Lima tahun kemudian.
Bandara internasional Soekarno-Hatta.
Ariana memakai, pakaian yang tertutup, lengkap dengan masker dan kaca mata hitamnya.
Tidak tahu dalam lima tahun terakhir ini, apakah pria yang ingin 'membalasnya seratus kali lipat' itu masi mencari tau keberadaannya atau tidak.
Jika bukan karena ingin menyelamatkan orang itu, dia juga tidak akan kembali untuk mengambil resiko ini.
Ariana mendorong kopernya dengan perasaan yang tidak tentu. Tentu saja ia sagat gugup dan takut. Langkah kakinya sengaja di percepat, tiga anaknya di belakang juga mengikuti langkahnya yang sama, dengan kaki kaki kecil mereka.
Tiba-tiba suara yang keras bergema di belakangnya, "ma ..., jalannya jagan cepat-cepat dong, aku ikut langkah Mama, sampai-sampai perut ku berasa lapar! aku ingin makan coklat, kue, roti bakar, ice cream dan makan ..."
"Sit ...," Ariana membalikkan badannya, memberi isyarat diam, dengan telunjuk di bibirnya yang tertutup masker itu, karena takut menarik perhatian orang lain.
Revi anaknya yang bungsu, ia sangat suka makan dan jajan.
"Revi, nanti Mama akan membawamu ke toko kue, oke!"
Mata Revi langsung berbinar, dengan cepat ia mengangguk-anggukkan kepalanya.
Di samping Revi, ada seorang anak yang paras wajahnya mirip sekali dengan Revi. Dia adalah Reva kakaknya Revi, ia menggelengkan kepalanya sambil menghela napasnya seperti orang dewasa.
"Masih kecil sudah rakus, bagaimana jika sudah dewasa nanti? kamu akan terlihat gendut dan jelek, kita harus menjaga penampilan kita!" tukas Reva melirik Revi di sampingnya.
Revi menoleh dan menatap Reva dengan malas.
"Memangnya kamu tidak ma makan?" ucapannya sewot.
"Ya makanlah, tapi hanya sedikit," ucapan Reva dengan santai.
"Sedikit, tidak di hitung makan," timpal Revi lagi.
"Di hitung!"
"Tidak, itu tidak termasuk hitungan! Deffan, menurutmu itu di hitung tidak?" tanya Revi, mencari kakak laki-lakinya untuk menjadi orang tengah.
Deffan merasa tidak enak untuk menjawab, ia hanya mengelus kepalanya.
"Aku rasa kalian berdua benar," Jawaban Deffan membuat kedua adiknya merasa kesal, dan melanjutkan langkah kakinya dengan cepat sambil cemberut, lucu sekali.
"Oke, ayo pergi!"
Ariana mengelus puncak kepala Deffan yang kecil. Deffan pun menganggukkan kepalanya sambil mengikuti Ariana dari belakang.
Revi yang postur tubuhnya paling besar di antaranya, berjalan menundukkan kepalanya sambil marah. Secara tidak sengaja, ia menabrak kaki seorang wanita, dan terjatuh ke lantai.
"Hey ...! Apa kau jalan tidak melihat dengan matamu!"
"Tentu saja aku melihat dengan mata," jawab Revi dengan benar.
Revi menatap wanita yang barusan memarahinya.
Tante ini galak sekali.
"Ayo, bangunlah dek,"
Melihat adiknya jatuh, Reva langsung berlari menghampiri Revi, ia membantu adiknya, mengulurkan tangan kecilnya, lalu menatap wanita yang ada di depannya.
Meskipun wanita itu cantik, tapi tidak akan mengalahkan kecantikan mamanya.
Dia tidak suka, wanita itu berkata kasar dan galak, ekspresinya terlihat jelas di wajahnya.
"Kalian ini kenapa menatapku seperti itu? Cepat minta maaf!" Wanita itu berteriak lagi pada Revi dan Reva.
"Tante, maafkan aku," ucap Revi dengan lirih, matanya yang bening sudah berair, tanda ketulusan yang ia ucapkan.
Reva menatap adiknya dengan kesal. Bagaimana adiknya terlihat menjadi tidak berguna.
"Dan kamu! Kamu juga harus minta maaf!" Wanita itu juga menegur Reva dengan angkuh.
Reva menatapnya dengan keras kepala, ia berdiri menatap wanita itu tanpa berkata sepatah katapun.
"Apa yang terjadi?" Ucap seorang dengan suara beratnya, tentu saja dia adalah pria dewasa.
Bersamaan dengan Ariana.
"Ada apa ini?" Suara wanita dewasa ikut berbicara. Pertanyaan mereka dalam satu waktu, hingga membuat Ariana mengangkat wajahnya dan melirik Pria yang barusan ikut bicara. Jantung Ariana berdegup kencang, ia segera menundukkan wajahnya, seakan ingin menenggelamkan dirinya sendiri.
Ternyata pria itu adalah, pria yang ia temui beberapa tahun yang lalu. Daniel Mahesa Anugerah.
Sial sekali bagi Ariana, baru saja ia menjejakkan kakinya di kota kelahirannya, ia harus bertemu dengan Daniel, pria yang angkuh dan sombong.
"Daniel, anak ini sangat kasar, ia sudah menabrak ku, tetapi ia tidak mau juga minta maaf. Lihat dia ..."
Daniel menundukkan kepalanya, untuk melihat Reva. Wajah gadis kecil itu putih dan imut, sangat lucu. Namun matanya yang jernih itu menunjukkan sifat keras kepalanya.
Ariana yang sedang menundukkan kepalanya, melirik kesamping, melihat mata Daniel tertuju pada Reva, ia pun gugup dan berdoa dalam hatinya, semoga Daniel tidak mencurigai mereka, karena Reva dan Revi sangat mirip dengannya.
"Tuhan tolong lah aku, tolong aku ya tuhan,"
hati Ariana berdegup kencang, jantung seperti ingin meloncat di dalam dadanya.
Deffan yang kerap di panggil Deff ataupun Deffa, berdiri di sampingnya, melihat ada yang tidak beres dengan mamanya, dan menatap wajah Daniel dengan mata kecilnya.
Aneh, ini sungguh aneh.
"Wajah paman ini begitu mirip dengannya," batin Deffan.
Deffan penasaran, baru saja ia ingin melangkah, mau menelitinya, namun Ariana sudah menghalanginya.
Ariana segera mengeluarkan masker khusus anak-anak dan memakainya pada wajah Deffan yang kecil itu.
"Ya tuhan, kamu jangan ikut-ikutan juga," gumam Ariana, namun tak terdengar oleh Deffan.
Jika Daniel melihat wajah Deffan, maka habislah sudah mamanya ini. Dengan begitu, Deffan tidak mengerti mengapa mamanya melakukan ini, namun ia tidak berjalan kedepan lagi, ia hanya berdiri di samping Ariana dan hanya memegang tangan mamanya.
"Anak kamu?"
Suara yang dalam dan berkarisma itu tiba-tiba mengejutkan Ariana.
Ariana menganggukkan kepalanya dengan cepat, tidak berani mengeluarkan suaranya, takut Daniel akan mengetahuinya.
"Oh .., anak kecil itu perlu di didik dengan baik dan benar, jika tidak, mereka akan menjadi orang yang tidak tau sopan santun jika sudah dewasa nanti,"
"Kenapa Om bilang kami tidak sopan? Tadi tante ini duluan yang memarahi adikku dengan kasar, tadi dia bilang, adikku jalan tidak pakai mata, jika dia tidak bersikap seperti itu, tentu saja aku sudah minta maaf dari tadi," ucap Reva , seraya mengangkat wajah imutnya, menatap wajah Daniel tanpa rasa takut.
"Kamu! Kamu masih kecil saja sudah pandai bersilat lida," wanita muda dan cantik itu berdiri di samping Daniel, dan menatap Reva dengan mata yang sulit di artikan.
Bibir tipis Daniel sedikit melengkung, ia tersenyum menatap anak kecil yang sudah pandai sekali bicara, ia mengingat ia mirip dengan ....
Sambil memikirkan ini, Daniel kembali menatap Reva dengan hati-hati, kemudian kembali menatap Revi, lalu menoleh lagi pada Ariana yang berpenampilan serba tertutup itu.
Dua anak ini sangat mirip dengannya, apakah dia juga, ibu dari kedua gadis kecil ini juga?
Ariana mengangkat kedua matanya, menatap mata Daniel yang sangat tajam, ia berusaha untuk terlihat tenang, tangannya meremas ujung baju Deffan.
Tatapan Daniel sangat dalam, membuat Ariana gugup. jantungnya berpacu cepat.
"Ya tuhan, habislah sudah, mampus la kita,"
"Kamu ...,"
Baru saja Daniel ingin bicara, tiba-tiba Deffan memotong kalimatnya.
"Aku mau pipis, aku mau pipis, aku sudah tidak tahan lagi, ayo antar aku ke toilet!"
deffan menarik narik tangan Ariana dengan memelas dan manja, meskipun ia tidak tau apa yang sebenarnya, namun Deffan merasakan kepanikan mamanya.
"Karena Mama takut dengan paman ini, maka aku harus membantu Mama untuk menjauhi paman ini," pikir Deffan.
Ariana tidak pernah berpikir kalau Deffan punya ide seperti ini, Ariana tertegun sejenak.
"Baiklah, Mama akan mengantarmu ke toilet,"
Selesai bicara, ia membawa Deffan menghindar dan pergi.
Ada apa sebenarnya?
Reva dan Revi saling pandang, kemudian ikut menyusul langah kaki Mama dan Deffa.
Daniel yang hendak mengejar, tiba-tiba di panggil oleh wanita yang bernama Sela itu.
"Daniel, sudahlah, lupakan anak-anak itu, tidak perlu mengejar mereka lagi,"
Bibir Daniel melengkung, dan tersenyum dengan sarkastik.
"Kurasa kata-kata anak itu ada benarnya, bisa jadi buka mereka yang tidak sopan,"
Sela mengerutkan keningnya.
"Daniel, apa maksud kamu, kamu tidak mungkin lebih mempercayai seorang anak kecil, ketimbang aku kan? kita sudah berteman sejak kecil dan tumbuhan bersama, seharusnya hubungan kita sudah saling dekat,"
Dekat?
.
.
.
.
Ayo reader, jangan lupa komentarnya ya, like dan vote karya author, semoga karya ini menghibur kalian semua. terimakasih 🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments
Nor Azlin
aku rasa keras kepalanya Reva mengikuti daddy juga bukan sama kayak si Daniel...nana tumpah nya kuah kalau bukan ke nasi iyakan😂😂😂😂🤭🤭🤭🤭 itulah pertalian darah sangat kental pasti ada yang mengikuti ciri2 daddy nya ...lanjut kan thor
2023-08-23
0
Inru
Bagus, Deffan!
2022-08-30
0
Inru
Reva keras kepala ya.. Hmmm..
2022-08-30
1