Satu

12 Maret 2017, Jakarta.

Nareta Subagja.

Aku senang membaca, karena dengan membaca aku semakin banyak mendapatkan pelajaran hidup, yang tidak selalu harus aku coba.

Saat ini kegiatan sehari-hari ku adalah bekerja di perusahaan "Astra Lestari". Perusahaan yang bergerak di bidang pemasaran dan pengiriman barang impor-ekspor.

Aku sudah bekerja selama tiga tahun sebagai sekretaris, dari CEO muda bernama Ayden Astra Lestari, yang kala itu dia masih belajar begitupun dengan aku. Hari-hari kita lalui bersama dan tidak pernah kita sadari, satu sama lain saling bergantung, saling mengisi ruang kosong di hati. Dua bulan lalu, secara resmi dia memintaku untuk menjadi sekretaris di hidupnya.

Kau bisa bayangkan betapa bahagianya aku kala itu? akan tetapi hari-hari yang kita jalani setelahnya, tidak pernah ada lagi kejelasan lebih lanjut di antara kita, hingga detik ini.

Orang-orang di kantor pun hanya beberapa yang tahu, bahwa kita sudah berpacaran, Ayden memintaku merahasiakan hubungan ini, ia tidak ingin dianggap tidak profesional, maka dari itu aku dan dia memisahkan antara hubungan pekerjaan dan hubungan pribadi, sejauh ini hubungan kita bisa di katakan baik-baik saja.

Hingga dua hari yang lalu, tiba-tiba ibu meminta aku untuk pulang ke Bandung, memang sudah cukup lama aku tidak pulang. Beruntungnya aku tidak pernah memakai jatah cutiku dan setelah bercerita kepada Ayden, dia pun mengizinkan aku untuk pulang beberapa hari. Aku pun pulang dengan perasaan bahagia.

***

pukul 15:30 sore tadi aku sudah sampai di rumah, terpancar senyum bahagia dari ibu dan bapak menyambut kedatanganku. Semuanya berjalan dengan ekspetasiku, hingga selesai sholat isya dan makan malam, ibu dan bapak memintaku keruangan keluarga.

Ruang keluarga adalah ruangan privasi untuk kami.

Kami biasanya menceritakan segala hal penting itu di sini, termasuk saat keputusanku memilih tempat kuliah dan bekerja di Jakarta, ibu dan bapak mulai menceritakan maksud dan tujuannya memintaku untuk pulang ke Bandung.

Tak pernah tahu, jika kepulanganku kali ini, adalah awal mula ke tidak bahagiaanku di mulai. Karena ibu dan bapak telah menjodohkanku, dengan anak dari temannya, tentunya tanpa sepengetahuanku.

Aku anak pertama dari dua bersaudara, aku merupakan anak penurut yang tidak banyak bicara apalagi membangkang. Mungkin itu sebabnya, ibu dan bapak tidak mendiskusikan hal ini terlebih dahulu.

Tapi untuk kali ini, aku merasa keberatan, bukan apa-apa, akan tetapi aku sudah memiliki Ayden, pria yang aku cintai, pria yang aku pilih sendiri untuk menjadi ayah dari anak-anak ku kelak.

***

"Bu, maaf tapi untuk kali ini Nana gak bisa menuruti keinginan Ibu dan Bapak".

"Hah, kunaon Na?"

(Hah, kenapa Na?)

Untuk pertama kalinya aku melihat wajah ibu terkejut, sementara bapak masih terlihat tenang.

"Nana sudah punya pacar, Bu"

"APA?"

Kali ini ibu lebih terkejut dengan penuturanku, akan tetapi bapak masih terlihat tenang, tidak mengeluarkan sepatah katapun. Sebenarnya bapak lah yang aku takutkan, karena memiliki sifat diktator juga keras kepala, dan dengan sikap diamnya itu, justru membuat aku semakin takut.

"Aduhh, kumaha atuh ieu Pak?"

(Aduhh, gimana dong ini Pak)

"Ari, Nana kunaon atuh tara nyarios atos gaduh pacar".

(Nana, kenapa gak pernah bilang sudah punya pacar).

Aku terdiam membisu, melihat ekspresi bapak yang sebentar lagi, sepertinya akan meledak mengeluarkan amarahnya.

"Ari, Bapak kunaon cicing wae? Nyarios atuh Pak".

(Bapak, kenapa diam saja? Bicaralah Pak).

Dan akhirnya bapak angkat suara.

"Isukan oge, cina kadieu ngahadep Bapak".

(Besok juga, suruh datang menghadap Bapak).

Ucapan yang keluar dari mulut bapak berhasil membuat aku terkejut, akan tetapi sedikit lega dan membuat aku bahagia. Karena bapak tidak sekeras dulu.

"Muhun Pak".

(Baik Pak).

Namun setelah itu bapak pergi meninggalkan ku yang masih terperangah, dan kemudian di susul oleh ibu.

***

Aku segera pergi ke kamar dan menghubungi Ayden di aplikasi Chatting, aku biasa memanggilnya Mas.

"Assalamualaikum, Mas sibuk tidak?"

tidak lama kemudian dia membalas pesan ku, karena memang dia sedang online.

"Waalaikum'salam. Enggak, kenapa?"

Belum sempat aku membalas pesannya, Mas Ayden kembali mengirim pesan.

"Kamu sudah sampai Bandung? keadaan Bapak-Ibu sehat? sampaikan salam dari ku yah?!"

pesan itu berhasil membuat aku tersenyum, Mas Ayden memang perhatian dan aku rasa pilihan ku tidak akan salah.

aku tidak berpikir untuk memberi tahu Mas Ayden, tentang aku yang di jodohkan, maka aku langsung membalas pesan keduanya.

"Udah tadi sore, kena macet soalnya. Alhamdulillah Bapak sama Ibu sehat, Tapi Bapak dan Ibu mau ketemu langsung besok"

"Hah, kenapa mendadak ?"

"Iyah, soalnya ... " Aku sempat ragu untuk mengatakan alasannya, akan tetapi pada akhirnya aku sampaikan juga alasan yang sebenarnya.

"Bapak dan Ibu, menjodohkan aku Mas"

"Lalu ?". Hah? kenapa dengan jawaban Mas Ayden, yang seolah-olah tidak peduli.

"Kamu seriuskan sama aku?". Akhirnya, pertanyaan itupun keluar, pertanyaan yang sudah berhari-hari ingin aku tanyakan, tapi selalu aku urungkan, karena aku terlalu takut untuk mengutarakannya.

"Iyah, tapi besok aku gak bisa ke Bandung"

"Kenapa?"

"Aku ada meeting di luar kota"

"Pergi sama siapa ? untuk berapa lama?"

"Sama sekretaris sementara, selagi kamu gak ada, maka nya cepetan pulang. Mungkin dua atau tiga hari". Entah kenapa seketika itu juga aku sedikit khawatir.

Bukan meragukan Mas Ayden, akan tetapi mengkhawatirkan bapak. Ini kesempatan langka dan jika mas Ayden gak datang besok, itu artinya.... Aku segera pergi setengah berlari mencari keberadaan bapak. dan hasilnya nihil. Karena bapak sudah masuk kamar, kalau sudah begini aku semakin takut, sebab kalau bapak sudah di kamar itu artinya aku tengah membangunkan SINGA yang sedang tidur.

Tetapi aku tidak ingin menyerah begitu saja, dan akhirnya aku memberanikan diri untuk mengetuk pintu kamar bapak dan ibu.

"Tok tok tok..."

satu kali ketukan tidak ada sahutan, aku menarik nafas dalam-dalam dan mencoba untuk mengetuk pintu lagi dengan lebih keras.

"Tok tok tok..."

"Teh ker naon?"

(Ka, sedang apa)

"Aish... ngarerewas 😒"

(Aish... mengagetkan 😒)

aku sempat terperanjat akibat rasa tegang dan sahutan yang mendadak dari Nadim adikku.

"Siga nu tenyaho wae Bapak"

(seperti gak tahu "sifat" Bapak).

Namun tanpa kita sadari, percakapan kita telah berhasil membangunkan bapak.

"Maroal sare ?"

(Gak akan tidur?)

"Pak, Nana hoyong nyarios sakedap"

(Pak, Nana mau bicara sebentar)

"Naon dai ?"

(Apa lagi?)

"Mas Ayden teu tiasa dongkap enjing mah, Aya meeting di luar kota tilu dintenan"

(Mas Ayden gak bisa dateng besok, ada meeting di luar kota sekitar tiga hari)

"Oh, nya geus we tarimakeun perjodohan ieu!"

(Oh, yasudah terima saja perjodohan ini!)

"Tapi, Pak."

"eweh tapi-tapian Na, lamun serius pasti manehna bakal mentingkeun Nana"

(gak ada tapi-tapi Na, kalau serius pasti dia akan lebih mementingkan Nana).

Aku terdiam, sayangnya mas Ayden yang gila kerja pasti tidak akan lebih mementingkan aku, detik itu juga aku telah kalah. Kalah sebelum bertarung.

Next?

Terpopuler

Comments

Najwa Fajarina

Najwa Fajarina

iya, kynya ayden ga serius ama kamu, na..

2021-09-25

0

Nursari

Nursari

Halo kak udah aku like,rat+5 dan fav❤️ kakak juga bisa join di grup chatku, kakak bisa promosi karya kakak disana! dan saling mengenal dekat sesama author!

Arigato❤️

2020-04-29

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!