Tumpukan berkas masih tak bergeming di atas meja kerjaku. Berkali-kali aku berdiri dari kursi karena merasa pinggang seperti akan lepas dari badan. Bahkan aku tidak bisa santai saat makan siang karena isi kepalaku hanya berkas-berkas menyebalkan itu.
Mondar-mandir merevisi membuatku seperti ingin pingsan saja. Tak ada yang bisa di minta bantuan karena masing-masing karyawan sedang menghadapi situasi yang sama. Decakan dan umpatan keluar dari para karyawan yang berharap akan pulang lebih awal tapi ternyata tidak bisa.
Jarum jam di dinding menunjukkan pukul lima sore dan sebagian karyawan memilih untuk pulang dan lainnya membawa pekerjaan mereka ke cafe atau tempat lainnya yang bisa menawarkan Wi-Fi gratis. Aku hanya bisa duduk diam di tempatku karena di kontrakan tak ada laptop atau apapun yang bisa menunjang pekerjaan yang kugeluti.
Beberapa orang menawarkan untuk ikut mereka saja daripada sendirian di kantor tapi aku menolak dengan beribu alasan karena aku merasa tidak enak.
"Hmmm..."
Aku menoleh ke asal suara walaupun aku tahu siapa yang mengeluarkan suara menyebalkan itu.
"Kamu ngapain masih duduk di sini?"
Aku memutar bola mata malas berdebat.
"Saya lembur,pak" ujarku.
"Memang saya menyuruh kamu lembur??"
"Ini..ini..ini..." aku menunjuk beberapa berkas yang berserakan di meja kerja.
"Bawa pulang saja sana, karena tak ada yang lembur"
"Saya gak punya wifi apalagi laptop pak"
"Miskin banget sih kamu" omelnya sambil berlalu.
Aku hanya bisa mendengus kesal mendengar ucapan pria paruh baya itu. Dasar sombong.. batinku kesal.
Suasana kantor yang sudah sepi membuat aku fokus pada pekerjaan sehingga tinggal beberapa file lagi yang tersisa. Tak terasa jarum jam sudah berada di angka tujuh dan perutku tak bisa di ajak kompromi lagi. Sebisaku membiarkan cacing-cacing di perut berbunyi karena aku hanya ingin secepatnya menyelesaikan pekerjaan menyebalkan ini.
"Brakkk.."
Aku terkejut tiba-tiba saja pria menyebalkan itu muncul begitu saja membawa beberapa kotak makanan dan di letakkan di depanku.
"Cuci tangan sana, sekalian bawakan saya air dingin" ucapnya.
"Tapi pak..."
Sebelum aku menyelesaikan ucapanku tangannya sudah berkibas seakan tak ingin mendengar apapun.
Aku hanya bisa pasrah dan segera melangkah ke arah pantry untuk melakukan apa yang dia perintahkan.
Dia memberikan dua kotak makan isinya nasi dan beberapa lauk di dalamnya. Satu liter jus stroberi dingin juga tak luput dari pandangan mata.
"Habiskan.."ucapnya dingin.
"Ini banyak sekali pak.."
"Bawa pulang buat kamu sarapan besok" ujarnya.
Kami makan dalam diam,dia duduk di sampingku menarik kursi dengan kasar.
"Terimakasih.."ucapku tulus.
Tak ada suara yang keluar dari mulutnya dia sibuk dengan makanan di hadapannya. Makanan yang ku makan sangat enak sekali, seperti chef ternama yang membuatnya. Bahkan nasinya pun sangat enak,apa karena aku sangat lapar.
Aku menuangkan jus stroberi dan memberikan padanya. Dia hanya melirik tanpa mengatakan apapun.
"Lain kali gak usah lembur kalau tak ada orang lain"
Aku hanya mengangguk tak mengerti apa yang dia bicarakan.
"Pelan-pelan saja..aku gak akan minta makananmu.." ucapnya menyebalkan.
Tanpa sadar aku menghabiskan sekotak makanan tanpa ada sisa. Baru malam ini rasanya aku makan sesuatu yang bergizi yang hanya tidak membuat perutku kenyang saja.
"Cepat bereskan.. sudah malam"
"Tapi pak.. pekerjaan saya belum selesai"
"Memangnya kenapa kalau di kerjakan besok,kamu besok masih hidup kan?"
Kesal...kesal...kesal sekali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments