🥰🥰Happy Reading🥰🥰
...Di sarankan untuk membaca cerita sebelumnya, punya otor yang satunya lagi. Judulnya Teman Atau Suami karena ada hubungannya dengan tokoh utama Prianya di cerita ini! Terima kasih para pembaca budiman....
Ibu Lanjar yang melihat air mata putri satu-satunya itu, seketika langsung meraih tisu untuk menghapus air matanya.
"Sayang, jangan menangis lagi. Kamu akan hidup bahagia, bersama suamimu nanti di kota Jakarta." Air mata Lanjarpun ikut mengalir deras, merasakan kesedihan putrinya itu.
"Heeemmm.." Hanya gumaman pelan, yang keluar dari bibir mungil Mutia.
Mutia memikirkan bagaimana kehidupannya nanti di kota asing, yang belum pernah sama sekalih dia datangi. Bagaimana jadinya hidup Mutia tanpa Ibunya nanti.
Bahkan Mutiapun memiliki kekasih, yang sudah berjalan 2 tahun, semenjak dirinya duduk dibangku kelas 2 SMA.
Mereka sudah merencanakan akan kuliah bersama nanti, sambil bekerja freelance, setelah lulus SMA.
Bagaimana jadinya, jika kekasihnya Mutia tahu, kalau hari ini dirinya melakukan Pernikahan Mendadak, dengan Pria yang berasal dari kota Jakarta.
"Mari Nak, kita akan segera melakukan Ijab Qabul sebentar lagi." Ibunya menggandeng putri cantiknya itu, dengan bibir yang menebarkan senyuman kepada tamu, yang terbilang hanya kerabat, dan tetangga dekat saja.
Mutia duduk di samping Pria, yang sebelumnya tidak pernah dia kenal. Pria itu akan menjadi suaminya, dalam hitungan menit saja.
Perasaan gusar, gamang, benci dengan situasi ini, hanya bisa ditelannya mentah-mentah.
Bagai mimpi disiang bolong, mutia seperti terkena cambukan petir, yang seketika membuat tubuhnya terjebak, dalam kondisi yang sekarang ini dia hadapi.
"SAH.. !" Ucap Penghulu itu berseru.
"SAH..... !" Sahut semua tamu, yang menghadiri Pernikahan Mendadak ini.
"Alhamdullilah, barrakalloh yah Mas Andi Permana dan Mba Mutiara Pandini." Ucap Bapak Penghulu, dengan berjabat tangan kepada kedua mempelai.
"Namanya Andi Permana." Bathin Mutia berucap.
"Terima kasih Bapak Penghulu." Ucap Andi dengan suara baritonnya, namun terdengar merdu di telinga Mutia.
Mutiapun mengikuti ucapan Pria, yang sekarang sudah menjadi suaminya itu.
"Pria ini sudah menjadi suamiku sekarang, sikapnya dingin kepadaku. Apa mungkin diapun terpaksa menikahiku? Apa mungkin dia juga punya kekasih sepertiku?" Bathin Mutia bermonolog.
"Sekarang, silahkan pasangkan cincin pernikahan kalian, kejari tangan kalian bergantian." Pinta Bapak Penghulu itu, dengan senyum yang mengembang.
Andi memakaikan cincin emas bermatakan berlian itu, ke jari manis tangan kanan milik Mutia. Begitupun dengan Mutia, melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan Andi kepadanya.
Setelah selesai memakaikan cincin Pernikahan mereka masing-masing, Bapak Penghulu meminta Mutia, untuk mencium punggung tangan kanan Pria asing, yang bernama Andi itu, yang sekarang menjadi suaminya.
Andipun langsung mengulurkan tangan kanannya, setelah itu mengecup kening istrinya dengan sangat terpaksa.
Pernikahan mereka hanya pernikahan sirih, karena Pernikahan Mendadak mereka tidak bisa kalau di lakukan secara resmi.
Pernikahan mereka baru SAH secara agama, belum SAH secara Hukum, maka saat di Jakarta, mereka baru akan meresmikan Pernikahannya secara hukum Negara.
Siang hari, para tamu dan kerabat dekat, sudah meninggalkan rumah Mutia satu persatu. Tinggalah dua keluarga, yang masih tersisa.
"Ibu.... Mutia, hikkzz.. hikkkzzz... " Air matanya mengalir deras.
"Iya sayang, semoga kamu betah di Jakarta, dan selalu di beri kebahagiaan." Ibu Lanjar mengusap lembut, punggung anaknya itu dipelukkannya.
*******
Di Jakarta.
Sesampainya mereka menginjakkan kakinya lagi di kota jakarta. Tepatnya lagi sekarang berada, di Rumah Sakit yang begitu besar dan luas.
Rumah Sakit yang terbilang, hanya orang berada yang bisa dirawat di Rumah sakit tersebut.
Ibu Mertuanya bernama Safira, sangat ramah dan sayang kepada Mutia.
Ibu Safira menggandeng mutia ke dalam sebuah ruangan VVIP, ruang rawat tempat dimana Ayah mertuanya sedang terbaring lemah, dengan dipasang selang impus di tangannya.
"Papi, ini Mutia anaknya sahabat Papi mas Bagus Abimanyu. Apa Papi bisa mendengar suara Mami?" Tanyanya dengan suara berbisik, di telinga suaminya.
"Iya Mami, apa ini menantu Papi?" Tanyanya dengan suara lirih, seraya membuka matanya perlahan.
"Iya, Papi sayang. Ini Mutiara Pandini menantunya Papi." Ucap istrinya, tersenyum mengembang.
Mutiara hanya tersenyum manis, tangannya langsung meraih punggung tangan Ayah mertuanya itu, lalu menciumnya dengan takzim.
"Cantiknya, menantu kita Mami. Andi kemana? Kenapa dia tidak ada?"
"Andi pulang kerumah, katanya sangat lelah seharian ini dan dirinyapun mengantuk ingin tidur."
"Dasar anak itu, sudah menikah masih kelakuannya tidak bisa berubah." Maki Tuan Dahlan kesal.
"Tapi, sandiwara kita berhasil 'kan Papi?" Bisik Mami Safira di telinga suaminya.
Mami Safira terbayang, saat tiga hari yang lalu membahas soal sandiwara yang mereka rencanakan.
"Papi heran sama anak kita Mami, setiap ditanya kapan menikah? Kapan akan mengenalkan calon istrinya? Selalu saja ada jawaban yang tidak masuk akal." Papi Dahlan mengeluh.
"Mungkin dia masih fokus menjadi Dosen sayang, dan belum sempat memikirkan pernikahan."
"Tapi usianya sudah cukup matang, Andi sudah menginjak usia 25 tahun. Bagaimana kita bisa punya cucu? Kalau Andi sampai saat ini belum juga menikah."
"Iya sih, Pih. Bukankah Papi punya sahabat di Yogyakarta? Sahabat Papi punya anak perempuan, bukan?"
"Benar juga Mih, Papi punya sahabat SMA dulu, yang bernama Bagus Abimanyu. Dia punya anak perempuan seingat Papi dulu, saat kita masih tinggal di Yogyakarta."
"Iya sudah, kita langsung nikahkan saja mereka."
"Mana bisa begitu Mih, kita harus cari tahu dulu kondisi keluarga sahabat Papi itu."
"Okay, besok Papi suruh anak buah Papi ke Yogyakarta untuk melihat kondisi sahabat Papi."
"Siap, Mami sayang."
Dua hari kemudian anak buah Papi Dahlan kembali dari Yogyakarta, membawa hasil penyelidikannya selama disana.
Papi Dahlan seketika menitikkan air matanya, setelah mengetahui jika sahabatnya sudah tiada 3 tahun yang lalu.
"Aku akan memenuhi janjiku padamu Bagus, aku akan membahagiakan putrimu." Ucap Dahlan dalam hatinya.
"Mih, mulai besok kita harus bersandiwara, agar anak kita mau menikah."
"Siap, Papi sayang."
"Mami.. mami.." Pekik Dahlan suaminya, saat melihat istrinya melamun.
"Aiishh.. Papi ganggu saja, Mami tadi teringat saat kita merencanakan sandiwara kita." Bisik Mami Safira di telinga suaminya kembali.
"Oooh.. he.. he.. he.." Hanya itu yang digumamkan oleh Papi Dahlan, seraya terkekeh menganggukan kepalanya pelan.
Mutia menatap heran kedua mertuanya, Mami Safira selalu berbisik ditelinga suaminya, seakan dirinya tidak boleh mendengar pembicaraan mereka.
"Mutia sayang, kamu nanti pulang kerumah bersama Asisten Papi Dahlan yah."
"Iya Tante."
"Eeh.. mulai sekarang engga boleh panggil Tante, harus panggil Mami dan Papi."
"I.. iya Mami, Papi." Ucapnya gugup.
"Nah begitu, itu baru menantu Mami dan Papi yang cantik." Ucap Mami Safira ramah.
"Asisten Bara, tolong antar menantuku ke rumah dengan selamat. Jangan sampai lecet sedikitpun, awas kalau sampai itu terjadi." Ancam Mami Safira.
"Siap Nyonya, akan saya pastikan itu tidak akan terjadi."
"Bagus, saya pegang kata-katamu." Ucap Mami Safira dengan tersenyum mengembang.
Mutiarapun akhirnya berpamitan kepada mertuanya, dengan langkah berat saat meninggalkan ruang rawat inap tersebut.
Mutiara mengekori Asisten Bara, dengan berjalan menunduk. Sepanjang perjalanan, diriny terdiam tidak mengeluarkan kata-kata sama sekalih.
Asisten Barapun tidak berani membuka suaranya, karena dia tahu wanita yang dia bawa adalah menantu kesayangan Tuannya.
Asisten Bara tidak akan berbicara, terkecuali dia ditanya oleh majikannya.
Sesampainya dirumah Tuan Dahlan Permana, Asisten Bara menunjukkan kamar Mutia dengan sopan. "Silahkan masuk Nona Muda, ini kamar Nona dan Aden."
"Terima kasih, Pak."
"Sama-sama Nona, saya permisi undur diri." Ucap Asisten Bara, kemudian diapun pergi meninggalkan Mutia sendiri.
Mutiapun mencoba mengetuk pintu kamar itu dengan perlahan, namun tidak ada jawaban. Akhirnya diapun mencoba memegang handel pintu itu, lalu mencoba membukanya.
"Flash Back Off"
--BERSAMBUNG--
...Jangan lupa kasih like, favorite, vote dan tips komentar yah. Terima kasih....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
🐈 Kitty Lover 🐈
niatnya papi dahlan sih baik sebenarnya tp seharusnya jangan di nikahin mendadak gitu. kasih waktu dulu buat pengenalan. yg di jodohin ini anak lulus SMA kan. masih muda bgt.
2022-08-29
2
Febi Febrianto
ternyata perkawinan Mutia & Andi
rekayasa org tua Andi
bertahan kah pernikahan mereka
karna Tampa ada rasa cinta di antara mereka berdua
2022-08-16
2
Puput Assyfa
kasihan Mutia dong harus menjadi korban, apalagi kelakuan suaminya ky abg labil begono yg ada Mutia makan ati trs dong sm perlakuan andi yg gk ada lembut2nya klo ngomong yg suka kasar.
2022-08-10
1