Setelah mandi dan keramas rasanya beban di kepalaku sedikit berkurang. Aku menolak tawaran Dimas dan kawan-kawan untuk ngopi di cafe ternama di kota ini. Bukan karena tak ada uang tapi aku hanya ingin segera merebahkan tubuh setelah melewati hari yang panjang.
Aku berniat membalas pesan dari ibuku, setelah tadi aku mengabaikan pesannya. Belum sempat aku mengirimkan pesan ke nomor ibu,sebuah pesan masuk dari tante Tiara adik bungsunya ibu.
(Tante harap kamu mau membantu ibu mu untuk menyekolahkan adik-adikmu nduk)
{apa kabar tante?? maaf maksud tante bagaimana ya?}
(Kabar tante baik nduk,kamu sendiri bagaimana?? Tante sangat sedih mendengar ibu mu membicarakan hidupnya, betapa susahnya beliau mencari uang untuk menyekolahkan Sasha dan Tora)
(Kamu sudah dua tahun bekerja tapi tak pernah sepeserpun mengirimkan uang pada ibumu,maaf ya nduk tante gak berniat ikut campur tapi sebagai seorang anak alangkah baiknya kita membantu sebisa kita)
Mataku berkaca-kaca membaca pesan itu,apa yang sudah ibu bicarakan di belakangku sehingga sekelas tante Tiara saja sampai menegurku seperti itu.
(ibumu sering sekali mengatakan kamu anak durhaka nduk..tante sedih mendengarnya. karena tante tahu kamu anak yang baik)
{Iya Tante..Sarah akan ingat ucapan tante}
Setelah balasan pesan berbasa-basi aku pun pamit untuk tidur. Padahal mataku benar-benar tidak mengantuk. Aku menangis sejadi-jadinya, benarkah ibu selama ini berbicara buruk tentangku.
Aku terbangun dengan mata sembab, sepertinya semalam aku tertidur setelah menangis. Dengan cepat aku mengambil beberapa butir es batu supaya aku bisa mengompres mataku.
Nada dering handphone terdengar nyaring,aku membuka mata dan melihat nama yang tertulis.
"Iya Dim...kenapa??"
"Udah bangun? cepet mandi nanti aku jemput"
Panggilan itu berakhir tanpa menunggu jawaban dariku.
Aku masuk ke dalam kamar mandi dengan malas,mata ku sedikit lebih baik dari setelah bangun tadi.
Dengan polesan make up yang sangat tipis aku mematut wajahku di cermin. Pagi ini sengaja aku memakai kacamata untuk menutupi sembab yang masih sedikit terlihat.
Motor merah menyala sudah terparkir di depan pagar. Dimas melambaikan tangannya,aku hanya tersenyum sambil berjalan ke arahnya.
Dengan hati-hati Dimas memakaikan helm di kepalaku. Aku hanya berdiri mematung tanpa ekspresi.
"Mau sarapan apa tuan putri?"
"Aku mau bubur ayam"jawabku cepat.
Dia tertawa dan segera memintaku untuk naik ke atas kuda besinya itu.
Sepanjang perjalanan tak ada percakapan di antara kami. Dimas pun hanya memegang lututku dengan sebelah tangannya.
"Aku bubur gak di aduk,by the way"ucapku saat Dimas mengaduk buburnya menjadi satu.
Pria itu hanya tertawa geli melihat ekspresi di wajahku.
"Ada apa..?"ujarnya tiba-tiba.
Aku berhenti menyuapkan bubur ke dalam mulutku.
"Tak ada ..."
"Terus matamu yang bengkak itu.."
"Hanya kurang tidur.."ku iringi kebohonganku dengan tertawa.
Nada dering pesan terdengar dari ponselku. Aku melihatnya dengan malas .
(Jangan lupa segera transfer ibu)
Aku tidak berniat untuk membalasnya,biar saja nanti saat sudah akan transfer baru aku akan membalas pesan dari ibu.
"Hari ini gak jadi gajian.."
Aku terbatuk mendengar penuturan Dimas.. Pria itu memberikan minum sambil mengusap punggungku.
"Kenapa.."
"Ada beberapa masalah yang harus di selesaikan dulu, mungkin besok atau lusa gaji baru turun.."
Tanpa sadar air mataku lolos begitu saja..Rutin di transfer saja ibuku melabeli aku anak durhaka, apalagi nanti saat tahu aku belum juga mentransfer uang saat tanggal gajian sudah datang..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments