"Lelahnya" keluh Sisi menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang. Seketika dia terpejam karena lelah oleh pekerjaan pertamanya sebagai pelayan yang banyak melakukan banyak tugas.
"Jual saja anak itu! Lagi pula dia sudah berumur. Pasti banyak yang akan menawar dengan harga mahal. Apalagi dia masih perawan!"teriak seorang perempuan gendut.
"Apa kau sudah gila! Dia anak yang dititipkan oleh kakakku!"timpal seorang lelaki dengan berteriak juga.
"Apa dia memberi uang untuk biaya perawatan anaknya? Dia hanya menitipkan beban padamu!"teriak wanita itu lagi.
"Paman Bibi jangan bertengkar lagi ini sudah malam. Besok aku akan bekerja lebih giat lagi untuk menghasilkan uang."kata Sisi yang sudah jengah mendengar pertengkaran mereka dengan kalimat yang sama.
"Memang berapa hasilmu dari memetik daun teh dan buruh meladang di kebun orang?"tukas bibinya. Sisi hanya bisa terdiam.
"Lebih baik kau bekerja saja dirumah pelacuran agar bisa mendapatkan banyak uang untuk kami!"teriak bibinya.
"Aku lebih baik mati!"jawab Sisi tegas.
"Lalu mati saja sekarang!"teriak bibinya dengan nada marah.
"Lastri! Jaga ucapan mu! Kau sudah kelewatan!" Teriakan pamannya membungkam mulut bibinya. Sisi lalu kembali ke kamarnya begitu juga dengan pamannya.
Lastri yang masih panas hatinya merencanakan suatu hal buruk untuk Sisi.
Keesokan harinya pagi-pagi sekali ke kebun teh untuk memetik daun bersama petani yang lainnya juga. Lalu siangnya Sisi meladang di kebun orang hingga hari hampir menjelang malam agar mendapatkan banyak upah.
Sisi yang sedang berjalan sendirian setelah pulang meladang dari kebun orang merasa ada yang sedang mengikutinya. Dia mempercepat langkahnya agar segera menuju ke jalan besar.
Tapi belum juga jauh ada tiga orang laki-laki dengan badan besar dan kekar salah seorangnya berkepala botak. Sisi merasa takut dan berteriak meminta tolong lalu mencoba kabur tapi mereka bertiga dengan sigap menangkapnya.
Dia mencoba melawan dengan memukul salah satu penculik itu dengan caping yang dipakainya dan mengenai mukanya. Penculik itu marah dan memukul Sisi terakhir mengenai tengkuknya hingga Sisi tak sadar.
"Tok tok tok" suara ketukan kaca jendela kamar Sisi mengagetkannya dan membuatnya terbangun dari mimpinya.
Dia lalu bangun dan berjalan menuju jendela lalu membukanya. Luna berpakaian serba hitam dan memberikan sebuah kotak padanya "Cepat ganti!".
Sisi lalu pergi mengganti baju senada dengan Luna. Mereka lalu melompat keluar jendela dan mengendap menyusuri kediaman Aditama.
Lahan seluas tiga hektar dibangun rumah bak istana mewah. Rumah utama adalah kediaman yang ditempati Rain dengan sebutan Rumah Besar. Dan ada dua unit rumah lagi diatas satu lahan itu yaitu rumah paman pertama Rain dengan sebutan paviliun Candra satunya lagi milik paman keduanya dengan sebutan paviliun Rendra.
Luna memberi kode untuk merayap. Dia melihat gerakan siaga dari para penjaga kediaman Rendra.
"Tugas mu disini mulai besok. Gunakan ini hanya saat bertugas saja."Luna menyerahkan smartwatch pada Sisi. Sisi mengangguk menerimanya.
"Bos akan mengajakmu keluar untuk latihan besok. Sekarang istirahatlah dan persiapkan dirimu untuk besok."Luna menepuk pundak Sisi dan mengajaknya pergi.
Keesokan paginya Rain keluar bersama Sisi dan asisten Coky. Sisi menenteng tas laptop milik Rain layaknya seorang pelayan.
Asisten Coky membuka pintu mobil mempersilakan tuannya masuk sedang Sisi duduk di bagian depan bersama asisten Coky yang menyetir.
"Kita ke camp."kata Rain. Coky lalu melajukan mobilnya ke tempat yang dituju. Setelah sampai Sisi dibuat terkejut karena kagum dengan apa yang dilihatnya. Pelatihan militer dan alatnya sangat lengkap. Dia diajak berkeliling melihat tempat latihan berkuda, menembak dan memanah. Sisi meraba alat untuk memanah.
"Kau mau coba?"tanya Rain. Sisi mencoba memanah dengan kemampuan yang Kate miliki. Sisi memasang kuda-kuda, anak panah pun melesat mengenai titik merah sasaran.
"Apa kau pernah belajar sebelumnya?"selidik Rain curiga. Karena untuk seorang pemula Sisi bisa melakukan dengan tepat sasaran.
"Aku sering berburu babi hutan di kampung."jawab Sisi asal. Rain mulai tertarik dengan kemampuan Sisi dia lalu berinisiatif untuk mengajari Sisi berkuda dan menembak.
Sisi tersenyum mengangguk, dalam hati Sisi merasa senang karena bakat Kate bisa tersalurkan. Sisi fokus berlatih menembak. Tembakannya masih jauh dari sasaran tapi dia tak menyerah.
"Waktunya makan siang."asisten Coky menghampiri Sisi.
Sisi menghentikan aktivitasnya lalu makan siang bersama trainer dan prajurit lainnya.
Setelah jam istirahat dan makan siang selesai Sisi mulai berlatih lagi. Hingga beberapa bulan Sisi diasah kemampuan menembaknya dan mulai terlihat ada kemajuan.
🐾🐾
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Bunda Liah
Thor salam kenal, ini ceritanya ada flashback di part ini ya? kok ga ada tulisannya atau apa saya yg salah ya
2022-11-01
1