(Berkali-kali ibu ke Atm, saldo belum bertambah)
Aku hanya bisa menghela nafas membaca sebaris pesan itu. Apakah tak ada bahasan lain selain uang dan uang.
{Sarah belum gajian Bu..Do'akan besok atau lusa gaji sudah masuk}
(Belum gajian atau uangnya sudah habis kamu pakai untuk foya-foya)
Dengan sedikit kesal aku menekan tombol panggil di ponselku.
"Assalamualaikum.."
"Kenapa kamu telfon?ibu sedang di luar"
Tanpa menunggu jawaban dariku ibu langsung menutup telfon. Ada rasa sesak yang tiba-tiba muncul begitu saja.
(Kalau gajimu sudah masuk,cepat transfer ibu. Kami butuh makan)
{iya Bu..}
Mie instan yang baru saja matang hanya ku aduk tanpa berniat untuk ku makan. Apa ibu tau anaknya disini sudah tak punya lagi uang bahkan hanya sekedar untuk makan.
Setiap malam hanya mie instan pengganjal perut saat lapar. Untung saja beberapa hari ini Dimas selalu mengajak aku sarapan dan makan siang jadi aku tidak kelaparan.
Aku menangisi hidupku, menangisi setiap kejadian yang terjadi dalam kehidupan ku. Kalau boleh jujur aku sangat capek hidup seperti ini. Punya keluarga tapi seperti hidup sebatang kara. Tak ada yang perduli..
Aku memainkan ponselku, melihat jejaring sosial berwarna biru. Ku lihat akun milik adik perempuan ku berseliweran di beranda. Banyak sekali status yang di tulisnya disana.
[Kalau aku sudah kerja nanti..ibu pasti jadi nomer satu]
[Foya-foya di perantauan..ibu sendiri kelaparan]
[Aku anak perempuan ibu satu-satunya]
Aku tidak tahu apa maksud adik ku membuat status seperti itu. Dengan cepat aku membuka pesan di aplikasi biru tersebut untuk bertanya pada Sasha apa yang terjadi karena ku lihat dia sedang online.
{Sha..apa maksud tulisan kamu}
Pesanku langsung dibaca olehnya dan tak lama pesanku dibalas oleh Sasha.
[Kenapa ada yang salah]
[Kalau kamu gak merasa gak usah tersinggung]
[Jangan lupa kamu punya tanggungan di sini,jadi jangan sering foya-foya]
{Apa maksudmu bicara seperti itu,aku kakak mu bukan temanmu}
{Setidaknya hormati aku}
[Kalau belum bisa menjadi kakak yang baik,jangan pernah meminta di hormati olehku]
Aku tidak ingin memperpanjang masalah, akhirnya aku memutuskan untuk menutup aplikasi biru dan berniat untuk tidur. Aku berusaha untuk tidak memasukkan perkataan Sasha di hatiku, biarlah. Mungkin dia kesal karena aku belum mengirimi ibu uang.
Ponselku bergetar pertanda ada panggilan masuk, kulihat nomor ibu muncul di layar.
"Assalamualaikum..Bu"
"Kamu ini kenapa sih bikin ibu darah tinggi terus"
"Kenapa Bu?" tanyaku heran.
"Apa maksudmu mempermalukan adik mu seperti itu?"
"Hah...."aku semakin tak mengerti.
"Kalau kamu memang tak ingin mengirim uang lagi setidaknya kamu jangan mengatakan kami sebagai beban"
"Bu...Sarah tidak pernah mengatakan itu"ucapku membela diri.
"Kamu memang anak tak tahu diri,anak tidak tahu di untung.."
Ibu menutup telfon dengan sumpah serapah keluar. Aku hanya bisa menghela nafas panjang. Tak ada yang bisa ku lakukan, selain berkata pada diri sendiri bahwa ibu hanya sedang emosi saja.
"Ibu hanya sedang marah .. jangan di masukin ke dalam hati" gumam ku pada diri sendiri.
Bukan..bukan aku ini lembek dan tidak bisa marah. Tapi..aku tidak bisa meninggikan suaraku pada wanita yang sudah melahirkan ku itu. Ibu yang seumur hidupnya hanya mengabdikan hidupnya untuk kami anak-anaknya.
Bukankah akan tidak tahu diri rasanya jika aku harus melawan ibu...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments