan kamarnya.

"Hikkkzz.. hikkkzzz... hikkk..." Tangis Mutiara pecah saking sedih hatinya.

"Andai saja aku boleh memilih, aku juga tidak mau menjadi istri Mas Andi. Tapi apa boleh buat, ini permintaan Ibuku yang sangat aku sayangi. Apa lagi ini adalah wasiat dari almarhum Ayahku, bagaimana mungkin aku bisa menolaknya." Ucap Mutiara lirih dalam hatinya.

Mutiara mengusap air matanya setelah beberapa menit, dia tidak ingin menangisi Pria yang sudah menyakiti perasaannya. Hati wanita itu amatlah rapuh, mudah sekalih hancur ataupun patah. Meski demikian, Mutiara tetaplah Mutiara. Dia harus kuat menerpa apa yang akan menghalanginya, meski badai sekalipun.

"Aku akan kuliah, itu memang cita-citaku. Jika nanti aku sudah di kampus, aku tidak akan merasa kesepian dan bersedih. Aku harus kuat, aku harus semangat, aku harus bisa meraih impianku, aku harus bahagia demi Ibu dan almarhum Ayah." Mutiara berbicara sendiri, dengan wajah sedikit mendongak keatas plapon kamarnya.

"Tok.. tok.. Asalamu'alaikum Nona Mutiara." Ucap Mbo Yuyun memberi salam.

"Wa'alaikumsalam, silahkan masuk, buka saja tidak dikunci." Mutiara menjawab salam dengan mempersilahkan Mba Yuyun masuk.

"Iya, Non." Mba Yuyun masuk dengan membawa nampan yang berisi roti rawar, beserta selai coklat dan strawberry juga satu gelas susu cair, untuk sarapan Mutiara.

"Nona Mutiara cantik banget, sekarang Non sarapan dulu yah, saya akan membawa nampan kotor semalam dulu kedapur, nanti saya balik lagi kesini." Mbo Yuyun menyapa Mutiara, dengan sopan dan ramah.

"Terima kasih, Mba siapa namanya?" Tanya Mutiara dengan ramah.

"Sama-sama Non, panggil saja nama saya Mbo Yuyun."

"Ooh... Mbo Yuyun, terima kasih banyak."

"Iya Non, semoga kerasan disini yah Non. Kalau Mas Andi ketus dan galak jangan diambil hati yah Non, memang Aden Andi seperti itu kalau belum kenal. Tapi kalau sudah kenal, Aden Andi akan sangat baik dan penyayang sekalih kepada orang itu. Jangankan orang jahat yang mengganggu, lalat sekalipun akan habis ditangannya Non." Ujar Mbo Yuyun dengan gamblang.

"Haaa...? Masa iya begitu, Mbo Yuyun? " Tanya Mutiara sedikit ragu.

--BERSAMBUNG--

...Jangan lupa kasih like, favorite, vote dan tips komentar yah. Terima kasih....

Terpopuler

Comments

Setia

Setia

visual mutia imut bngtt... yg sabar y mutia hadapi si andi itu dengan diam nanti juga kesel sendiri

2022-08-30

1

🐈 Kitty Lover 🐈

🐈 Kitty Lover 🐈

lah situ sendiri gimana mas, katanya pria dewasa tp mulutnya kayak anak kecil cerewet kalo ngomong ga disaring

2022-08-29

2

Puput Assyfa

Puput Assyfa

hadehh Andi percuma umur lu tua tp kelakuan kaya bocil, gak bisa menjaga sikap dan menjaga hati istrimu.

2022-08-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!