Dua

12 Maret 2017, Jakarta.

Junot Abraham

aku anak kedua dari dua bersaudara, dan 17 Maret nanti usiaku 25 tahun, meskipun aku sangat sadar itu bukan lagi usia yang muda untuk santai-santai, karena sudah beberapa hari ini ayah dan bunda meminta aku untuk lebih fokus mengelola perusahaan dan memikirkan pernikahan.

Bukannya aku tidak memiliki kekasih, akan tetapi saat ini Aqila masih mengejar akan cita-citanya di Negeri tetangga. Mungkin masih butuh tiga bahkan empat tahun lagi untuk mencapai gelar yang ia inginkan, dan aku tidak bisa menghentikan keinginannya, cukup aku yang tidak memiliki cita-cita, karena sedari kecil cita-cita ku sudah di tentukan oleh orang tua, untuk menjadi seorang pengusaha, CEO di perusahaan ayah, dan yang lebih menyebalkan nya lagi aku tidak punya pilihan, karena malam itu... awal mula permasalahan ini di mulai.

flashback ON

Satu bulan yang lalu...

Pesta Pernikahan Juwita Abraham

"Juwita Bunda datang kesini bukan untuk mengucapkan selamat atas pernikahan mu yang ke tujuh akan tetapi Bunda mau, kamu bercerai dengan Marsel".

"APA? Bunda ini hari spesial nya aku, Bunda tega yah mengacaukannya dan mengucapkan hal gila seperti itu".

"Hah, lalu kamu mau Bunda berbuat apa? Kamu tahu Bunda sangat menginginkan seorang penerus, tapi apa? kamu belum juga di karuniai keturunan, kalian sudah enam tahun menikah". Ucap Bunda tanpa jeda.

"Kamu tahu, mungkin ini karma karena kamu gak nurut sama apa yang Bunda ucapkan, kalau Bunda gak pernah menyetujui kamu menikah dengan Marsel"

"BUNDA, sudah hentikan !" Bentak Ayah pada Bunda

(*Juwita sangat marah tapi ia berusaha menahan emosinya, dengan suara parau, akhirnya Juwita angkat suara).

"Iyah, mungkin Bunda benar. Ini karma buat aku. Tapi... Ini semua sudah terlanjur terjadi, asal Bunda tahu. Aku ini ... "

"Sut... juwi jangan. Jangan di lanjutkan !". (*Marsel mencoba menahan amarah Juwita untuk tidak berbicara, dengan memeluk kemudian berbisik "jangan sampai kamu kembali melukai hati Bunda").

"Hah, pokoknya kalau kamu sayang sama Bunda. Bunda minta segera urus perceraiannya". bunda beranjak ingin pergi.

(Juwita kembali bersuara dengan sayu, lemah dan bergetar).

"Bun, aku mandul". Air mata juwi pun akhirnya pecah.

"Hah? APA?". bunda segera berbalik badan dan tiba-tiba Bunda merasa pusing.

"Gak mungkin, kamu pasti lagi bohongin Bunda kan?"

"Enggak Bun, aku gak lagi bohong". Menangis semakin histeris. sementara itu Mas Marsel memeluk Juwita dan berusaha menenangkannya.

"Dan kalau Bunda meminta aku untuk cerai dari Mas Marsel, lalu pria mana yang sekiranya mau menerima aku secara tulus Bun?"

"Bunda aku gak bisa menjadi wanita seutuhnya, lalu sekarang Bunda minta aku untuk menjadi janda selamanya?! Iyah?"

Seketika bunda Menangis. "Enggak... enggak ... Ini gak bener kan? Kamu bilang sama Bunda kalau semua ini gak bener?!". Bunda pun menghampiri Juwita.

"Asal Bunda tahu, sebelum Bunda meminta aku untuk cerai dari Mas Marsel, aku sudah lebih dulu meminta Mas Marsel untuk menceraikan ku, tapi Mas Marsel gak pernah mau". Bunda benar-benar syok kemudian pingsan, lalu Bunda dilarikan ke rumah sakit.

flashback OFF

***

hari ini aku kembali membesuk bunda di rumah sakit, alhamdulillah semakin hari keadaan bunda semakin membaik, selesai menyuapi bunda dan memberikan obat, bunda memulai percakapan dengan nada yang tersirat.

"Jun hanya kamu yang Bunda dan Ayah harapkan, Bunda mau kamu segera menikah"

"Tapi Bun, Aqila masih kuliah, dia gak bisa..."

"Jangan menikah dengan Aqila kan bisa"

"Apa?". Aku terdiam, cukup terkejut mendengar ucapan bunda.

"Bunda sudah memiliki calon menantu idaman dan Bunda yakin dia bisa secepatnya memberikan kamu keturunan"

"Bunda, sedikit saja... tolong pikirkan perasaan dan keinginan ku dong?!". Ayah dan bunda terdiam, tak menjawab, aku yang benar-benar kesal akhirnya memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah sakit.

***

Aku dan Juwita memang berbeda, sangat berbeda. Aku tidak dapat sekalipun menentang keinginan mereka, aku merasa seperti robot bukan anak. Sementara Juwita terlahir sebagai putri yang bebas, teramat bebas, apapun yang di inginkan dapat dilakukannya, dan permintaan apa saja detik itu juga terkabulkan.

Berbeda dengan ku, sejak lahir aku di doktrin untuk menjadi anak yang kuat, tidak boleh mengeluh, menangis, manja, mengutarakan keinginan sesuai hati dan memiliki keinginan sendiri, dan tidak pernah aku sangka hal itu pun berlangsung sampai detik ini.

***

14 Maret 2017, Jakarta.

Juwita Abraham

Dua hari yang lalu bunda sudah di perbolehkan untuk pulang, dan malam ini kami memutuskan untuk berkumpul.

Acara makan malam keluarga Abraham.

"Bunda? Juwita minta maaf 😔 sudah mengecewakan ... "

"Heh, jika kamu benar-benar menyesal, maka Bunda minta kamu bujuk Junot untuk menyetujui perjodohan itu".

"Heh? Tapi..."

"Hah, sudahlah, memang tidak ada yang bisa Bunda harapkan dari kamu". bunda akhirnya pergi meninggalkanku seorang diri.

Perlakuan bunda terhadapku masih sama terlihat kecewa, tetapi bunda sudah tidak pernah lagi membahas agar aku meminta cerai dari Mas Marsel.

***

Makanan sudah tersaji secara rapi dan mewah di meja makan, tinggal menunggu kedatangan Junot dari kamarnya, ia setelah kejadian di rumah sakit waktu itu, menurut penuturan ayah, Junot dan bunda seolah sedang perang dingin.

"Bi, tolong panggilkan Junot untuk makan malam" perintah ayah kepada pelayan rumah.

"Baik Pak".

"Bi, biar aku aja". Tak lama kemudian aku mengetuk pintu kamar Junot.

"Tok tok tok..."

"Bi, bilang kalau Aku gak punya nafsu makan"

"Ini, Kakak"

"Hah? Hm masuk"

Aku melihat Junot di meja kerjanya, sembari melihat foto wanita yang sangat ia rindukan dan dicintai nya.

"butuh berapa tahun lagi untuk Aqila lulus?"

"Heh? sekitar tiga tahun Kak. Kenapa? apa Bunda menyuruh Kakak untuk membujukku?"

"Hm Kakak tahu, ini pasti sangat berat buat kamu, tapi :( Kakak gak punya pilihan lain. Sedari dulu hanya kamu yang Ayah dan Bunda andalkan dan di bangga-banggakan"

"Hem, tapi semuanya setimpal dengan kebebasan yang Kakak dapatkan, sementara aku? Untuk memiliki keluarga pun harus di campur tangani oleh Ayah dan Bunda"

"Kakak tahu, tapi :'( sekarang apa yang harus Kakak lakukan untuk dapat di anggap di keluarga ini, Heh?"

"Kakak gak akan memaksa, hanya mampu menyampaikan apa yang Bunda inginkan saja. Kebahagiaan Ayah dan Bunda yang sampai kapanpun, tidak dapat Kakak berikan". Aku sedikit termenung, apa yang Juwita katakan memang ada benar nya juga, dan mungkin hal itu amat sangat menyakitkan, untuk keluarga mana pun, tidak ada yang mau tak dapat memiliki keturunan, tetapi itu semua bukanlah kuasa kita.

"Hm, Baiklah akan aku coba, tapi bukan berarti aku setuju."

"Hah, serius ? Iyah gak apa, paling tidak mau mencoba dulu dari pada gak sama sekali :) Bunda pasti seneng. Yasudah sekarang kita turun yuk? Ayah udah nungguin kamu, kalau kamu gak mau turun, kita semua gak akan makan malam"

"Hah? Haha, oke.". Akhirnya Junot mau mencoba untuk mengenal wanita yang nantinya akan menjadi calon istri dan ibu dari anak-anak nya kelak, kurasa ini awal yang baik, meskipun tidak ada jaminan Junot mau.

Next ?

Terpopuler

Comments

Najwa Fajarina

Najwa Fajarina

ga ada salahnya mencoba ya, junot..

2021-09-25

0

Nursari

Nursari

semangat up nya🌹

Mampir juga di Not until👋😁

2020-05-03

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!