Beberapa saat setelah mendarat sambil terus menyetrum Siole menggunakan petir, Natalia pun langsung melepaskan cekikikan-nya dari leher Siole dan membiarkan Siole tergeletak di tanah sambil kejang-kejang.
setelah itu Natalia menoleh ke arah Juksio yang saat ini terlihat panik dan bingung harus melakukan apa karena Siole sudah tumbang.
Juksio kini merasa bimbang dan ragu untuk bertarung seorang diri karena ia sadar bahwa Natalia bukanlah lawan yang bisa ia kalahkan dalam pertarungan satu lawan satu.
"sial! apa yang harus ku lakukan sekarang?.... apa aku harus kabur dan meninggalkan Siole?" batin Juksio yang saat ini mulai berkeringat dingin. "ahh.... benar juga!... lebih baik kabur dan mengamankan poin-ku!.... jika terus di sini bisa-bisa aku tidak akan lulus dari ujian ini!"
Setelah itu Juksio pun langsung membalik-kan badan-nya dan langsung melompat ke atas pohon dengan niatan untuk kabur.
Baru saja Juksio menapak-kan kaki-nya ke salah satu cabang pohon, tiba-tiba sebuah bola api langsung melesat cepat dan menghantam cabang pohon yang ia pijaki dan membuat cabang pohon itu hancur sehingga Juksio langsung terjatuh dari atas pohon itu.
Saat masih di udara, Juksio langsung mengambil posisi untuk mendarat agar saat ia menyentuh tanah ia bisa langsung kabur dari tempat itu.
namun sayang-nya belum sempat mendarat tiba-tiba Juksio melihat sebuah petir yang sangat kuat menyambar dari atas dan langsung tepat mengenai diri-nya sehingga diri-nya langsung kejang-kejang karena efek Sambaran itu.
alhasil saat mendarat di tanah Juksio langsung tergeletak begitu saja, dan tubuh-nya tampak masih kejang-kejang karena efek Sambaran petir yang barusan di lancarkan oleh Natalia.
"padahal sudah tahu kalau kalian tidak akan mampu melawan-ku, tapi tetap saja keras kepala." ucap Natalia sambil berkacak pinggang.
Sementara itu, Madika yang melihat kejadian itu tampak makin berdebar-debar karena rasa takut.
"kenapa jantung-ku terus berdetak seperti ini?.... apakah ini yang nama-nya cinta?.... cinta gundul-mu!!" batin Madika yang merasa harus waspada terhadap Natalia.
Tak lama setelah itu, Natalia pun langsung menoleh ke arah tempat persembunyian madika saat ini.
"hoi.... kau yang sedari tadi bersembunyi! apa mau mu!?" ucap Natalia dengan suara yang cukup keras.
"di.... dia menyadari keberadaan-ku?" batin Madika yang kini tampak berkeringat. "tidak boleh! aku tak boleh takut! aku harus mengubah ketakutan-ku menjadi kekuatan!" ucap-nya membulatkan tekad.
Tak lama setelah itu, Madika pun turun dari atas pohon tempat ia bersembunyi, dan ia langsung menunjuk-kan diri-nya di hadapan Natalia.
"apa kau merasa terganggu dengan keberadaan-ku di sini?" tanya Madika dengan tenang.
"tentu saja.... mengingat kau juga adalah salah satu peserta tentu akan membuat-ku merasa terusik." jelas Natalia sambil menegak-kan tubuh-nya saat berdiri.
"begitu ya.... tapi tenang saja, aku sudah mendapatkan poin, jadi sekarang aku sama sekali tak berniat untuk bertarung dengan-mu.... tujuan-ku saat ini hanyalah bertahan hingga waktu ujian berakhir." jelas Madika dengan jujur.
"benarkah?.... rasa-nya aku sedikit meragukan ucapan mu barusan.... kau bisa lihat kan? kedua orang barusan juga sudah mendapat poin tapi mereka malah berusaha untuk melawan-ku." ucap Natalia dengan tatapan menyelidik. "sebaik-nya kau jujur saja, karena dari tampang-mu saja aku sudah tahu bahwa kau berniat menghabisi salah satu dari kami setelah kami kehabisan tenaga saat bertarung tadi... tapi seperti-nya dugaan-mu salah makan-nya sekarang kau berdalih karena takut kehilangan poin juga seperti mereka berdua." ucap Natalia sambil tersenyum manis, namun senyum manis-nya itu malah membuat diri-nya semakin tampak menyeramkan di mata Madika.
"intimidasi macam apa ini?" batin Madika saat melihat senyuman manis itu. "belum lagi pikiran-nya menebak hal yang terlalu jauh dari tujuan-ku.... tapi kalau aku di posisi-nya mungkin aku juga akan berpikir begitu, jadi wajar saja jika dia asal tebak seperti itu." ucap Madika dalam hati.
Tak lama setelah itu Natalia pun langsung mengeluarkan dua buah pedang petir di tangan-nya, setelah itu ia langsung maju dengan sangat cepat menghampiri Madika sehingga Madika menjadi terkejut saat melihat pergerakan-nya itu.
"dia sama sekali tak mau mendengar penjelasan-ku!" batin Madika yang tampak sedikit panik. "aku tak boleh kalah di sini!" ucap-nya lagi dalam hati sambil menyilang-kan kedua tangan-nya di depan dada. saat kedua tangan-nya membentuk huruf X, tiba-tiba terbentuk bola angin yang besar sehingga bola angin itu menutupi seluruh tubuh Madika.
hal itu pun membuat tebasan pedang petir yang di lancarkan oleh Natalia kepada-nya berhasil di blokir.
"reaksi-nya lebih cepat dari para pecundang yang sebelum-nya." batin Natalia saat diri-nya bergerak melewati Madika.
baru saja berkata seperti itu, kini tampak tiga peluru angin melesat cepat ke arah Natalia.
Natalia yang menyadari hal itu langsung tersenyum tipis.
"kau pikir kau bisa mengalahkan-ku menggunakan bola angin sekecil ini?!" ucap Natalia sambil menebas ketiga peluru angin itu.
namun nafas-nya pedang petir yang di gunakan oleh Natalia itu malah hancur saat menghantam peluru angin milik Madika.
hal itu pun membuat Natalia langsung refleks memutar tubuh-nya untuk menghindari ketiga peluru angin itu.
baru saja berhasil di hindari, kini peluru angin itu langsung meledak dan membuat Natalia terhempas karena daya ledak serta tekanan angin-nya yang sangat kuat.
"AARRGGHH!!" teriak Natalia saat diri-nya terhempas ke udara.
setelah itu Natalia pun langsung memposisikan diri-nya saat mendarat di tanah sehingga ia tidak tergeletak dan bisa langsung berdiri.
"ternyata kau benar-benar tangguh ya...." ucap Madika dengan santai-nya.
"tchi.... aku belum pernah mendengar bola angin sekecil itu meledak dengan sangat kuat!" ucap Natalia sambil memunculkan kembali satu pedang petir-nya.
"tentu saja kau tak pernah mendengar-nya, karena tehnik itu adalah tehnik ciptaan-ku sendiri.... aku menamai tehnik itu 'peluru angin'.... sebuah tehnik di mana angin terus si pres hingga kepadatan tertentu sehingga menghasilkan gumpalan angin kecil yang sangat kuat." ucap Madika memberi penjelasan dengan santai-nya
"heh.... begitu ya, seperti-nya aku salah menilai-mu, padahal aku merasakan bahwa tingkat Saga-mu masih berada di tingkat atas level satu.... tapi tidak di duga kau ternyata lebih menguasai tehnik-mu di banding dua orang sebelum-nya." ucap Natalia lagi sambil memegang bibir-nya dan berpose manis di depan Madika.
Madika yang melihat tingkah Natalia langsung pasang ekspresi suram.
"sial.... kalau saja gadis ini tidak bertindak sadis mungkin aku sudah jatuh hati pada-nya sekarang." ucap Madika dalam hati karena saat ini diri-nya merasa terpesona dengan paras Natalia yang sangat imut itu.
Kalau ada yang minat baca karya saya yang lainnya bisa cek di profil author ya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 456 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩ🏡 ⃝⃯᷵ᎢᶬKristin⒋ⷨ͢⚤
semangat terus author
2023-02-04
1
Jimmy Avolution
Asyiek...
2023-01-27
1