Rachel menaruh sendok di piringnya. Nafsu makannya seolah menghilang saat tatapan mereka bertemu. Dia sudah berusaha untuk menghindar bahkan mereka sudah empat tahun ini tidak pernah bertemu.
"Tumben gak dimakan. Kamu sakit?" tanya Hendra.
"Gak."
Hendra menyendok makanan Rachel dan dia menyuapkan paksa ke mulut sahabatnya itu. Dewi tertawa melihat Rachel memukul ketas kepala Hendra.
"Cie,, jadi inget masa lalu kawan." goda Dewi.
"Aku orangnya baperan Wi."
"Mantan si Rachel?" tanya Hendra.
"Kepo." sahut mereka berdua sambil tertawa.
Hendra merengut karena dikerjai oleh dua sahabatnya itu.
"Yuk, balik bentar lagi masuk kerja lagi." ujar Rachel mengingatkan.
"Gak kerja jam istirahat udah mau abis aja," sahut Dewi.
"Biar gak galau ku beliin ice americano biar tambah pahit kayak hidupmu!" seru Hendra sambil tertawa keras.
Saat Rachel akan memukul kepalanya, dia segera menggandeng tangan Rachel dengan erat. Sementara di sisi lain Glenn sedang menatap mereka hingga bayangan mereka menghilang.
Rachel menatap jam dinding kantornya nampak 20.30 wib. Hari ini dia begitu lelah hingga dia tidak sanggup untuk melangkah pulang ke rumahnya. Bahkan Papa mungkin sudah menyiapkan banyak pertanyaan kenapa dia tidak pulang tadi malam. Pria yang sangat dia sayang walaupun sering mengomelinya.
"Hel, gak pulang?" tanya Rangga teman kantornya.
"Ini mau jalan Ga."
"Kayaknya lemes banget, mau aku anter pulang?"
"Gak usah Ga. Semalem aku gak pulang, kalo sampe ini dianter cowok bisa-bisa langsung dikawinin kita." sahut Rachel sambil tertawa.
"Gak papa lah. Tapi kamu yang resign ya."
"Ogah lah. Aku udah bela-belain kerja bertahun-tahun dan harus resign karna cowok. Impianku menghilang dong."
"Ya udah aku yang resign. Nanti aku buka usaha aja."
"Jangan gitu nanti aku baper kamu bingung jawabnya." omel Rachel.
"Serius aku. Coba dipikirin lagi ya." sahut Rangga sambil tersenyum.
"Senyumnya manis sekali," batin Rachel.
Rangga meninggalkan Rachel yang masih terdiam. Rachel tidak mau ambil pusing dan dia segera pergi ke parkiran untuk pulang ke rumah.
Rachel mengendap masuk ke rumahnya. Boom... Ternyata keluarganya sedang makan malam bersama.
"Makan malam kak!" ajak Ferdi adiknya.
"Ayo sekalian makan kak," ucap adik iparnya menawarkan.
Rachel duduk di sebelah Mamanya.
"Kemana Hel semalem gak pulang?" tanya Papa.
"Nginep di rumah Dewi Pa. Mana Nadeo,Rin?"
tanya Rachel mengalihkan pembicaraan.
"Udah tidur Kak dari tadi."
"Enak ya Kak Rachel kerja kantoran dan udah punya mobil juga." seru Ferdu.
"Sama aja Fer. Capek banget pulang malem pastinya."
"Coba aku juga kuliah ya pasti bisa kayak Kakak dan gak nikah muda."
Ririn terlihat berdiam diri sambil mengelus perutnya yang sudah membesar. Rachel tau pasti adik iparnya itu akan menangis.
"Dulu kan kamu di suruh Mama Papa sekolah. Tapi kamu gak pernah mau. Sekarang ya nikmati aja yang ada."
"Kakak enak bilang gitu karna udah punya semua."
"Terus mau kamu apa?" seru Rachel sambil melotot.
Suasana keluarga Rachel mulai memanas. Papa menghentikan makannya.
"Kamu tau aku pakai semua bekasan kamu. Kurang bersyukur banget hidup kamu. Dari kecil Mama sudah memanjakanmu. Handphone jadul pun aku pakai bekasmu sampai selesai kuliah." ungkap Rachel sambil menangis.
"Sementara hapemu keluaran terbaru. Motor pun aku pakai bekasmu yang udah butut, sementara kamu beli motor sesuai keinginanmu."
"Sudah Hel. Kita sedang makan."
"Aku gak tahan lagi Pa. Sering banget dia bilang gitu, itu menyakitiku. Aku kerja keras sampe lupa waktu untuk memenuhi keinginanku. Sementara kamu gak tau berterima kasih, mau menikah aku support, mau lahiran istrimu pun aku bantu. Bisakah setidaknya kamu gak menyakiti hatiku. Aku lelah harus menjadi anak perempuan pertama yang tangguh." seru Rachel sambil melangkah pergi.
"Rachel tunggu!" teriak Papa.
Mama hanya terdiam. Dia menyadari kalau selama ini dia begitu membedakan putri dan putranya. Perempuan itu anaknya harus berjuang sendiri untuk memenuhi keinginannya dan Rachel tidak pernah bermanja-manja pada orang tuanya.
Rachel memukul stir mobilnya. Dia masih menggunakan pakaian kerjanya. Dia memaki dirinya sendiri karena sudah membuat keributan.
"Apa aku nginep di rumah Dewi? Tapi ini udah jam 10 malem. Apa aku tidur di hotel aja?"
Dia menghentikan mobilnya di sebuah hotel. Saat dia turun dari mobil pandangannya bertemu dengan pria itu. Pria yang sudah 4tahun dia lupakan.
"Omg, apa pikirannya liat aku check in di hotel?" batin Rachel.
Pria itu sedang berjalan dengan beberapa pria dengan setelan jas lengkap. Dia menghentikan langkahnya saat pandangan mereka bertemu.
"Rachel ingat dia suami orang!" batin Rachel lagi.
"Anda mengenalnya?" tanya pria berjas abu.
"Hanya kenalan biasa."
Rachel langsung menuju kamarnya. Dia berjalan melewati rombongan pria itu. Mereka terlihat terpesona saat Rachel melewati mereka. Rachel mengenakan kemeja warna hitam dan rok dengan belahan yang lumayan. Itu menambah kesan kalau Rachel sebagai gadis panggilan.Tapi perempuan itu tidak mempedulikannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments