Meskipun keluarga Mahesa dan keluarga pak Harto adalah teman lama, namun Daniel tidak pernah menaruh hati pada anak gadi dari pak Harto.
Jika bukan karena keluarga pak Harto memiliki berita yang sangat ia butuhkan, Daniel tidak akan pernah datang untuk menjemput Sela.
Daniel benar-benar mengabaikan apa yang di ucapkan Sela, ia langsung membuka pintu mobil, lalu masuk dan duduk dengan tenang.
Sela mengikutinya dari belakang, ia bergumam merutuki Daniel yang tidak bisa Daniel dengar dengan jelas.
"Daniel, sepertinya kamu ..."
"Jalan pak," perintah Daniel pada supir, membuat Sela semakin kesal.
Kemudian Daniel menyandarkan punggungnya, lalu memejamkan kedua matanya, mengistirahatkan pikirannya, Daniel benar-benar mengacuhkan Sela.
Melihat Daniel tidak memperdulikannya, Sela memilih menutup mulutnya dengan rasa kesal, lalu ia mengalihkan pembicaraan ke topik lain.
"Penyakit Kenzie ..."
Sebelum bicara, Daniel tertegun sesaat.
"Yang terpenting bisa secepatnya menemukan dokter Junius Messa, maka dia akan sembuh,"
Jika menyebutkan nama dokter Junius ini, tidak seorang pun yang tidak tau tentangnya, meski hanya kenal lewat media maupun lewat siaran radio.
Beberapa tahun yang lalu, dokter Messa menyelamatkan Ratu kerajaan perak, yang sudah sekarat, semua masyarakat maupun keluarganya sudah mengambil kesimpulan, bahwa Ratu kerajaan mereka akan menghembuskan nafasnya yang terakhir kali. Namum, ketika itu, dokter Messa segera datang, dan menyuntikkan beberapa jarum perak ke bagian pinggangnya. Hanya sekali suntik, Ratu kerajaan kembali bernafas panjang, perlahan ia mengatur napasnya yang terengah-engah. menit berikutnya nafasnya normal kembali, meski masih ada dalam perawatan dokter Messa. Dokter Messa sangat handal dan ahli dalam bidangnya.
Mata Sela berkilat bangga, karena hanya ayahnya yang tau tentang informasi ini dokter Junius itu. Maka menurutnya, ini adalah kartu AS yang dapat ia gunakan untuk menjerat hati Daniel.
Dengan adanya kartu AS ini, maka, kemungkinan dia dengan mudah baginya untuk masuk kedalam keluarga Mahesa mencapai tujuannya, yaitu mendapatkan menikah dengan Daniel Mahesa.
Ini juga sebenarnya alasan penting, mengapa pak Harto mendesak Sela untuk segera kembali ke tanah kelahirannya.
"Daniel, kamu jangan khwatir, ayahku pasti akan menemukan dokter Messa dengan waktu yang cepat," ujar Sela.
"Bagus," ucap Daniel dengan mata yang redup.
Penyakit Kenzie tidak bisa di biarkan lama lagi.
.
.
.
.
Kediaman pak Harto
"Paman, Saya sudah menjemput Sela. Mengenai dokter Junius Messa, kapan paman akan memberikan informasi pada saya?" tanya Daniel, ia memandang Harto dengan cermat.
Harto, seperti seekor rubah tua yang licik. Dengan memperalat tentang dokter Messa, maka kesempatan ia untuk mendekatkan Sela dan Daniel berpeluang besar.
Jika dengan mudahnya ia memberi tahu, maka kesempatan emas itu bukankah akan cepat sirna begitu saja?
Harto menyesap teh dengan santai.
"Iya, jangan khwatir, saya sudah mendengar, bahwa dokter Junius itu sudah kembali ke Jakarta, lebih cepat dari jadwal sebelumnya, dan saya sudah memerintahkan anak buah saya untuk melacak jadwalnya," ucap pak Harto memberi keyakinan pada Daniel.
Begitu pak Harto selesai bicara, mata Daniel berubah menjadi keruh. Ia menatap tajam wajah tua bangka itu.
Daniel menggenggam jari-jarinya sampai buku jemarinya berbunyi.
"Dasar rubah tua bangka, sebelumnya ia mengatakan tau sesuatu, namun itu hanya bohong belaka," pikir hati Daniel merutuki pak Harto si tua bangka.
Sebelum pak Harto sadar, Daniel sudah berdiri dengan sopan, dan melangkah pergi keluar.
"Daniel, kamu mau kemana?" Sela berusaha mengejarnya.
"Mengenai dokter Messa, kedepannya saya akan mencari tau sendiri, saya tidak ingin merepotkan keluarga pak Harto,"
Beraninya mereka mempermainkan putra keluarga Mahesa.
.
.
.
Toko kue.
Revi menatap tumpukan kue di dalam etalase, ia seperti serigala kecil yang sangat lapar.
"Mama, bolehkah aku memakannya?: tanya Revi.
"Tentu saja, makanlah yang mana yang ingin kamu makan," ucap Ariana, ia tersenyum lembut sambil melihat mata Revi yang sejak tadi berbinar terang, menatap kue kue kesukaannya.
"Ye ..."
Revi kegirangan, tapi ia malu untuk meloncat-loncat, tentu saja ia akan meloncat senang jika itu di dalam rumahnya.
begitu mendapat izin dari Ariana, Revi langsung mengambil kue coklat dan manis itu, lalu menggigitnya dengan lahap.
"Revi, jangan di habiskan semuanya sekaligus, Mama akan meminta pelayan untuk membungkus sebagian, untuk di bawa pulang kerumah, oke?"
Revi mengangguk. Ariana langsung bangkit dan berjalan menuju meja kasir.
"Dua roti keju, di bungkus seperti biasa,"
Ariana mendengar suara dingin seorang pria di belakangnya, suara ini tidak asing, terdengar seperti suara orang itu ...
Ariana penasaran, dia membalikkan badannya, kebetulan dan sangat tidak sengaja, Ariana menatap mata gelap pria tersebut.
Waktu berasa berhenti seketika. Wajah Ariana menjadi pucat seketika, jantungnya berdebar keras!
Sial sekali. Ariana kira, ia telah lolos dari bencana ini, tapi siapa sangka, ia bertemu lagi dengannya disini.
Ariana cepat tersadar, ia menoleh dan dengan gerakan tangan yang cepat, ia mengambil kue yang sudah di kemas, ia pura-pura untuk tidak terlihat, seolah-olah tidak ada yang terjadi, dengan langkah yang cepat, ia berjalan kesamping.
Apakah Daniel tidak mengenalinya?
Daniel melihatnya tadi!
Jika dia dapat mengenalinya ....
"Tidak, untuk berjaga-jaga, aku tidak boleh pergi menemui ke tiga anaknya, aku tidak boleh mengekspos mereka,"
Ariana terlihat berjalan santai ke satu meja, meski hatinya gelisah, ia berusaha terlihat tenang, dan mengambil sisa kue, memasukkannya kedalam kotak, lalu dengan santai ia pergi dengan kepala tertunduk.
Brukk ....
Tak sengaja Ariana menabrak sesuatu, yang ia kira tembok, keras sekali, keningnya berasa sakit sambil menggosok jidatnya yang sakit, seraya mendongakkan kepalanya ke atas.
Tanpa sadar, ia menatap wajah pria yang tampan namun terlihat murung.
"Apakah kau masih ingin menghindar?"
.
.
.
Ikuti terus jalan ceritanya ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments