Siang ini Ben dan Ros di bawa ke Kantor Kordinator Keamanan untuk menyelesaikan keributan yang baru terjadi, ada sedikit rasa malu di dalam diri Ros, dulu bertahun-tahun bekerja tak pernah membuat masalah hingga diamankan seperti ini, namun satu sisi dia ingin memperjuangkan harga dirinya yang sudah diinjak-injak Ben. Ros menitipkan anaknya ke mba Susan setelah menyusui Yola terlebih dahulu,,
"pamit ya mba, titip Yola sebentar, nanti ambil aja cemilannya di kulkas, minumnya kasih air putih aja ya mba!
" iya,, Hati-hati ya, nanti gak usah pake emosi, malah nanti kamu makin stress, anakmu gak usah dipikirin, mba jagain"
"makasih ya mba, berangkat dulu ya"
Ros menghidupkan motor metik nya yang beberapa tahun lalu dibelinya, dulu hampir tiap hari Ros menggunakannya, tapi sekarang sangat jarang, setahun lalu pernah Ben membujuknya agar motor ini dijual aja karena jarang dipakai, tapi Ros gak mau, kendaraan yang dibeli dengan hasil jerih payah sendiri biarlah buat kenang-kenangan jika dia pernah bekerja dan punya penghasilan sendiri.
Jarak rumah ke kantor Kordinator Keamanan sekitar 10 menit perjalanan motor dan melewati Kantor Besar Perkebunan, beberapa karyawan yang pulang istrahat siang sedikit heran melihat Ros, sejak berhenti bekerja Ros kebanyak dirumah menyibukkan diri sendiri, sebagian mereka menyapa Ros ramah, dan dibalas Ros dengan senyuman.
Ros memarkirkan motornya, ternyata Ben juga sudah ada disana bersama pak Edi, dengan ragu Ros mengetuk pintu yang terbuka
"selamat siang Pak"
"masuk bu Ros, silakan duduk" Pak Burhan kordinator Keamanan mempersilahkan Ros duduk, Ros memilih duduk berseberangan dengan Ben, tak lama Rudi yang menggantikan posisi Ros atau Ktu saat ini juga tiba di Kantor pak Burhan bersama pak Awal yang menjabat General Manager.
"waduh, mati aku,.. " Ros menunduk dan bergumam dalam hati,
tak kalah terkejut dengan Ben, selama ini dia menaruh segan terhadap pak Awal, namun hari ini hanya karena pertengkaran dengan istrinya harus berhadapan dengan pimpinannya yang sangat tegas dan berwibawa ini, Ben pun tertunduk malu, jika tadi Ros tak semarah itu dan menghajarnya mungkin tidak didudukkan bersama pimpinannya saat ini.
"Baiklah, berhubung Pak GM sudah disini, langsung aja ya pak" pak Burhan memulai pembicaraan.
"Bu, Ros,, " pak Burhan mulai bertanya
"iya Pak", Ros sedikit mengangkat wajahnya
" dari laporan yang saya dengar,barusan ibu menghajar Pak Ben, dan saya lihat memang ada bekas tamparan di wajahnya"
"benar pak" dengan tegas Ros menjawab
"semua yang ibu lakukan terhadap Pak Ben, pasti ada alasannya, karena sebelumnya ini tidak pernah terjadi, bahkan yang saya tau ibu tidak ada cacat dalam pekerjaan, pergaulan, bahkan setelah ibu menikah dan berhenti dari perusahaan, bisa saya tau buk, apa yang membuat ibu berbuat kasar kepada suami ibu? "
Mata Ros mulai mengembun, tapi Ros tidak ingin dilihat lemah, jika dengan cara seperti ini keburukan rumah tangganya diketahui banyak orang, Ros iklas, daripada nanti dia yang jadi gila karena laki-laki yang tak pantas di sebut suami ini, biarlah, Ros pun sudah memutuskan untuk mengakhiri hubungan rumah tangga yang tak sehat ini.
"sebelumnya maaf Pak, dan buat semua, karna keributan yang kami buat merepotkan semua," Ros menarik nafasnya dalam, dan melanjutkan"awal pertengkaran ini sudah beberapa hari yang lalu Pak, tapi hari ini benar-benar membuat saya marah besar, ternyata selama ini dia menafkahi perempuan lain, saya mengetahuinya saat handphonenya ketinggalan dan dimainkan anak kami, dia pulang mencari handphone nya, disaat saya tunjukkan dia pingin merebut paksa, handphonenya saya banting dan rusak, itu membuat dia marah, sayapun lebih marah lagi sedangkan saya dan anak saya tak pernah dinafkahi, sakit hati saya Pak melihat bukti-bukti transfernya, bukan ratusan ribu, tapi 2 juta, 3juta bahkan ada yang 5 juta"suara Ros bergetar menahan amarahnya "sedangkan saya untuk belanja kebutuhan pribadi sendiri selama setahun ini sering menarik tabungan saya selama bekerja dulu, dia hanya belanja kebutuhan seperti Beras, minyak goreng, deterjen, gula, kopi setelah gajian dan untuk sayuran dia yang belanja sekali seminggu, wajar dong Pak apa yang di belanjakan itu yang saya masak, tapi menuntut harus makan enak,"mereka semua serius mendengarkan, dan pastinya tak menyangka Ben memperlakukannya seperti itu.
"sebelumnya saya tidak mempermasalahkan kemana gaji dia, saya tau berapa sebulan gaji dia, jika adiknya yang dikirimi dia karna kuliah gak masalah, karena adiknya juga adik saya, suksesnya adiknya sukses kami juga, orangtuanya dikirimi tiap bulan tidak masalah juga, karna dia juga harus berbakti pada orangtuanya, tapi perlakukan saya dengan baik juga, kemaren dia melakukan ini terhadap saya, saya masih berpikir positif, mungkin saya karena punya bayi kecil jadi dia kasian harus melibatkan saya untuk urusan belanja, bahkan pembantu dirumah dia tak mau pakai, ternyata agar saya repot sendiri, agar saya tidak tau dunia luar, bahkan uang pembantu staff dia ambil untuk keperluan sendiri"
"apa itu yang dinamakan istri? dia yang meminta saya resign, saya turuti, tapi sedikitpun saya tidak dihargai,saya habiskan sisa gaji sewaktu bekerja, saya tarik sedikit demi sedikit, agar bisa membeli pakaian buat anak saya,pakaian saya, bahkan pakaian dia, sakit yang seperti apa lagi yang harus saya Terima dari dia? orang lain di nafkahi, anak sendiri tidak peduli, manusia tidak ini?"Ros tanpa ada rasa hormat lagi menunjuk Ben.
"apa benar seperti itu Pak Ben" Pak Awal mulai membuka suara yang sedari tadi hanya diam mendengar Ros bercerita.
Ben yang ditanya makin menundukkan kepalanya tanpa menjawab.
"sayapun bukan membela bu Ros, hal yang wajar jika dia jadi tak terkontrol seperti itu, istri mana yang tidak marah jika tidak dianggap istri? pak Burhan pun ternyata geram mendengar cerita Ros "dan perlu klian ketahui klian berdua sudah melanggar etika di perusahaan ini, dan kamu pak Ben selama ini kami sangat menghargaimu karena bu Ros, kami mengenal bu Ros jauh sebelum Pak Ben mengenalnya, Jangan-jangan selama ini Pak Ben iri dengan istri sendiri sehingga memaksanya mengundurkan diri, kami dari dulu curiga, mengingat buk Ros yang supel, bertanggung jawab, kinerjanya baik, terdidik dan sopan tapi dengan mudahnya melepas pekerjaannya demi Pak Ben, tapi seharusnya bapak sadar, malu dan tau diri menyerahkan gaji bapak untuk dikelolanya"
Pak Edipun terdiam tak menyangka jika Ben seperti itu, sempat hal yang sama dilakukan kepada istrinya bu Nia mungkin dia sudah disiram air panas, gaji tidak utuh aja diserahkan ke istrinya bisa-bisa berhari-hari tidak ada kopi dimeja, baju kerja cuci sendiri,strika sendiri, yang jelas pasti repot jika istrinya marah, benar-benar salut dengan Ros bisa bertahan segitu lama.
"jadi apa masih bisa berdamai? pak Burhan bertanya kepada Ros dan Ben
" maaf Pak, saya akan memperbaiki semua" Ben kembali menunduk
"tapi saya tidak" Ros tegas menyahuti Ben "oke berdamai, tapi tidak dengan melanjutkan rumahtangga ini, saya ingin bercerai"
semua memandang Ros, terkejut dengan ucapannya, tak terkecuali Ben, rasanya lebih sakit dari tanparan-tamparan tadi yang diterimanya,
"Ros, coba pikirkan ulang" Pak Awal mengomentari ucapan Ros"pak Rudi untuk gaji Pak Ben mulai bulan ini tolong di transfer ke rekening Bu Ros, dan untuk pembantu tolong sediakan untuk rumah staff 1 orang, mungkin ini jalan terbaik untuk mendamaikan mereka" Ben terkejut dengan ucapan pak Awal, tapi apa boleh buat, nasi sudah jadi bubur.
"maaf Pak, saya menghargai saran bapak, tapi saya sudah yakin untuk bercerai, saya tidak mau mengulangi hal serupa, menjadi orang bodoh, yang tidak dianggap, jadi babu, budak di kehidupannya, saya di sekolahkan orangtua saya agar tidak bodoh, besok saya akan mendaftarkan perceraian kami, masalah gaji dia, saya pun tak mau menerimanya, silakan dia memperistri wanita yang ditransfer-transfernya itu, tidak sudi mau hidup bersama lagi dengan dia. "
"dekk,, maafkan abang, abang salah, pikirkan Yola, jangan egois dek" dengan takut-takut Ben membuka suara.
"tiap hari aku yang memikirkan Yola, abang punya peran apa selama ini? baru tau aku egois?? bukan aku yang menyesal jika nanti kita bercerai, jangan pancing lagi amarahku, sekarang aku tak peduli, aku juga berhak bahagia"
Tiba-tiba handphone Ros bergetar, Ros melihat pesan di aplikasi Wathsapp nya "masih lama Ros, Yola rewel nih" pesan dr mba, Susan
"permisi pak, saya mau pulang duluan, anak saya rewel, untuk masalah ini saya minta maaf telah merepotkan, dalam waktu dekat saya memilih pulang ke rumah orangtua saya sampai perceraian kami selesai, dan saya memohon untuk keamanan saya kepada Bapak, mungkin dua tiga hari ini saya masih dsini, jadi saya memohon untuk diberi tumpangan tinggal di Mess selama itu, karena saya tidak mau tinggal serumah lagi dengan dia"
"ibu tetap dirumah itu, pak Ben yang tinggal di mess untuk sementara,jika itu yang ibu mau, kami beri waktu satu bulan ibu dan bapak untuk berpikir, karena pak Ben juga masih ingin memperbaiki diri,kasian ibu bapak sudah memiliki anak" pak Burhan menyahut
"baiklah bu, tapi jika ibu berubah pikiran, tolong diperbaiki, saya pun tidak suka ikut campur dengan rumah tangga orang, tapi karna pak Ben bawahan saya, terpaksa mau tak mau sebisa saya untuk mendamaikan, karna masalah seperti ini akan berpengaruh pada pekerjaan pak Ben nantinya" pak Awal pun ikut menimpali.
Ros hanya diam, dan beranjak pamit, segera dia berlalu menghidupkan motornya dan pulang, takut anaknya tambah rewel karena jarang ditinggal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments